Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Mana ini dokternya, apa nggak bisa lebih cepet?" gumam Tama tak sabar dengan mata terus melihat jam tangan.
"Kita yang sakit, kenapa kamu yang gak sabar sih, Tam?"
"Gak gak, siapa bilang? aku cuma gerah aja."
Tak berselang lama dokter pun datang. Stev adalah dokter rekomendasi dari hotel, mengingat Tama tak begitu kenal dengan dokter di kota Bandung.
Tok tok tok, ketukan pintu terdengar dan Tama langsung sigap bangkit untuk membukanya.
"Silahkan, Dok! langsung periksa, jangan pakai lama." titah Tama tak sabar.
"Baik, Oh ya bisa saya mulai periksa Pak?" tanya Stev dengan sopan, Bara mengangguk, tak berselang lama dokter tampan itu sudah selesai dan memberikan beberapa obat untuk Bara.
"Terima kasih," ucap Bara.
Sekarang giliran Rea, ia yang paling parah terkena flu karena terus menerus bersin.
"Selesai, obatnya dikonsumsi rutin selama sakit setelah makan ya, Pak. Dan juga..." Stev melirik ke arah Rea, ia terlihat masih imut hingga ia bingung menyematkan panggilan.
"Mbak." sambung Stev lagi kemudian pamit.
"Satu lagi, Dok! Teman saya suka darah tinggi tiba-tiba." Tunjuk Bara pada Tama.
"Hah, enggak." elak Tama.
"Benarkah?" tanya Stev yang dijawab gelengan kepala oleh Tama.
"Kalau begitu saya permisi," ujar Stev sambil menggelengkan kepala.
Hachieu....
"Kamu iseng banget sih Mas sama Mas Tama."
"Gak iseng, Re. Dia sendiri yang bilang tadi. Oh ya, panggil dia Tama, jangan pakai Mas!" pinta Bara.
"Lah kenapa?"
"Gak suka aku denger kamu panggil dia Mas Mas. Oh, ya kita makan dulu baru minum obat kayaknya kamu parah banget."
"Nggak kok, cuma pilek ini."
"Aku sudah boleh keluar kan?" tanya Tama.
"Ya, keluar sana! Emangnya ngapain kamu masih disini, Tam? mau lihat kita pacaran?" ejek Bara yang membuat Tama memutar bola matanya malas.
"Awas aja kalian." geram Tama kemudian berlalu.
"Mas, usil banget sih sama Tama?" tanya Rea, ia bahkan sudah tak menyematkan panggilan Mas pada asisten Bara tersebut.
"Gak apa, biar dia kesel, Rea!"
"Kita makan dulu, baru minum obat dan istirahat. Aku dah pesen pihak hotel buat nganter makan malam, kamu pasti nggak sempet makan disana tadi, iyakan?"
"Iya, Mas."
Bara menghela napas, ia ingin menanyakan perihal masa lalu Rea tapi masih urung karena tak ingin kembali merusak momen bahagianya.
Tak berselang lama, seorang pelayan datang mengantar makanan.
Bara dan Rea pun makan. Rea tampak lahap, dan itu membuat Bara gemas sekaligus senang.
"Mas," panggil Rea kala mereka sudah selesai makan dan meminum obatnya.
"Hm, iya Re?"
"Besok aku ada kuliah loh," ujar Rea.
"Besok ya? gak bolos aja? emang kamu nggak capek begitu sampai Jakarta langsung kuliah?" tanya Bara.
"Enggak, aku kangen sama Amy, Amel dan yang lain."
"Hm, oke. Besok aku antar kamu dulu kalau begitu." putus Bara, "sekarang istirahatlah, pilek kamu parah semoga besok udah sembuh."
"Iya, Mas."
***
Pagi-pagi sekali, Rea sudah terbangun begitu juga dengan Bara yang ternyata sudah rapi dengan outfitnya.
"Kok gak bangunin aku, Mas?" protes Rea dengan bibir mengerucut.
"Kan kamu udah bangun lebih dulu sebelum aku bangunin."
"Tapi kan sama aja, kamunya udah ganteng aku masih kucel." gerutu Rea.
"Beneran ganteng, serius?"
"Ihhh, enggak Mas! Udah ya, aku mandi dulu." pamit Rea.
"Re, kebiasaan kamu gantungin aku." protes Bara.
