Info novel 👉🏻 ig @syifa_sifana
Salah sambung hingga berakhir pacaran. Sepasang kekasih yang sudah siap menikah harus kandas karena sebuah kecelakaan.
Restu terlepas, seorang anak harus berbakti pada orangtuanya dengan menikahi wanita pilihan mereka.
Bertemu kembali dengan status berbeda, dengan harapan ingin kembali dengan cinta lama.
"Aku tidak ingin menikahi bekas orang!" kalimat penegasan keluar dari bibir seorang mantan.
Strategi meraih mantan tercinta hingga berujung pada sebuah pernikahan.
Perjuangan mendapatkan cinta kembali dari sang mantan hingga air mata menjadi saksi bisu.
Inilah kisah Terpaksa Menikahi Mantan yang penuh dengan tawa dan air mata.
Lanjutan novel ini 👉🏻 Sang Penakluk Playboy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Sifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan dan Keegoisan
Semangat kuliah meredup dengan adanya ijazah di tangan. Kini semangat baru bergejolak di hatinya. Dengan ijazah di tangannya, ia ingin langsung melamar kerja. Berharap langsung diterima dan langsung bekerja tanpa nganggur adalah keinginannya.
Reno berharap Melisa bisa membantu mengelola perusahaan keluarga bersama dengannya di Bandung. Tapi kecintaan Melisa dengan Jakarta dan kemandirinya membuat ia menolak untuk bergabung di perusahaan keluarganya.
Tekad Melisa merintis karier di Jakarta sangat kuat. Bahkan ia selama ini berusaha dengan giat untuk memperdalam ilmunya selama di kampus hanya untuk menjadikan dirinya sebagai seorang mahasiswa lulusan terbaik di kampus dan akhirnya ia berharap bisa diterima di sebuah perusahaan besar.
Dari semua jajaran perusahaan terkemuka di Indonesia, ada sebuah perusahaan no 2 yang membuka lowongan pekerjaan sebagai seorang sekretaris. Informasi sangat dimanfaatkan oleh Melisa. Dan dengan segera ia mendaftarkan dirinya di sebuah perusahaan TE Holding.
"Lisa! Ada lowongan kerja di tempat gue kerja, lo gak mau daftar di sana?" tanya Siska berjalan menemui Melisa yang sedang tengkurap di atas kasur dengan laptop di depannya.
"Udah. Baru aja aku selesai daftar online" jawab Melisa mendongak dan menatap Siska.
"Yang benar? Masa sini? Sini gue lihat!" cerocos Siska menarik laptop Melisa.
"Cepat banget lo daftarnya? Persaan gue baru bilang tadi deh!" ucap Siska bingung saat melihat laptop Melisa sudah selesai mendaftar kerja.
Melisa tersenyum dan tidur terlentang.
"Aku gak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada" sahut Melisa dengan santai.
"Bagus. Itu baru teman gue" ucap Siska sembari duduk di tepi ranjang.
"Jadi selama ini aku bukan temanmu?" protes Melisa dengan menyungging bibirnya.
"Bukan. Hehehe" Siksa malah cengengesan.
"Dasar kamu ini. Tapi tunggu! Menurutmu aku ini di terima gak sih?" tanya Melisa sedikit ragu akan kualitas dirinya.
"Udah lo gak usah pikirkan itu. Lo usahakan yang terbaik, jika rezeki lo disitu ya diterima lah" jawab Siska memberi semangat.
"Benar juga. Aku harus terus berusaha dan berdoa. Keep spirit" ucap Melisa menyemangati dirinya.
"Ya udah yok kita makan! Aku udah lapar ni!" ucap Siska mengelus perutnya yang sudah keroncongan.
Melisa menganggukkan kepalanya dan beranjak bangun bersama dengan Siska. Biasanya Siska jarang bisa menghabiskan waktu bersama dengan Melisa di apartemen, hanya saja kali ini sedang bercuti, jadi sebagian hari cutinya ia habiskan bersama dengan Melisa.
Semenjak selesai kuliah, Siska tinggal satu apartemen dengan Melisa. Siska satu langkah lebih cepat selesai kuliah dibandingkan dengan Melisa. Bagaimana tidak, Melisa sudah nonaktif jadi sangat wajar Siska lebih unggul darinya.
------
Pekerjaan Raka telah selesai, tidak menunggu jadwal makan siang tiba, ia sudah keluar dari kantor untuk menuju ke perusahaan milik Tommy.
