NovelToon NovelToon
Empty Love Syndrome

Empty Love Syndrome

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / Tamat
Popularitas:5.2M
Nilai: 5
Nama Author: Elis Kurniasih

Instagram elis.kurniasih.5

Perjuangan cinta sepasang suami istri yang menikah karena cinta.

Akankah mereka bertahan dengan berbagai ujian yang datang silih berganti? Akankah kekosongan cinta yang sempat hadir karena kesibukan keduanya menambah kerapuhan bahtera rumah tangga itu?

Cekidot
Maaf ya, cerita ini bertebaran bawang yang bisa buat mata perih perih dikit 😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perusak suasana

"Mas ga ke kantor?” tanya Alana saat Reno masih berada di sampingnya. Padahal waktu sudah menunjukkan lebih dari jam sembilan. Biasanya Reno berangkat di waktu itu.

“Mas ga ke kantor. Selama dua tahun terakhir, Mas kan jarang ambil cuti. Jadi untuk kali ini Mas mengambilnya.” Reno menatap sang istri. “Demi menemani istri tercinta.”

Lagi-lagi, Alana mengerucutkan bibir. “Tumben.”

“Loh, kok tumben sih?” tanya Reno.

“Ya, tumben. Padahal aku sudah terbiasa sendiri loh.”

Perkataan Alana yang langsung keluar begitu saja pun membuat Reno terdiam. Reno mendekati sang istri dan menatapnya. Lalu, ia mengambil kedua tangan Alana.

“Maaf, Mas minta maaf. Memang Mas akui sejak menjadi manajer, hampir seluruh waktu Mas tersita untuk pekerjaan.” Reno menggenggam tangan itu. “Tapi mulai sekarang Mas akan memprioritaskan kamu. Mas ingin selalu ada untukmu.”

Ya, Reno memang selalu ada untuk Alana, sejak dulu. Tapi semua terkikis setelah jabatan baru Reno dan wanita yang kini sering menemaninya di kantor.

“Aku juga minta maaf, Mas.” Alana ikut mengeratkan genggaman tangan itu. “Aku juga udah nego dengan Sir Alex. Beliau tidak keberatan kalau aku hanya bisa mengantar putrinya dua kali dalam satu minggu. Aku akan tetap bisa membagi waktu.”

Reno mengangguk dan tersenyum. “Mas percaya kamu.”

“Aku juga percaya, Mas.”

Kedua tersenyum lebar.

Reno memeluk Alana. “Mas rindu kamu. Rindu wangi kamu.”

“Ish.” Alana melepas pelukan itu. “Dibilang jangan modus!”

“Ngga bisa.” Reno menggelengkan kepalanya dengan suara manja.

“Maas, kakiku masih bengkak,” rengek Alana.

“Kata dokter tiga hari udah ga bengkak kan? Berarti besok bisa dong.” Reno menaikturunkan alisnya.

“Ish.” Alana tersenyum melihat Reno yang kembali mesum.

****

Lima hari, Reno dan Alana berada di dalam rumah. Mengetahui keadaan Alana, kedua orang tua Reno pun datang. Aminah juga datang ditemani Tuti. Asih dan Bagas sebelumnya menjemput Aminah, lalu bersama-sama ke rumah Reno.

“Al, udah baikan kok Mam, Pi.” Alana menoleh ke arah Asih dan Bagas. “Alana ga apa-apa kok, Nek.” lalu, berpindah pada Aminah.

“Tapi, kami tetap mengkhawatirkanmu. Apalagi, Reno sampai izin kerja. Berarti kan serius,” jawab Aminah.

Sang nenek tampak lebih bugar dari terakhir Alana temui.

“Udah enakan, kok. Senin besok juga Alana sudah kerja lagi.”

“Jadi kamu beneran kerja, Al?” tanya Asih yang mengira Alana hanya coba-coba bekerja satu bulan dan berhenti.

“Iya, Mi.”

“Kalau memang kalian ingin kerja. Kenapa ga diperusahaan Papi aja sih?” tanya Bagas yang melirik ke arah putranya dan bergantian ke arah Alana. “Kalian kan bisa berkolaborasi di sana. Reno jadi bosnya, Alana jadi sekretarisnya. Bukan begitu?”

