NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu / Tamat
Popularitas:853.6k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ibu

Setelah Sinta, Amira beralih ke Bi Nunik. Catatan seorang wanita paruh baya yang sebenarnya tidak pernah menyakiti Amira secara fisik, tapi sering melontarkan kata-kata pedas yang menusuk.

"Bi Nunik."

Yang dipanggil langsung tegang.

"Menurut catatan, Bibi memang tidak pernah menyiksaku secara fisik. Tapi...mulut Bibi itu terlalu pedas. Bibi masak mi instan sana! Tapi tambahkan cabai rawit yang banyak. Jangan pelit."

Bibi menurut, meski wajahnya jelas ketakutan. Setelah matang, Amira menyuruh Bi Nunik makan mi tersebut sampai habis.

Tidak berhenti sampai disitu pembalasan untuk Bi Nunik, Amira menyuruhnya menyapu seluruh halaman rumah, sampai tidak boleh tersisa satu daun pun. Tapi anak buah Arga, yang tampaknya diam-diam bekerja sama dengan Amira, terus saja melemparkan daun dan sampah ke halaman itu. Pekerjaan Bi Nunik jadi tidak kelar-kelar.

Kegiatan di luar rumah tersebut disaksikan beberapa tetangga. Mereka pada ngintip, ada juga yang berani mendekat kesana.

"Nunik, ada apa ini?"

Dengan wajah memelas dan nada suara seolah korban, Nunik langsung merintih, "Tolong aku… aku disiksa sama Amira!"

"Hah? Disiksa Amira? Kok bisa?"

Nunik mengangguk-angguk, mencoba meyakinkan si tetangga. "Ya bisa aja! Namanya juga manusia. Tolonglah aku ini, keluarkan aku dari siksaan Amira!"

"Memangnya kamu disiksa seperti apa?"

"Itu tuh, aku disuruh nyapu halaman, tapi lihat sendiri, sampahnya masih disebar ke mana-mana. Itu namanya penyiksaan tahu!"

"Oooh… Gitu ya. Ya sudah, aku bantu deh."

Mendengar itu, wajah Nunik langsung berseri. Ia merasa seperti ada angin segar datang menyelamatkannya. Dalam hati ia merasa seperti ada malaikat turun tangan. Tapi alih-alih menyesal atas perlakuannya sendiri yang selama ini seenaknya pada orang lain, ia malah semakin merasa jadi korban.

Namun, baru beberapa saat si tetangga membantu, Nunik mendadak terperangah. Matanya membelalak melihat si tetangga malah menyebarkan daun-daun ke halaman, persis seperti yang dilakukan anak buah Arga.

"Hei! Kamu kenapa malah nyebarin sampahnya lagi?!"

"Aku cuma mau bantu… bantu biar kerjaanmu nggak cepat selesai," jawab si tetangga sembari nyengir. "Selama ini bukannya Amira yang nyiksa kamu, tapi kayaknya kamu yang nyiksa dia. Mungkin sekarang kamu lagi dapat balasannya. Hahaha!"

Tanpa merasa bersalah, si tetangga pun melenggang pergi. "Udah, ah. Aku mau dengerin lagu India dulu."

Tidak lama kemudian, terdengar lagu India Dil To Pagal Hai mengalun dari rumah tetangga itu, mengejek Nunik yang masih berkutat dengan sapu dan daun-daun yang tidak kunjung habis.

Nunik berdiri terpaku, kesal bukan main.

Pekerjaan Nunik pun tak pernah selesai. Seharian ia terjebak dalam lingkaran tanpa ujung. Itu balasan untuk semua kata-kata pahit dan hasutan yang dulu dilontarkannya pada Amira. Belum kagi habis makan cabai yang banyak tadi, perutnya sekarang sudah panas dan mules-mules.

Kemudian setelah memberi pelajaran pada Bi Nunik, Amira berjalan mantap menghampiri Ardi. Sekarang sudah gilirannya laki-laki itu. Menurut catatan, Ardi banyak menorehkan luka. Dan jika dibalas satu per satu, seharian pun tidak akan cukup memberi perhitungan. Maka, Amira memilih merangkum semua rasa sakitnya dalam tiga tindakan tegas.

Pertama-tama, tamparan mendarat di pipi Ardi.

Ardi tidak berkutik. Ia diam saja menerima. Pipinya memerah, tapi mulutnya tetap tertutup rapat. Dan tamparan itu tidak hanya sekali, melainkan dua kali di daratkan oleh Amira.

"Itu untuk kamu yang tidak pernah membelaku saat aku diinjak-injak oleh keluargamu."