Sesaat kemudian Raka sampai di depan perusahaan Tommy. Satpam di sana langsung membuka pintu mobil Raka.
Raka turun dari mobil dengan merapikan jasnya, kemudian ia berjalan masuk ke perusahaan Tommy sembari melepaskan kacamatanya saat mengetahui semua pandangan wanita tertuju pada dirinya.
Seperti gaya seorang playboy, senyuman ramah selalu ia lemparkan kepada semua wanita, hingga membuat wanita meleleh karenanya.
Raka terus berjalan sampai ke ruangan Tommy.
"Halo bro!" sapa Raka sembari masuk dan duduk di kursi yang berada di depan Tommy.
"Wah wah wah... Mimpi apa semalam gue? Tiba-tiba bos besar datang ke perusahaan gue?" celetuk Tommy mengeringai sembari menatap Raka.
"Gue juga ogah kesini. Tapi karena lo maksa gue. Jadi terpaksa deh" sahut Raka dengan santai.
"Kalau terpaksa lo pulang sana!" titah Tommy dengan spontan sembari mata terus fokus pada laptopnya.
"Lo ini apa-apa sih? Bela-belain gue datang kesini malah lo usir!" ketus Raka kesal.
"Hmm.. Ya udah kalau gitu lo bantuin gue pilih sekretaris yang cocok untuk gue!" titah Tommy melirik Raka.
"Nah! Ini keahlian gue! Sini biar gue bantu" ucap Raka tersenyum sumringah.
Tommy merasa senang dan lega, ia pun menyodorkan laptopnya pada Raka.
"Banyak banget kok?" tanya Raka kaget melihat jumlah pelamar kerja yang membludak hanya ingin merebut 1 posisi, yaitu sebagai sekretaris Tommy.
"Rencananya mau gue buka lowongan kerja selama seminggu, tapi karena antusias mereka untuk menjadi sekretaris gue, jadi cukup setengah hari aja gue buka lowongan kerjanya" sahut Tommy dengan santai.
"Gila memang. Ini banyak banget yang daftar" ucap Raka sembari membuka cv para pelamar kerja.
"Hah?" Raka tersentak kaget, dan mata melebar saat melihat cv Melisa berada di urutan pertama.
"Kenapa?" tanya Tommy mengernyit keningnya.
"Sini lo lihat ini!" titah Raka menggeserkan laptop agar Tommy dapat melihatnya.
Dengan rasa penasaran Tommy, ia beranjak bangun dan duduk di kursi yang ada di samping Raka, kemudian ia menggeser laptop ke arahnya.
"Ada apa dengan cv ini?" tanya Tommy masih belum menyadari cv Melisa.
"Ini mantan gue, Melisa. Yang batal nikah gara-gara wanita sialan itu!" cerocos Raka dengan nada kesal saat menyebut nama Bella.
"Melisa? Wah ini kesempatan gue untuk pacari dia" celetuk Tommy menyeringai, ia sengaja memancing emosi Raka.
"Berani lo lakuin itu, pertemanan kita putus!" kecam Raka menatap tajam Tommy.
"Kan lo udah punya Bella ngapain mau balikan sama Melisa lagi? Biarkan Melisa sama gue. Gue bisa kasih dia apapun yang dia minta, bahkan status gue single tanpa embel-embel duda" celetuk Tommy menyeringai.
"Bisa gak jangan bilang Bella lagi? Gue udah talak 3. Jadi sampai kapanpun gue dan dia gak akan pernah bersatu" tegas Raka dengan nada kesal.
"Itu sih masalah lo. Yang pastinya status lo sekarang duda. Dan orang lain gak tau apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan rumah tangga lo itu" sahut Tommy dengan santai.
"Udah deh gak usah lo sebut status gue. Gue mau lo terima dia tapi nanti lo rekom ke perusahaan gue" titah Raka dengan serius.
"Ogah. Gak mau" sahut Tommy dengan santai.
"Ok kalau gak mau. Besok lo akan lihat gimana perusahaan lo akan bertahan kalau gue tarik semua investasi gue disini" sahut Raka mengambil ponselnya.
"Iya Iya. Gue akan lakukan sesuai keinginan lo. Lo mah kejam banget sama gue" ucap Tommy kesal.
"Nah. Gitu dong" ucap Raka tersenyum sumringah.
"Pokoknya lo suruh asisten lo untuk hubungi Melisa, katakan dia di terima kerja dan suruh tanda tangan surat kontrak. Entar gue kirim surah kontraknya ke lo" titah Raka dengan akal piciknya.
