Bagaimana jadinya kalau sad boy bertemu dengan sad girl.
Disarankan membaca Dosenku Suamiku dulu biar feel-nya dapat. Novel ini merupakan squel dari Dosenku suamiku.
"Sayang..... jangan bobo dulu aku mau lagi." ~ Zidane
"Apaan sih Bang, tinggal comot aja langsung."~ Anna
"We....asyik...."~Zidan
"Abaaang.... gubrak"~Anna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Danby dan Answee
Sinar matahari pagi yang menyelinap masuk celah korden membangunkan Anna yang masih setia memejamkan mata. Pandangan gadis itu menyipit beralih pada sosok tampan yang tengah tidur dalam dekapannya. Zidane tidur dengan posisi memeluk Anna dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya.
Anna berusaha mengumpulkan kesadarannya di dunia nyata. Gadis itu tersenyum senang melihat Zidan yang masih terlelap. Tangan Anna terulur mengusap lengan Zidan yang melingkar di pinggangnya.
Zidan bergeming, pria itu sedikit bergerak namun malah mempererat pelukannya.
"Dan... bangun? Bisik Anna lirih tepat di telingannya. Zidan sedikit terusik pria itu mendongak dengan malas setengah sadar detik berikutnya kembali lagi ke posisi semula.
"Ayo dong bangun, kita harus pulang?" Bisik Anna sekali lagi. Dia juga spontan mengecup pipi Zidan sekilas dan seketika Zidan langsung melek namun lagi-lagi malah menyeruak semakin menenggelamkan dirinya di leher Anna.
"Jangan mancing-mancing kalau tidak mau bertanggung jawab. Pagi hari sangat rawan membangunkan yang di bawah sana," ucap Zidan masih dengan mata terpejam
Setelah berkata demikian Zidan masih saja dengan santainya mendengus leher Anna. Sementara Anna langsung diam tak bersuara, Ia tahu dengan apa yang di maksud suaminya. Anna membiarkan saja sampai pria itu terlelap kembali entah mau sampai jam berapa.
Setelah tidak ada pergerakan dan terdengar nafas teratur Zidan, Anna dengan hati-hati menyingkirkan tangan Zidan yang masih setia melingkar di pinggangnya. Pelan-pelan sangat pelan, takut menggangu si empunya dan akan susah mencari celah.
Yes berhasil
Anna beranjak dari ranjang dan hendak pergi ke kamar mandi.
Grep
Zidan meraih tangan Anna, dalam dua detik Anna terdiam. "Mau kemana? Hmm?" Zidan menarik tangan Anna dan seketika Anna pun langsung terduduk kembali di bibir ranjang.
"M-mandi Bang? Kita harus pulang nanti ketinggalan kereta," jawab Anna sambil menggigit bibir bawahnya.
"Panggil apa barusan, pingin denger sekali lagi." Zidan mendengus di bagian leher belakang Anna yang jenjang.
"Nggak ada, ih... geli jangan gitu dong." Anna merasa paginya cukup gerah dan ingin segera membersihkan diri.
"Panggil lagi, baru aku lepas," titahnya tanpa mau di bantah.
"Nggak ada beneran, emang tadi aku ngomong apa? Udah please jangan gini jantung aku nggak kuat, deg degan nih..." Protes Anna jujur. Ia merasa di dekat Zidan membuat detak jantungnya bekerja lebih cepat dan tidak beraturan.
Zidan bukannya malah stop, pria itu malah menyerang semakin dalam dengan menggigit leher Anna di beberapa tempat. Sudah bisa di pastikan memberikan bekas nakal di sana.
"Stop Mas... jangan gini... please." Anna merasakan sensasi yang tidak bisa di definisikan. Tubuhnya merespon dengan gamblang namun ia harus segera memberi jarak.
"Nggak mau kalau belum bilang sekali lagi. Aku mau denger dengan jelas," lirih Zidan. Pria itu malah semakin gencar bermaksud menjailinya dan juga merasa gemas dengan istrinya yang malu-malu meong.
Zidan terus memberikan sensasi nakal yang membuat dirinya juga semakin klimpungan karena bakalan tahu sendiri endingnya. Tapi sungguh Zidan laki-laki normal dan... sudah bisa di pastikan... ambyar gaesss.
"Iya, iya Abang sayang... please stop." Zidan menghentikan aksinya memandang Anna dengan tersenyum.