Amira menarik napas dalam-dalam, lalu meninju perut Ardi hingga pria itu meringis kesakitan. "Dan ini untuk kamu yang tidak pernah memberiku nafkah yang layak sebagai seorang suami."

Lalu, tendangan terakhir pun mendarat tepat di selangkaangan Ardi. Kali ini, Ardi jatuh tersungkur, berguling di lantai sambil mengerang pelan.

"Itu untuk kamu yang tidak mau mendengar tangisan anakmu sendiri di malam hari, hingga kamu benar-benar tidak mendengar tangisan anakmu untuk selama-lamanya."

Ardi tergeletak memeluk tubuhnya sendiri. Wajahnya pucat. Tubuhnya gemetar menahan sakit. Di belakang mereka, sang ibu hanya mendekat untuk memeriksa kondisi Ardi tanpa membela, hanya pandangan pasrah yang tertinggal di matanya.

Sementara itu, beberapa pria yang menyaksikan kejadian itu secara spontan memegangi selangkaangan mereka sendiri, ikut merasakan ngilu secara spiritual.

Ardi mengerang lemah, tidak bisa berkata apa-apa. Ada yang pecah tapi bukan telur.

Dan yang terakhir, balasan Amira tertuju pada ibunya Ardi. Belum sempat dipanggil atau dibacakan apa pun, Beliau sudah lebih dulu melangkah mendekat. Langkahnya pelan, namun siap menerima apa pun yang akan Amira jatuhkan padanya.

Amira mengangkat kepala. Tatapannya bertemu dengan manik mata ibunya Ardi yang mulai berkaca-kaca. Amira belum mengucapkan sepatah kata pun, namun sang ibu lebih dulu membuka suara.

"Apa hukuman untuk Ibu?"

Berbeda dari yang lain, justru ibunya Ardi yang menagih balasan, seakan ingin merasakan bentuk penebusan atas rasa bersalah yang selama ini perlahan menggerogoti batinnya. Datang setiap hari ke makam Galen, membersihkan nisan, merapikan bunga, semua itu belum cukup untuk menenangkan hatinya.

Ia masih mengingat hari ketika tubuhnya mulai terasa tidak enak. Ia kira hanya kelelahan setelah mendapat perlakuan kasar dari Lisa. Tapi bahkan setelah istirahat, tubuhnya tetap tidak nyaman. Ia pun memutuskan berobat. Namun hasil dari dokter menunjukkan tidak ada yang salah.

Lalu malam itu datang. Sebuah mimpi yang begitu membekas. Dalam mimpi, ia melihat Gladys yang pernah ia kenali sebagai teman arisan Amira, menggendong Galen. Sosok cucunya yang sudah tiada. Kenapa dibawa oleh Gladys?

Di dalam mimpi itu, Gladys mengatakan sesuatu. Kalimat yang tidak sepenuhnya ia ingat saat terbangun, tapi cukup untuk menembus relung hatinya yang paling dalam. Ia tersentak bangun dengan tangis, dan sejak itu, ia mulai mendekatkan diri pada Tuhan, memohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah ia lakukan.

Sejak saat itulah dirinya perlahan-lahan merubah diri, meskipun ditengah tekanan yang Lisa berikan.

"Nak… Ibu sangat menantikan hukuman darimu…Hukuman yang bisa membuatmu lega… dan membuat hati Ibu tenang." Ucapannya dibarengi kedua tangan yang dikatupkan di depan dada, seperti tengah memohon. Bibirnya bergetar, menahan luapan rasa yang nyaris tidak terbendung.

Amira tercekat. Pandangannya jatuh pada wajah wanita tua di hadapannya. Tatapan itu kenapa terlihat begitu tulus? Kenapa justru dari mata mantan ibu mertuanya, Amira bisa melihat penyesalan yang dalam, yang tidak dibuat-buat?

Ia buru-buru memalingkan wajah. Ada sesuatu yang meletup di dadanya, mengguncang keteguhan yang tadi sudah ia pasang. Sulit. Begitu sulit memberikan balasan pada orang yang sudah benar-benar menyadari kesalahannya.

Karena pada dasarnya, Amira bukan wanita yang keras. Ia berhati lembut, dan justru itu yang membuat ketegasan terasa seperti beban hingga tidak bisa menembus ketegaan.

Ia menghela napas dalam-dalam, lalu kembali menatap wajah wanita itu. Mata yang sudah redup dimakan usia, kulit yang mengeriput, dan entah kenapa, dada Amira terasa makin sesak. Karena yang ia lihat bukan hanya seorang ibu yang menyesal. Tapi juga sosok yang mengingatkannya pada seseorang.

