NovelToon NovelToon
OBSESSION

OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Obsesi / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jelitacantp

"Endria hanya milikku," tekannya dengan manik abu yang menyorot tajam.

***

Sekembalinya ke Indonesia setelah belasan tahun tinggal di Australia, Geswa Ryan Beck tak bisa menahan-nahan keinginannya lagi.

Gadis yang sedari kecil ia awasi dan diincar dari kejauhan tak bisa lepas lagi, sekalipun Endria Ayu Gemintang sudah memiliki calon suami, di mana calon suaminya adalah adik dari Geswa sendiri.

Pria yang nyaris sempurna itu akan melepaskan akal sehatnya hanya untuk menjadikan Endria miliknya seorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jelitacantp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alasan

Geswa terpaksa bangun dari kasurnya karena merasa terganggu dengan suara bel yang terus-menerus berbunyi. Siapa yang berani bermain-main dengannya?

Pria itu melangkahkan kakinya menuju layar seukuran tab yang tertempel di samping lift. Mata tajamnya yang masih sayu lantas kembali segar sesaat setelah Geswa menekan tombol pada layar tersebut dan menampilkan sesosok Endria yang bersidekap tangan sambil mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai.

Alis Geswa terangkat satu. "Kenapa dia bisa ada di sini?" tanyanya pada dirinya sendiri. Tidak mungkin Endria kebetulan berada di sana.

Belum berniat untuk membuka pintu, Geswa kembali fokus ke arah Endria dan samar-samar ia mendengar gumaman gadis itu dengan mata bulatnya yang menatap ke arah kamera.

"Geswa gila, buka nggak pintunya?" desis Endria sambil melototkan matanya ke arah kamera.

Bukannya marah karena sudah dikatai gila oleh gadisnya, Geswa malah menyemburkan tawa kecilnya karena melihat tingkah Endria yang begitu menggemaskan.

Dengan begitu, Geswa belum ingin memencet tombol untuk membuka otomatis lift-nya hanya karena ingin membuat sang gadis lebih kesal lagi.

Lagi dan lagi Geswa mendengar Endria yang kembali mengeluarkan suaranya.

"Ish! Lama banget sih! Dia ada di rumah, nggak ya? Ah... Bodo amat, pencet sekali lagi aja." Maksudnya gadis itu ialah ia akan memencet sekali dikali berkali-kali.

Geswa terkekeh kecil, apalagi saat dia menyaksikan pertengkarannya kecil antara Endria dan satpam.

Pria itu baru ingin memencet tombol lift sesaat setelah di mana ia melihat Endria diseret sambil berteriak meminta untuk Geswa segera membuka liftnya.

Setelahnya, tanpa ingin menunggu lift untuk membawa Endria, dia berbalik lalu berjalan menuju dapur. Tenggorokannya terasa serak sekarang.

***

Awalnya rencana Endria saat ia sudah bertemu dengan Geswa, ia akan mencecar pria itu dengan berbagai pertanyaan yang sudah menumpuk di kepalanya.

Namun, saat gadis itu baru menginjakkan kaki tepat di ruang tamu penthouse ini, Endria malah terdiam seraya menatap ke seluruh ruangan.

Jantungnya berdetak cepat, perpaduan antara desain, interior, dan warna ruangan ini sama persis dengan rancangan yang dibuatnya saat ia masih sekolah menengah atas.

Waktu itu ia diberi tugas oleh guru seni untuk mendesain rumah, dan Endria menulis di belakang buku gambarnya, bahwa rumah ini adalah rumah impiannya nanti, terlihat sederhana tapi nyaman untuk ditinggali.

Dan sekarang pertanyaannya, kenapa Geswa memiliki penthouse sama persis dengan desain yang ia buat? Padahal waktu itu gambar tersebut hilang karena sang ketua kelas lupa menaruhnya di mana.

Geswa keluar dari dapur dengan segelas air di tangan kanannya, pria itu tersenyum saat melihat Endria terbengong menatapi isi penthouse-nya ini. Pasti gadisnya itu sedang mengira-ngira kebetulan yang terjadi.

Geswa menaruh gelas berisi air tersebut di meja lalu berjalan ke arah di mana Endria berdiri. "Ada perlu apa ke mari?" tanya Geswa berbasa-basi.

Endria tersadar lalu menoleh, gadis itu lantas meringis sakit sesaat setelah ia menatap wajah Geswa yang dipenuhi memar berwarna keunguan. "Kenapa wajah Bapak bisa begitu?" tanya Endria berubah sopan padahal tadi ia mengatai Geswa gila.

