BELUM MELEWATI PROSES RE-WRITE🙏
Apa jadinya jika ternyata CEO menyebalkan dan kamu fikir gila itu, ternyata adalah teman dekatmu saat masa putih abu. Dia pula yang selama ini menunggu jawaban atas perasaanya.
Humaira Khairunisa seorang gadis, bukan dari kalangan jetset, yang bekerja di perusahaan milik Alvian Jihad, gadis itu tak tau jika Alvian adalah Jihad temannya dulu. Lalu bagaimanakah kisah mereka selanjutnya, apa yang akan terjadi jika keduanya dipertemukan sebagai bos dan bawahan ?
"Pak Alvian ?! rasanya pengen gue santet aja tuh orang ! belum ketemu aja gue udah tau kalo nih orang titisan pemimpin Nazi ! apalagi kalo ketemu, minta di cincang pake kapaknya Wiro sableng ! lama lama gue bakar juga nih kantor !"
Seulas senyum terbit dari laki laki yang tak sengaja mendengar omelan karyawannya itu,
"Apa kabar loe Ca? masih t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penculikan Kara
"Iya Ra, tapi gue ga bisa nemenin lama ya, soalnya mesti kuliah," ucap Ica di ujung telfonnya.
Setelah menutup telfonnya, Ica bergegas masuk ke dalam ruangan Jihad.
"Misi !!! orang cantik mau masuk !" serunya mengetuk pintu ruangan.
Juwita dan pak Muni yang ada di dalam terkikik mendengar salam yang begitu aneh di dengar itu.
"Di dalem orang orang luar biasa, jadi kalo cuma cantik doang ga boleh masuk !" jawab Jihad.
"Njirrr !" Ica memutar handle pintu.
"Dibilangin ga boleh masuk !" jawab Jihad tertawa.
"Biarin aja, aku cuma mau ijin..ga bisa pulang bareng. Kara minta dianterin fitting baju," ucap Ica.
"Oke hati hati, apa perlu dianterin ?" tanya Jihad.
"Engga, "
"Ada calon sepupu gue, Ca?" tanya Juwita, Ica mengangguk.
"Di bawah, udah nungguin !"
"Gue masih ngerjain ini, dari cowok loe !" Juwita merengut menunjuk Jihad.
"Ya udah selamat bekerja, gue cabut dulu kak, mau cuci mata cari yang seger seger !!" Ica yang sudah berganti pakaian untuk sekalian kuliah berlari.
"Bakwann !!!!" teriak Jihad.
"Berisik ! lama lama loe ketularan virus si kamvreett Milo, cemburuan," sarkas Juwita. Pak Muni hanya mengulum bibirnya, memaklumi gejolak anak muda.
****************
"Ra !"
"Ca, " seorang gadis yang akan segera menjadi nyonya Armillo Dana Aditama ini makin hari makin glowing, kehadiran Kara menyita perhatian seisi kantor, pasalnya mereka sudah tau siapa dia. Tak tau saja mereka dibalik tampilan cantik kedua gadis yang tengah berjalan keluar gedung ini adalah duo kamvreet saat di SMA dulu.
"Tumben cuma dianter supir, ka Milo mana?" tanya Ica.
"Sibuk, dia ada proyek keluar kota dari kemaren, " jawab Kara.
"Oh, mau kawin masih sibuk, "
"Mencari receh buat bayar catering," jawab Kara, keduanya tertawa.
"Untung ga mewek, " ledek Ica.
"Mewek, tapi gue kasih balon !" jawab Kara.
"Balon yang ada di dada loe?" goda Ica.
"Enak aja, ini masih disegel, " Kara menyilangkan kedua tangannya di dada.
Keduanya sudah sampai di sebuah butik ternama, Kara langsung saja masuk ke dalam ruang ganti, mencoba gaun yang sudah dipesannya.
Ica berjalan jalan sambil melihat lihat gaun yang lain, lucu sekali ia dan Kara bersahabat, dan mungkin menikah pun dalam waktu yang tak beda jauh nantinya.
"Ca, gimana?" tanya Kara, memutar tubuhnya. Ica berbalik, "Ra, ga niat apa yang sexy sexy gitu ! yang belahan dada loe keliatan ?!" Ica menaik turunkan alisnya.
"Cih, gue bukan artis bok3p ! segini aja udah sexy, ka Milo ngomel ngomel ! katanya properti pribadi, " jawab Kara.
Seorang pegawai butik melintas, Ica dan Kara awalnya tak begitu peka, tapi lama kelamaan saat pegawai ke tiga melintas dengan keanehan yang sama Kara dan Ica saling melirik.
"Loe liat ga sih, masa karyawan disini pakenya t shirt ?" bisik Kara.
"Iya, padahal kan yang lain pake kemeja, " jawab Ica.
"Kemejanya di cuci kali, " kekeh Kara ditertawai Ica.
"Kirain pake buat lap kompor !" parahnya mereka malah saling berbalas candaan.
"Loe liat bacaan di kaosnya ngga?" tanya Kara.
