Drabia tidak pernah di sentuh suaminya selama menikah. Karena sebelumnya Ansel mendengar gosib tentang dirinya yang pernah tidur dengan pria lain sebelum menikah.
Di saat Ansel akan menceraikannya, Drabia pun meminta satu hal pada Ansel sebagai syarat perceraian. Dan setelah itu jatuhlah talak Ansel.
Apakah yang di minta Drabia?, akan kah Ansel memenuhi permintaan Drabia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Tamparan
Siang hari, Ansel yang baru selesai pertemuan dengan rekan bisnisnya di sebuah restoran. Melangkah kan kakinyabke arah mobilnya terparkir. Dia akan menjemput Drabia ke kampus seperti yang di katakannya tadi pagi.
"Bang Ansel!"
Langkah Ansel terhenti mendengar seorang wanita memanggilnya. Ansel mengarahkan pandangannya ke arah wanita berhijab yang bersandar si body mobilnya.
"Apa lagi?" ketus Ansel menatap tak suka ke arah wanita itu.
"Aku minta maaf" wanita itu menatap teduh Ansel dengan air mata.
"Kau menipuku, kau suruhan Kevin. Kok bisa kamu minta maaf?" Ansel tersenyum miring.
"Aku membutuhkan uang untuk melanjutkan hidup. Apa pun pekerjaannya, aku akan kerjakan, yang terpenting bagiku, aku dapat uang" jelas Hafshah.
Ansel berdecih," termasuk jual diri."
"Apa pun itu" sambung Hafshah."Tapi asal kamu tau. Aku menyukaimu, itu bukan penipuan. Aku menyukaimu saat pertama melihatmu" ucapnya getir." Aku berjanji akan berubah, aku mohon bantu aku meninggalkan Dunia gelapku. Aku juga ingin memiliki kehidupan yang baik, tapi tidak ada yang merangkulku. Aku juga ingin memiliki masa depan. Punya suami dan anak anak kelak. Tapi tidak ada pria yang mau menikahiku. Semua hanya ingin menikmati tubuhku tanpa ingin memilikiku."
Ansel terdiam memandangi wajah Hafshah yang begitu sedih dan serius. Sedikit pun tidak terlihat seperti bersandiwara. Natural sekali akting wanita itu.
"Kalau kamu serius untuk berubah, aku bisa membawamu pada seseorang" ucap Ansel.
"Siapa?" tanya Hafshah menghapus air matanya.
"Drabia istriku" jawab Ansel.
Hafshah terdiam, lalu menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu aku permisi" Ansel masuk ke dalam mobilnya. Tanpa di duga Hafshah ikut masuk duduk di sampingnya.
"Ngapa..."
Ansel terdiam dan kaget saat sesatu yang basa membungkan bibirnya. Hafshah tiba tiba menc*um bibinya dalam.
"Ansel!"
Ansel langsung tersadar mendengar teriakan seorang wanita membuka pintu di sampingnya. Asnel menoleh ke arah Drabia yang tiba tiba ada di sana.
"Sayang!" gumam Ansel
Kejadiannya begitu cepat, sehingga membuatnya linglung.
Hafshah yang masih berada di dalam mobil Ansel, menyeringai dengan tangan yang meraba paha Ansel yang belum sadar.
Rahang Drabia mengeras, ia pun melangkahkan kakinya ke arah pintu mobil Ansel disebelah Hafshah. Drabia langsung menarik wanita jadi jadian itu keluar dengan kasar.
Plak!
Satu tamparan keras langsung mendarat di pipi wanita sok alim itu. Ansel pria yang suci, enak saja wanita itu ingin menodai suaminya.
"Itu tamparan kerna berani mengganggu suamiku" geram Drabia.
Plak!
"Itu tanparan karna sudah pernah mencekokiku minuman."
Plak!
"Itu tamparan karna pernah menggigitku."
Tiga kali Drabia melanyangkan tamparan, baru Drabia mendorong tubuh Hafshah sehingga terjatuh ke tanah.
"Drabia, udah!" cegah Lea melihat Drabia masih ingin menendang wanita yang pura pura tak berdaya itu." Kita di lihatin orang" ucap Lea menyadarkan Drabia.
Drabia menghela napasnya, berpikir bagaimana tadi jika dia tidak melihat Ansel yang akan di jebak Hafshah. Bisa saja Ansel sudah sampai ke ranjang wanita itu.
Ansel yang berada di dalam mobil, menijat keningnya, merasakan tiba tiba kepalanya pusing. Sepertinya cairan yang tak sengaja di telannya dari mulut wanita itu adalah obat tidur.
"Biarkan saja, aku bisa menjelaskannya, jika mereka butuh penjelasan kenapa aku memarahi wanita ini" ucap Drabia masih menatap marah ke arah Hafshah.