Ibu…Amira rindu...

Ibu... Bapak...

Ia berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. Ia menarik napas panjang, berusaha menstabilkan suara yang tiba-tiba saja gemetar saat membuka mulut.

"Kalian semua...pergilah dari rumah ini. Rumah ini sudah menjadi milikku, sejak Mas Ardi menandatangani perjanjian pra-nikah dengan Lisa."

Ibunya Ardi tidak menunjukkan keterkejutan. Ia tetap berdiri di tempat, menanti kelanjutan Amira, seakan ia tahu masih ada yang belum selesai.

"Dan untuk Ibu… tidak ada hukuman dari seorang anak untuk ibunya. Tidak ada…"

Saat itulah tangis ibunya Ardi pecah karena hatinya justru makin tidak tenang. Ia sangat ingin dihukum, agar bisa merasa telah membayar dosanya. Tapi justru kalimat itu yang menghancurkannya. Ia maju dan memeluk Amira erat, tubuhnya terguncang oleh isak penuh sesal, penuh beribu-ribu maaf yang terus diucapkan berulang-ulang.

Amira diam mematung. Ia bahkan tidak membalas pelukan itu. Tapi demi apapun, saat itu juga, ia ingin menangis sekeras-kerasnya.

Bersambung.

1
may faz
alamak duda kebelet Iki😜🤕
mai midar
Luar biasa
may faz
ngakak anjirrrt Amira ...Amira😂😂
Syifa Azhar
hom pim pa kali di bolak balik gambreng/Facepalm//Facepalm/
Syifa Azhar
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/ astaganaga lamaran model apa nih??/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
Kartika Dewi
Luar biasa
Zenun: terimakasih
total 1 replies
Syifa Azhar
cemburu yang bikin runyam ya pak buana/Joyful//Joyful//Joyful/
Syifa Azhar
eling Arga eling itu foto jadul pas Amira masih istri Ardi,makanya buana berani naruh hati sama Amira dan mau nunggu jandanya,tp mau gimana lagi habis jadi janda malah jadi incaran bos sendiri. nasi. buana sungguh sial/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: wkwkwkwk
total 1 replies
Syifa Azhar
mau di bikin sup katanya/Joyful//Joyful//Joyful/
wadau mau ngapain pakai bawa-bawa pistol??/Silent/
Slamet Riyadi
sepertinya menarik thor/Pray//Good//Good/
Zenun: selamat membaca👍
total 1 replies
Syifa Azhar
gimana ceritanya tikus perkosa kamu sinta, ada-ada saja/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ya begitulah 😄
total 1 replies
Syifa Azhar
karma yang tidak semanis kurma/Grin//Grin/
Zenun: iya betul
total 1 replies
Syifa Azhar
iyaaaaa ternyata oh ternyata Arga di balik keretakan rumah tangga Amira secara tidak langsung/Joyful//Joyful//Joyful/
tp bagus lah setidaknya Amira gak perlu lama-lama sama keluarga toxic itu
Zenun: iya hehehe
total 1 replies
Syifa Azhar
makin penasaran,apa maksudnya Arga bilang yang dialami Amira adalah yang di inginkan Gladys??
apa Gladys meninggal setelah melahirkan tuan kecil dan meminta supaya Almira yang merawat anaknya??
Jajuk Triagustin
kuapokmu kapan ,rasakno koen.
Syifa Azhar
wih jangan-jangan Amira sering jadi bahan gosip di keluarga tuan Arga kalau dia pantas jadi kandidat ibu tuan kecil/Joyful//Joyful//Joyful/
Zenun: ehehehe
total 1 replies
mety
wkwkwkw Amira Amira......diriku tak bisa komen dah
Zenun: wkwkwkwk
total 1 replies
Syifa Azhar
eeeaaaaa....dari ibu susu jadi ibu untuk anak ku/Joyful//Joyful//Joyful/
langsung naik jabatan jadi istri tuan rumah/Grin//Grin/
Zenun: uhuuuuy
total 1 replies
Syifa Azhar
good Lisa jangan mau jadi korban kedua dari keluarga toxic itu,kalau perlu jangan cuma barang-barang aja yang kamu angkut tp sekalian kamu tendang yang punya barang,dah rumah tangga sendiri-sendiri kok masih suka numpang
Zenun: iya ya kak
total 1 replies
Syifa Azhar
bagus Amira langsung kasih paham sama Mia biar gak makin besar kepala
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!