Asih dan Aminah mengangguk. Namun, Reno menggeleng. “Tidak semudah itu, Pi. Reno masih terikat kerja. Alana malah baru menadatangani kontrak kerja.”

“Terus kalau kalian sibuk, bagaimana kalian akan memberikan nenek ini cicit?”

“Iya, benar,” sahut Asih. “Mami juga udah kepingin banget gendong cucu.”

“Mam.” Reno memanggil sang ibu dengan sendu. Ia memang tidak pernah suka jika disinggung masalah keturunan.

Reno menjaga perasaan Alana, karena biasanya jika menyangkut masalah keturunan, perempuan lebih sensitif.

“Ya sudah. Biarkan Mam. Nanti juga ada masanya mereka bosan dengan aktiftas mereka,” ucap Bagas yang pernah merasakan menjadi penggila kerja. Namun, akhirnya sadar akan kehilangan momen terbaik bersama keluarga.

Asih, Bagas, Aminah, dan Tuti cukup lama berada di rumah Reno. Mereka pun pulang setengah jam setelah adzan ashar berkumandang.

Selama Alana dan Reno berbincang dengan orang tua mereka, Tuti membersihkan rumah Reno, karena sejak kaki Alana terkilir, Reno melarang istrinya untuk membersihkan rumah sedangkan Reno sendiri juga tidak membersihkannya. Reno hanya membersihkan kamar mandi yang berada di dalam kamarnya saja. Dasar!

Setelah rumah kembali sepi. Alana membuka bungkusan pakaian bersih mereka yang baru saja datang dari langganan jasa pencuci pakaian. Sejak menjadi wanita karir, Alana memang menyerahkan pakaian mereka pada jasa itu untuk membersihkannya. Petugas jasa itu akan datang ke rumah Reno dua kali dalam seminggu untuk menyerahkan pakaian yang sudah bersih dan mengambil kembali pakaian yang kotor.

“Hai, jangan capek-capek dulu!” ucap Reno sembari memeluk tubuh Alana dari belakang.

Pria itu baru saja keluar selesai membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi.

Alana melirik suaminya yang menempel di belakang tubuhnya. “Mas, kebiasaan. Pakai baju dulu.”

“Udah lama ga dipakaiin kamu.”

Alana tersenyum. “Mulai deh!”

Reno tertawa dan melepas pelukan itu. saat ini, ia memang hanya menggunakan handuk yang dililit ke pinggang. Alana juga merindukan dada bidang itu.

“Sini, Mas bantu.”

Reno ikut mengambil pakaian yang sudah Alana susun di atas tempat tidur setelah dikeluarkan dari plastik pres laundry itu. Lalu, meletakkannya di dalam lemari.

“Udah, Mas ga usah. Biar aku aja yang bereskan.”

“Tidak apa. Kalau dikerjakan berdua kan lebih cepat.”

Alana kembali tersenyum sembari menatap suaminya dari atas sampai bawah. Ia melihat handuk Reno yang hampir melorot.

Alana tertawa. Tawa yang sudah lama tidak Reno lihat.

Reno pun menatap wajah istrinya sambil tertawa. “Kenapa sih?”

“Mas, Mas, emang ga sadar ya kalau senjatanya kedinginan.”

“Senjata?”

“Iya, senjata kamu yang itu!” Alana menunjuk pada senjata Reno yang siap bertempur.

Reno ikut tertawa. “Kok Mas ga sadar ya,” jawabnya pura-pura.

“Dasar pembohong.”

Reno kembali tertawadan memeluk Alana. “Boleh sekarang ya! Mumpung belum maghrib.”

Alana tersenyum dan mengangguk. “Ngga pake lama ya.”

Reno menggeleng. “Ngga janji.”

“Hmm …” Alana cemberut dengan tubuh yang sudah melayang ke udara karena Reno langsung menggendongnya dan merebahkannya ke ranjang.