"Apaan ?"
"Coba loe liat deh tuh !" saat datang pegawai ke empat dan mereka semua berjejer, ternyata membentuk sebuah kata will u marry me?
"Njirr sue ! pas banget itu mah, bisa gitu ya !" Ica masih belum menyadari keanehan itu, keduanya dikejutkan dengan kedatangan para pegawai yang memberikan Ica sekuntum mawar mulai dari yang berkaus will, lalu u seterusnya marry dan me?.
"Aneh ga sih Ra?" tanya Ica, Kara tertawa kecil.
"Oon, " gumamnya pelan.
Keduanya keluar dari butik, memutuskan masuk ke dalam gerai es krim,
"Gue mau gellato aja yang Strawberry toppingnya cochocips !" ucap Kara.
"Gue yang rasa coklat aja !"
Keduanya duduk di meja yang langsung menghadap ke jalanan, pesanan datang dengan cup es krim bagian Ica bertuliskan will u marry me?
"Ini apaan sih, hari ini orang orang aneh banget, masa ngajakin kawin massal !" ujar Ica, Kara yang sudah tak bisa menahan tawa hanya bisa bergumam, "astaga, oon nya tak tertolong !"
"Udah makan aja ! ga usah banyak ngomong, mumpung masih dingin !" lirih Kara.
"Iyalah dingin, masa es krim panas !" sarkas Ica.
"Santai santai, ga usah ngegas !" jawab Kara terkikik.
Pandangan keduanya keluar jalanan, sebuah mobil box melintas di badan mobil itu bertuliskan will u marry me? berhenti sejenak di depan mereka.
"Mobil apaan sih itu, masa bacaannya gituan !" Kara hanya menggidikkan bahunya. Satu cup gellato sudah habis dilahap, keduanya keluar dari dalam kedai. Tapi baru saja keluar beberapa orang berpakaian preman, mencengkram dan menangkap Kara dari belakang, Kara melawan dengan menendang menyikut tapi tak cukup kuat, ia membekap Kara hingga terkulai lemas dan tak sadar. Ica tersentak kaget.
"Eeeh !!!! oy !!!" Ica mengejar bersama supir Kara, tak banyak...si penculik hanya berjumlah 4 orang. Ica sudah menendang salah satu penculik, ia tak dapat mengenalinya karena mereka memakai masker dan topi. Penculik ini begitu kuat, tangan Ica dipiting ke belakang dan di dorong.
"Awww njirrr ! sakit be*go !! Kara !!!" badan Kara digendong salah satu penculik ke dalam mobil yang mereka kendarai, menyisakkan supir Kara yang sudah tak berdaya, begitupun Ica yang sudah terjatuh di jalanan beraspal.
"Pak bisa bangun ga ? buruan kejar mobil itu ! mamposss gue, mana ka Milo di luar kota lagi, " Ica panik. Si supir bangun dengan meringis menahan pegal di ulu hatinya.
"Buruan pak ! aduhh, bisa bisa gue di gantung sama ka Milo," Ica khawatir, pasalnya dari semenjak SMA, Kara dan Milo begitu banyak haters, ia takut Gladys atau Nina atau mungkin lawan bisnis Milo yang melakukannya.
"Aduh Ra !!! cilaka gue kalo sampai loe kenapa napa, mana mau married lagi," Ica berusaha menghubungi Jihad dan Milo tapi tak ada jawaban, Ica tau keduanya sibuk, Ica juga menghubungi Juwita. Sayangnya ia belum sempat mensave nomor teman teman yang lainnya.
Seraya mobil terus melaju mengikuti mobil para penculik.
"Pak buruan !!!" seru Ica.
Ica membuntuti mobil yang membawa Kara sampai ke sebuah gedung tua yang mangkir pembangunannya, gedung yang sama saat Kara dan Milo pernah berjanji dulu saat SMA, meskipun sudah lewat 7 tahun, tapi gedung ini masih sama.
"Disini non, " ucap si supir.
"Itu mobilnya, "
"Non Kara !" gumam si supir.
"Kara !!" Ica membekap mulutnya sendiri. Saat melihat tubuh Kara digendong salah satu penculik untuk masuk ke dalam gedung, naik ke lantai paling atas. Ia harus segera membuat rencana untuk menyelamatkan Kara. Tapi belum ia berfikir, si supir sudah mendapat panggilan dari nomor tak dikenal.
"Non, ini dari para penculik itu !" supir memberikan ponselnya pada Ica.
"Hallo ! awas loe ya, kalo sampe temen gue kenapa napa, loe abis ! loe ga tau siapa calon lakinya, " ucap Ica. Bukannya takut, ia malah tertawa, menyuruh Ica untuk datang ke gedung barusan, tepat di rooftopnya. Ica melirik jam, ia bahkan sudah tak memikirkan jam berapa sekarang, ia memang sudah terlambat ke kampus. Ia tak peduli, yang ia pedulikan adalah keselamatan Kara.
"Gue mesti gimana?!" Ica menggigiti kuku kukunya panik.
.
.
.
.