Anna langsung membuang muka malu, pipinya merona seketika. "Sekali lagi? tatap aku Ann?" Zidan menangkup pipi Anna yang memerah agar mau menatapnya.
"Nggak mau." Anna menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya.
"Kamu nggemesin banget sih, buka tangannya aku mau lihat kamu ngucapin sambil menatapku baru aku percaya." Tatapan Zidan semakin dalam.
"Nggak mau ih jahil banget sih." Anna melepaskan tangannya karena Zidan membawa jari-jemari Anna ke dalam genggamannya. Anna tertunduk, di perhatikan Zidan dari jarak dekat membuat ia benar-benar mati gaya.
"Tatap mata aku Ann," Anna memberanikan diri menatap suaminya dengan rasa malu tapi mau. Hingga pandangan mereka saling bertemu terkunci, tatapan dua sejoli yang diliputi rasa bahagia dengan penuh cinta.
"I love You Sarah Annara." Zidan memandang wajah Anna dengan lekat dan mencium ke dua tangannya yang berada dalam genggaman.
speechless
Anna membatu, pipinya semakin memanas. Hatinya berkata too tapi bahkan lidahnya mendadak kelu untuk mengeluarkan kata-kata sepatah kata pun. Ia hanya mampu tersenyum dan mengangguk mewakili perasaannya saat ini yang entah mengapa terasa seperti ada banyak kupu-kupu yang bersarang di hatinya.
Zidan semakin dalam menatap wajah Anna. Mata mereka terpaut cukup lama dan seakan menusuk sampai ke relung hati terdalam. Zidan semakin mendekat bahkan hembusan nafas hangatnya semakin terasa menyapu wajahnya. Anna refleks memejamkan matanya, gadis itu bersiap menerima serangan fajar dengan suka rela.
Melihat Anna yang sudah memberi kode Zidan tidak ingin membuang waktu. Pria itu semakin berani lebih dekat.
Cup
Bukan sesuatu yang kenyal yang Zidan rasakan, tetapi sedikit keras dan datar. Anna menghalangi penyatuan mereka dengan telapak tangannya. Adegan romantis di pagi hari yang di gadang-gadang membuat baper seantero raders gagal total.
"Sorry Bang belum gosok gigi," kilahnya sambil nyengir tanpa dosa. Anna langsung berdiri meninggalkan Zidan dan langsung kabur ke kamar mandi.
Kurang asem... istriku rese' banget
"Anna...!!!"
Anna ngakak di kamar mandi sementara Zidan kesal sendiri.
***
Anna dan Zidan sedang perjalanan pulang, mereka tengah duduk manis di dalam kereta. Setelah memakan waktu kurang lebih delapan jam akhirnya mereka tiba di rumah tercinta.
Mereka langsung pulang ke rumah Zidan yang sempat di huni semalam.
Bruk...!!
"Ukh... capek." Zidan langsung menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu.
"Dan, seharusnya kita pulang ke rumah Mama aja. Di sini sepi lagian belum ada bahan untuk di masak nanti kita makan apa?" tanya Anna dengan polosnya.
"Delivery kan bisa sayang," jawab Zidan dengan santainya.
"Ih... lebih puas masakan sendiri, ke rumah Mama aja yuk."
"Nggak Mau di rumah kamu ada bang Hiko rese', di rumah aku ada Icha si jail nanti kita gagal bikin anaknya di krecokin mereka terus."
"Mulutmu Bang... pakai filter dong." Anna merengut.
"Iya dek Anna sayang."
"Ih... geli tahu nggak. Hahaha." Mereka tertawa bersama.
"Tapi lucu sih kan emang harus di rubah panggilannya biar makin romantis. Iya nggak dek sayang?" Zidan mengerling.
"Sumpah... geli tahu. Panggil nama aja lah." Anna masih terkekeh.
"Answee?" ucap Zidan kemudian.
"Apaan?"
"Anna sweet sayang..."
"Owh... boleh juga terdengar imut. Aku mau panggil Danby."
"Danby?" Zidan membeo.
"Iya Danby... Zidan hubby. Sweet juga kan?"
"Boleh? nggak boleh di rubah ya harus diterapkan selamanya. Cuma kita yang bisa manggil begituan."
"Oke Danby." Anna tersenyum ke arahnya.
"Oke apa?" Zidan tersenyum smirk.
"Ya Oke panggilan? emang apa lagi?"
"Ayo?"
"Ayo? Kemana?"
"Bikin anak Answee....!!!"