***
Bara masuk ke dalam mobil disusul Tama daj Rea, kini Bara duduk di kursi kemudi memegang kendali, dan Rea yang berada di sampingnya. Tentu saja Tama akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, menguasai kursi belakang dan tidur adalah pilihan yang tepat ketimbang mematung melihat Bara dan Rea yang tak berperasaan pada kaum jomblo seperti dirinya.
"Apa lagu favoritmu, Re?" tanya Bara setelah melajukan mobilnya.
"Hm, apa ya? aku sih suka lagu-lagunya Adele, itu ngena banget!" jawab Rea antusias.
"Coba denger lagu ini, bagus!" Bara memutar lagu cover justin - My favorit girl dari ponsel yang terhubung pada sound mobilnya.
The coolest girl I know
So prettier than all the rest
The star of my show
So many times I wished
You'd be the one for me
But never knew you'd get like this
Girl, what you do to me?
You're who I'm thinking of
Girl you ain't my runner up
And no matter what
You're always number one...
(My Favorit girl)
~
Aku selalu tahu kamu yang terbaik
Gadis terkeren yang ku kenal
Jauh lebih cantik dari yang lainnya
Bintang pertunjukanku
Sering kali aku berharap
Kau menjadi satu - satunya untuk ku
Namun aku tak pernah tahu bagaimana caranya
Gadis, apa yang kau lakukan padaku
Kaulah yang selalu kupikirkan
Gadis, kau bukanlah pilihan keduaku
Dan apa pun yang terjadi
Kau selalu menjadi nomor satu...
***
Rea sangat menikmati lagu itu, hingga tanpa sadar kepalanya ikut bergerak mengikuti irama lagu.
"Bagus, Mas. Aku baru tahu lho lagu ini," ucap Rea.
"Ini lagu lama sih sebenarnya, cuma viral lagi. Candu banget, apalagi kalau dengernya sama kamu."
"Dih, Mas kamu tuh ya bisa-bisanya bikin aku melayang gentayangan." Rea tersipu dengan pipi merona.
"Bucin terus!" gerutu Tama di belakang yang sedang pura-pura tidur.
"Masih hidup ternyata!" ledek Bara melirik Tama dari kaca spion sambil terbahak.
"Hahaha, Mas kamu jahat banget tau!" Rea mencubit pinggang Bara.
"Heh, kalian ini luck nut banget ya? ingat baik-baik nih, sebelum Bara nikah dua kali. Aku bakalan nikah lebih dulu, enak aja ngeledekin terus!" kesal Tama.
"Haha, coba aja!" jawab Bara.
"Ya bagus dong, Tam. Lagian kita nikahnya juga masih lima tahun lagi," ucap Rea.
"Hah, lama banget Re? gak bisa satu atau dua tahun lagi?"
"Hahahahah." Tama terbahak, ia mengubah posisi jadi duduk kemudian merapikan bajunya.
"Lima tahun lagi, Mas. Seenggaknya, Mas Revan udah nikah dan kuliahku udah selesai."
"Hahahhah." lagi-lagi Tama terbahak, dan itu membuat Bara kesal.
"Oke, baiklah."
"Katanya trauma, nggak mau nikah lagi." sindir Tama.
"Hm, tadinya iya." jawab Bara.
Rea seketika terdiam.
"Tapi Rea terkecuali, iyakan?"
"Serah deh!"
Tanpa sadar mereka perjalanan mereka hampir sampai. Rea meminta Bara mengantarkannya ke kosan lebih dulu barulah ke kampus.
"Dah aku sekolah dulu." Rea melambaikan tangan begitu turun dari mobil.
"Dah, Sugar! Belajar yang rajin." Bara menggerakkan jemarinya ke arah Rea membentuk love.
"Babay, sayang!" balas Rea yang tersipu kemudian melangkah masuk meninggalkan Bara yang masih menatap tubuhnya hingga menghilang.
Bara memperhatikan Rea dari jendela kaca, saat itulah mereka tiba-tiba menjadi pusat perhatian.
"Bukannya itu Rea pacarnya Danis si buaya kampus?" bisik seseorang pada teman di sampingnya.
"Udah putus kali mereka." jawab sebelahnya.
"Nggak mungkin lah, sekalipun Danis buaya gue inget kok, dia ngejar-ngejar tu cewek dengan segala cara."
"Lah, itu buktinya!" sungut gadis yang bernama Letha.
"Untung gue foto, hehehe." bangga Rara dengan seringai tipis.
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..