Geswa berdecak tak senang. "Aku sudah bilang dari awal Endria, jangan panggil bapak kalau kita sedang berdua. Aku bukan bapak kamu, dan aku belum memiliki anak sebesar kamu," bantah Geswa panjang lebar hanya karena tak suka Endria memanggilnya bapak.

Oiya, perbedaan usia di antara mereka ada hampir delapan tahun.

"Jadi, ada perlu apa kamu ke mari?" tanya Geswa sekali lagi. Pria itu sudah menduga bahwa Louis lah yang membocorkan lokasi penthouse-nya.

Mendengar pertanyaan dari Geswa Endria lantas mengingat tujuannya ke mari setelah sempat melupakannya karena terlalu terpaku dengan penthouse ini dan wajah Geswa.

Endria merogoh saku celananya, gadis itu mengeluarkan selembar foto yang membuat Geswa langsung tahu foto apa itu.

"Dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Geswa sambil menggenggam tangan Endria yang sedang memegang foto tersebut.

Endria mendongak menatap tepat ke arah manik abu milik Geswa. "Jadi Pak Geswa tahu akan foto ini, kenapa bisa?" tanya Endria dengan panggilan dan kata yang begitu formal.

"Endria!" geram Geswa memperingatkan.

"Apa?!" Endria menantang.

"Aku sudah bilang jangan panggil pak atau bapak saat kita sedang berdua," jelas Geswa lagi, di saat ia mendengar Endria memanggilnya pak ia merasa sudah tua.

"Astaga itu tidak penting!" timpal Endria membantah.

"Tapi itu penting bagiku." Geswa tak akan mengalah kalau Endria tak ingin mengubah panggilan untuknya. Emang dasar kekanak-kanakan.

Endria menghela napas kasar. "Oke fine! Kak Geswa harus jelasin kenapa ada foto kita berdua yang seperti ini?" Endria mengalah daripada tak mendapat jawaban sama sekali.

Nah, panggilan kali ini lebih diterima oleh telinganya daripada yang tadi.

"Aku sengaja mencetaknya dan Gatra tak sengaja melihatnya," jawab Geswa sejujur-jujurnya. "Dan sekarang kenapa foto itu bisa ada di tanganmu? Apakah Gatra sudah menemuimu? Bagaimana? Apa hubungan kalian berakhir?" tanya Geswa beruntun seraya menerbitkan senyum tipis yang tak bisa disadari oleh siapapun.

Endria ternganga, tertegun, dan tak bisa berkata-kata akan jawaban serta pertanyaan Geswa yang tidak bisa ia terima dan jawab.

Apa-apaan?!

Endria mengatupkan mulutnya sekilas. "Kenapa Kak Geswa melakukannya?!" tanya Endria frustrasi.

"Kamu sudah tahu jawabannya Endria," ujar Geswa serius dengan nada pelan, dia melangkahkan kakinya lebih mendekat ke arah gadisnya yang membuat Endria refleks mundur sampai punggungnya menyentuh tembok.

"Kamu pasti akan bertanya alasannya kenapa?" Geswa mengurung Endria dengan kedua lengan kokohnya, lalu dia menunduk sampai-sampai jarak wajah di antara mereka hanya satu jengkal.

"Karena aku begitu menyukai, mencintai, dan ingin memilikimu seutuhnya sampai-sampai aku bisa menukar jiwaku hanya untukmu."

"Kamu tahu Endria? Beberapa tahun ini tiada hari tanpa mengawasimu lewat beberapa foto dan video. Kamu bagaikan heroine yang tak bisa kulewatkan dan aku hindari."

Perkataan Geswa yang ini membuat Endria teringat dengan Pedro, seseorang yang pernah diam-diam mengambil fotonya pada saat ia sedang berjalan-jalan di taman bersama Dania.

"Bahkan kamu adalah alasan untuk aku hidup. Di balik tekanan yang dulu aku dapatkan dan hanya dengan memikirkanmu sudah bisa membuatku senang sekaligus merasa tenang."

"Dan karena ingin membuatku pantas di matamu, aku bahkan mendirikan Gemintang Scholarship atas namamu." Jawaban yang kali ini membuat Endria sedikit terkejut.

Segitunya? Hanya untuk dirinya?

Mendengar kata-kata panjang dari Geswa entah kenapa membuat hatinya terenyuh.

"Sebesar itulah cintaku Endria, sehingga aku tak bisa lagi menampungnya lebih lama lagi," kata Geswa panjang lebar, lalu pria itu lebih menunduk dan memiringkan kepalanya berniat ingin mencium bibir merekah yang sedari tadi seperti memanggil-manggil untuk dihisap sarinya.

1
Kiyo Takamine and Zatch Bell
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!