Reno tampak senang karena hubungannya dengan sang istri kembali baik. Ia melakukan penyatuan itu dengan hati-hati agar tidak menyakiti kaki Alana yang sedang sakit. Alana pun merindukan sentuhn itu.

Reno tidak pernah bercinta tanpa pemanasan. Ia selalu bisa membuat Alana bergairah hinga yang semula tidak menginginkan pun menjadi ingin. Dan, ketika Alana sudah terbawa suasana, wanita itu akan liar dan meminta untuk memimpin. Hal itu yang Reno sukai dan ia berhasil memancing gairah sang istri.

“Mas ... Eum ..." Setelah melewati puluhan menit, Alana pun mulai gelisah.

“Sebentar, Sayang. Bersama. Sebentar lagi.”

Reno terus mengejar kepuasannya, padahal Alana sudah berada di titik itu. Semakin kuat dan kuat, akhirnya Reno menembakkan pelurunya tepat di tempatnya.

“Arrgghh …” Keduanya berteriak saat pelepasan tiba dan Reno pun ambruk di dada Alana.

Alana memeluk tubuh itu erat. “Aku mencintaimu, Mas.”

“Mas juga, Sayang.” Reno menjawab lirih tepat di telinga Alana membuat wanita itu pun tersenyum.

Beberapa menit berada di atas tubuh Alana, Reno pun bangkit. Ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa percintaan itu sekaligus membersihkan dirinya kembali.

Alana pun bangkit, tapi dengan gerakan perlahan karena tubuhnya masih lelah.

Tring

Ponsel Reno berdering. Ponsel yang tergeletak di meja kecil yang berada persis di samping Alana.

Alana melihat sekilas ponsel itu, ternyata di sana tertera nama Dewi. Ia pun langsung mengambil benda itu dan membaca kata-kata yang tampil di layar sebagian.

“Ren, kapan masuk kerja? Kamu ga kangen aku?”

Kekesalan kembali melanda hati Alana. Baru saja mereka merasakan kebersamaan itu kembali dengan saling meluapkan cinta dan kerinduan melalui gairah bercinta. Tiba-tiba datang lagi perusak suasana itu.

Alana hanya membaca bagian atas pesan itu, karena Dewi sepertinya tidak hanya menulis satu baris pesan saja. Kemudian, ia kembali mengembalikan ponsel itu pada tempatnya.

Di saat bersama Reno pun, Alana berusaha tampak biasa saja.

Mereka bergantian menggunakan kamar mandi. Saat Alana selesai membershkan diri, ia melihat Reno tengah asyik memegang ponselnya. Ia mulai berasumsi bahwa sang suami sedang chat dengan Dewi. Asumsi itu diperkuat ketika Alana membuka aplikasi chat itu dan melihat suami juga asistennya sama-sama sedang online.

Kemarahan Alana semakin menjadi. Ia pun mengetikkan pesan pada Dewi.

“Mbak, bisa kita bertemu?”

...----------------...

1
Dewa Rana
segan Thor, bukan enggan
Annisa Yuda
ada yang baru keluar dari kandang 😂
Annisa Yuda
bangun tidur coma pake boxser dikamar sama lawan jenis?? sesantai itu💣
Vitriani
Luar biasa
Dewa Rana
sebelumnya manggil "Sir" sekarang ganti "pak"
Dewa Rana
sepatu kets Thor, bukan sepatu cats
Dewa Rana
gimana caranya berdiri di atas tungku Thor 😃😃
teh rebahan
👍👍
Dewa Rana
memprovokasi Thor, bukan memprovokatori
Komang Diani
keren banget
Savitri Eka Qodri
Luar biasa
ALNAZTRA ILMU
rumah seperti tongkang pecah menanti mu alana😅😅
ALNAZTRA ILMU
iya benar. lu bdh
ALNAZTRA ILMU
elegan
ALNAZTRA ILMU
sedihhh
ALNAZTRA ILMU
mati
Miyagi Mitsui
Reno Reno
Miyagi Mitsui
ada niat..sepatutnya sesama wanita kan..jangan lah jadi perampas
Dewa Rana
ibunya siapa Thor
Dewa Rana
pelajaran buat kita agar jangan takabur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!