Setelah dua minggu bersembunyi, akhirnya wanita itu berani muncul dengan membawa cara yang jitu menjebak seseorang. Drabia mendekati Hafshah, menarik tangan wanita itu membekuknya ke belakang.
"Lea, minta bantuan Ayah" suruh Drabia.
Drabia sudah tau dari Ansel, kalau Hafshah bukan orang yang waras pada umumnya. Hafshah memiliki dua ke pribadian, karna stres berat yang di alaminya berkepanjangan.
Dengan menjelaskan permasalahan kepada orang orang di sekitar restoran. Mereka pun membantu Drabia untuk menjaga wanita itu supaya tidak kabur.
Drabia mendekati Ansel yang ketiduran di dalam mobil. Ansel benar benar terkena obat tidur dari mulut wanita itu.
Sedangka Hafshah yang tentu pasti menelan sedikit obat tidur di mulutnya tadi, terlihat terkantuk kantuk. Pantas saja wanita itu tidak kabur. Ternyata otaknya sudah tidak beroperasi lagi untuk berpikir. Bodoh!
Tak lama menunggu, Pak Ilham dan petugas kepolisian pun datang untuk mengamankan Hafshah.
"Apa yang terjadi?, kenapa Ansel bisa dijebaknya?" cerca Pak Ilham melihat Ansel yang tertidur pulas duduk di dalam mobil.
"Wanita itu melakukan adengan tujuh belas Tahun ke atas" jawab Drabia kesal. Kesucian bibir suaminya itu sudah di ambil wanita sialan itu. Begininih kalau tidak memberikan hak suami, jadi di colong wanita lain dah tuh bibir suaminya.
"Apa itu?" Pak Ilhan pura pura polos.
Drabia memutar bola mata, ia pun menghela napas. Ansel terkadang pikirannya terlalu lurus dan polos, membuat Drabia dulu sering menjahilinya. Dan Ansel juga terkadang sangat mudah percaya dengan orang lain. Tapi itu dia, Ansel dari dulu tidak percaya padanya.
"Ya sudah, bawa anak bodoh itu pulang" suruh Pak Ilham.
"Bagaimana aku bisa membawanya pulang Yah. Kalau dia tidur di kursi kemudi" ujar Drabia.
"Bawa ke mobilku aja" tawar Lea.
"Iya, biarkan saja mobilnya tinggal di sini. Nanti suruh supir untuk mengambilnya" sambung Pak Ilham.
Pak Ilham pun membantu Drabia mengeluarkan Ansel keluar dari dalam mobil, memindahkannya ke mobil milik Lea.
Pak Ilham menghela napasnya, seketika mengingat bagaimana dulu Drabia berusaha mengeluarkan Ansel dari dalam mobil yang hampir meledak. Betapa Drabia sangat peduli dan menyayangi Drabia dari dulu, meski Ansel tidak menyukainya.
"Ayah kami pulang duluan" pamit Drabia yang duduk memangku Ansel di kursi penumpang mobil Lea.
"Iya sayang" balas Pak Ilham dengan wajah berbinar. Senang melihat putrinya bahagia, mendapatkan pria yang di cintainya.
"Om, kami duluan" pamit Lea lagi yang sudah duduk di kursi pengemudi.
"Hati hati, jangan ngebut" balas Pak Ilham.
Lea melajukan mobilnya, Pak Ilham melangkahkan kakinya ke arah polisi yang menangkap Hafshah yang juga tertidur.
"Kenapa dia bisa lepas?" tanya Pak Ilham.
Sebenarnya Hafshah sudah tertangkap polisi sebelummya. Namun melihat kondisi kejiwaan Hafshah saat di penjara, polisi menyerahkan Hafshah ke Dokter fsikolog. Entah bagaimana caranya, wanita itu bisa lolos dari rumah sakit tempatnya di rawat.
"Kami juga belum tau jelas pastinya Pak. Tapi sepertinya ada yang membantunya lolos dari pengawasan kami" jawab Polisi itu.
Sebenarnya Pak Ilhan kasihan melihat wanita itu. Keluar dari panti, tanpa ada keluarga yang menjadi sandarannya. Hidup sebatang kara, menghadapi hidup sendirian. Pantas saja wanita itu setres berat, sampau mengalami kepribadian ganda.
"Terus berikan dia perawatan sampai sembuh. Saya yang akan membiayainya, tapi jangan sampai dia bisa lolos lagi" ujar Pak Ilham.
"Baik Pak, kalau begitu kami permisi dulu" bakas Polisi itu, masuk ke dalam mobilnya, membawa Hafshah yang tertidur pulas.
Pak Ilham pun meninggalkan tempat itu.
*Bersambung