"Surat kontrak lo juga yang buat?" tanya Tommy mengernyitkan keningnya. Ia sama sekali tidak habis pikir dengan jalan pikiran lelaki yang sudah menjadi sahabatnya selama ini.
"Tentu dong. Pokoknya lo terima beres aja" sahut Raka menyungging bibirnya.
"Kenapa sih lo gak berhenti aja untuk ngejar Melisa lagi? Lagian dia udah sangat benci sama lo dan kenapa lo malah menarik dia kepekukan lo?" tanya Tommy penasaran.
"Alasan utama karena gur cinta sama dia. Gue akan lakuin apapun untuk menarik dia kesini gue dan gue gak akan biarkan lelaki manapun mendekatinya dan juga merebut dia dari gue" tutur Raka dengan penuh keegoisan.
"Ya udah lo perjuangin aja tuh cinta lo. Semoga aja berhasil. Sekalipun gue meragukan lo" sahut Tommy menyeringai.
"Bodo amat sama feeling lo. Mending sekarang ayo kita lunch" ucap Raka beranjak bangun dari duduknya.
Tommy menghela nafas dan beranjak bangun dari duduknya.
Mereka berdua jalan berdampingan keluar dari kantor Tommy. Semua mata terus menatap Raka, seorang pria yang jarang mereka lihat di kantor Tommy.
"Hmm.. Kayaknya kedatangan lo kesini malah mengganggu karyawan gue" celetuk Tommy melirik Raka yang wajahnya sudah mengeluarkan aura playboy.
"Hal biasa, seorang pria tampan datang bersama dengan CEO Tommy" sahut Raka memuji dirinya sendiri.
"Hentikan narsis lo di depan gue" titah Tommy sinis.
"Santai bro! Hati gue udah milik Melisa, jadi gak akan gue gebet semua karyawan lo, yah walaupun bening-bening sih" jawab Raka menyeringai.
"Terserah lo deh" balas Tommy tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Raka yang sudah over narsis.
Raka menyungging bibirnya dan terus berjalan sampai ke mobilnya.
Kali ini mereka akan lunch bersama dengan teman-teman mereka yang lainnya. Semenjak semua teman mereka menjadi sukses, jarang sekali mendapatkan kesempatan untuk bersama.
Sampai di restoran, Raka dan Tommy langsung menyapa kedua temannya.
"Hai bro! What's up man!" ucap mereka bersalaman ala anak gaul.
"Wah duda yang satu ini makin tampan aja" celetuk Alex menyeringai.
"Benar banget. Menurut gue dia lebih tampan jadi duduk daripada single" cerocos Andre menyeringai.
"Terserah lo mau bilang apa. Yang pasti gue duda rasa perjaka" sahut Raka dengan santai.
"Perjaka apaan lo udah pernah kawin. Jangan-jangan manta istri lo sekarang udah ngelahirin anak lo" cerocos Alex menyeringai.
"Gue cuma nikah doang dan gue gak kawin. Hati-hati lo ngomong!" sahut Raka dengan serius.
"Hah? Maksud lo gimana?" tanya Andre bingung dan penasaran.
"Ceritanya panjang. Tapi satu hal yang pasti, gue menikahi Bella dengan terpaksa dan gue menceraikan dia dengan suka rela. Dan gue akan menjaga kesucian gue hanya untuk Melisa" jelas Raka dengan sangat serius.
"Kalau dia gak mau balikan sama lo?" tanya Andre menatap Raka.
"Ya jadi bujang lapuk lah" sahut Alex menyeringai.
"Hahaha" mereka semua menertawakan Raka membuat Raka kesal.
"Terserah kalian. Yang pasti gue harus mendapatkan Melisa apapun itu caranya. Jangan panggil nama gue Raka Irsyad kalau gue gak bisa mendapatkan Melisa kembali" sahut Raka dengan penuh percaya dirinya.
"Ok. Kami tunggu kemenangan lo itu" sahut Tommy mengganggukan kepalanya.
Mereka semua tersenyum dan larut dalam candaan mereka. Begitulah hebohnya mereka jika mereka berkumpul. Candaan demi candaan terus keluar dari mulut mereka. Bahkan tidak boleh satupun diantara mereka yang baper, karena sifat itu dapat mengganggu obrolan mereka yang tidak pernah mengenal kata rem.
rasanya juga tdk puas kalo tdk ada karma utk keluarga raka