NovelToon NovelToon
Tawanan Bos Mafia

Tawanan Bos Mafia

Status: tamat
Genre:Komedi / Contest / Mafia / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:14.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ranty Yoona

Zayn J. Scott, seorang bos mafia yang berparas tampan dan berkharisma, namun memiliki temperamen yang tinggi. Trauma akan masa lalunya, kedua orang tuanya di bunuh tepat dihadapannya.

Dan kegagalan cinta pertamanya membuat dirinya menutup rapat pintu hatinya. Semakin dingin dan menjadi pria yang keji terhadap wanita. Meskipun ada seorang wanita cantik yang mendampingi dirinya.

"Kau hanya tawananku, jadi jangan berharap dengan pernikahan ini!" - Zayn -

"Menikah denganmu adalah kesialan untukku. Tapi kenapa aku tidak bisa membencimu! Aku pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku dan melupakannya." - Angela -

Cerita ini merupakan kelanjutan dari Novel 'Elleana And The King Of Mafia'.. sangat disarankan membaca Novel tersebut terlebih dulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranty Yoona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tubuhku sakit semua

Keesokan paginya

Zayn terlihat baru saja pulang dari markas bersama Roy. Ia hanya melirik kilas ke arah Angela yang berada di meja makan. Tadi malam pria itu hanya mengatakan pada Angela bahwa ia akan kembali menjelang pagi dan setelah itu pergi begitu saja. Angela dibuat bingung, bukankah Zayn tidak pernah mengatakan padanya kemanapun dirinya pergi. Namun belakangan ini, Zayn sudah cukup berubah, meskipun terkadang sisi menyebalkan masih melekat pada pria itu.

Angela pun menyadari bahwa Zayn sudah pulang. Ia hanya sempat melihat punggung tegap pria itu yang sedang menaiki tangga. Ia melanjutkan makannya kembali dengan nikmat, berada di mansion besar milik Zayn tidaklah buruk, dirinya masih bisa makan makanan enak.

Setelah membersihkan diri, Zayn menghampiri Angela di meja makan. Mendaratkan tubuhnya di kursi tanpa menyapa Angela, tangannya mengambil roti bakar yang telah tersedia di atas meja.

Tanpa sadar pandangan Angela selalu mengarah pada Zayn, memperhatikan wajah pria itu. "Apa ada sesuatu di wajahku? Kenapa menatapku terus?" tanyanya datar. Hanya dengan melirik saja sudah dapat mengetahui jika wanita itu tengah menatapnya.

Angela terkesiap dan memalingkan wajahnya. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya tidak sengaja sedang melihatmu," kilah Angela. Ia meruntuki dirinya karena pesona Zayn membuatnya ingin selalu menatap wajah pria itu.

"Oh...." Zayn tidak ingin memperpanjang hal sepele. Ia melanjutkan makannya kembali.

Suasana menjadi canggung. Zayn terlihat banyak diam dan hanya menikmati makannya tanpa berniat mengajak berbicara wanita dihadapannya itu, hanya saja meja makan sebagai pembatas mereka.

Sementara Angela yang sudah menyelesaikan makannya meletakkan piring kotor ke tempat cucian piring. Namun Molly mengambil alih piring tersebut, karena itu adalah pekerjaannya. Angela merasa tidak enak namun ia tidak punya pilihan lain, ia pun kembali berjalan menuju meja dan melihat Zayn yang hendak beranjak berdiri.

"Kau mau kemana?" tanya Angela sesaat saat melihat Zayn berjalan ke arah dapur.

"Aku sedang ingin minum kopi."

"Biar aku saja yang buatkan."

"Tidak perlu. Biasanya Julie sudah membuatkan kopi untukku." Zayn berjalan menuju mesin kopi dan benar saja, disana sudah ada kopi yang sudah dibuatkan, jadi Zayn hanya perlu menuangkannya saja ke cangkir.

Julie adalah kepala pelayan yang sudah bekerja sangat lama dengan Zayn. Wanita paruh baya itu tetap setia berada di sisi Zayn dan mengurusnya dengan baik. Sehingga kemanapun dirinya pergi, ia akan selalu membawa Julie.

Angela mengangguk dan kembali duduk di kursinya. Tak lama setelahnya, Zayn kembali ke meja makan dengan membawa secangkir kopi.

Suara langkah kaki menyelinap di pendengaran Zayn. Salah satu anak buahnya berjalan mendekatinya dan membisikkan sesuatu. "Di depan ada seorang wanita yang bernama Nona Jessie."

"Hm, aku sudah tau. Aku akan kesana setelah menghabiskan kopi ku," jawabnya sesaat setelah menyeruput kopi tersebut.

"Baik Master." Anak buah Zayn berlalu dari sana, kembali ke pelataran mansion.

Meskipun Angela penasaran apa yang dibisikkan oleh anak buah Zayn namun ia tidak berani untuk bertanya.

Zayn menghabiskan kopi miliknya dan segera beranjak dari duduknya. Angela memperhatikan Zayn yang begitu tergesa-gesa meninggalkan meja makan. Sebenarnya ada apa, sehingga Zayn terlihat tergesa-gesa seperti itu.

***

Zayn berjalan menghampiri Jessie yang masih berdiri di ambang pintu. Wanita itu begitu enggan masuk ke dalam karena sudah begitu lama tidak bertemu dengan Zayn. Ia tahu bagaimana sifat dan kerasnya kakaknya itu padanya, sehingga ada sedikit ketakutan yang dirasakan. Bisa saja Zayn bertambah kejam dan lebih keras padanya karena dirinya berhasil kabur dari Italia.

"Kenapa tidak duduk? Apa kau ingin berdiri disana seharian?" Suara Zayn membuatnya menoleh dan mengulas senyum.

"Aku hanya ingin berdiri," jawabnya. Ia mengamati Zayn yang sudah banyak berubah. Kakaknya bertambah tampan dan semakin tinggi

"Aku baru saja menelpon mu tadi dan kau sudah datang secepat ini. Kau memang masih adikku yang dulu, haha." Zayn tergelak.

"Haha.." Tawa Zayn menular padanya. "Tentu saja karena Kak Zayn mengancam ku akan membawaku kembali ke Italia, jadi aku terburu-buru datang kemari." Jessie tetap mengulas senyumnya, meskipun di hatinya merasakan kekesalan yang luar biasa. Ternyata ada satu hal tidak membuat Zayn berubah, yaitu masih tetap menjadi pria pemaksa dan tidak ingin dibantah.

Zayn berjalan mendekat, mengusap kepala Jessie. "Kau semakin pintar berbicara."

"Tentu, karena aku adalah adik mu dan Kak Thony."

"Jangan sebut namanya disini!" Zayn mendengkus kesal. Hanya mendengar nama pria itu membuatnya tersulut emosi.

"Ya, baiklah." Jessie mengangguk patuh. Hubungan kedua kakaknya itu tetap tidak berangsur membaik, padahal sudah bertahun-tahun berlalu.

"Apa kau ingin sarapan?" tanya Zayn mengalihkan pembicaraan.

"Tidak Kak, aku sudah sarapan."

Zayn mengangguk dan merangkul adiknya itu. "Kalau begitu, kau harus bertemu dengan Roy. Dia berada di ruangannya."

"Ternyata kalian masih bersama dan tidak bisa dipisahkan." Jessie mengejek Zayn. Dimanapun Zayn berada, Roy akan selalu bersamanya.

Terdengar suara sayup-sayup seorang wanita yang menyelinap masuk di pendengaran Angela, sontak wanita itu beranjak meninggalkan meja makan dan menghampiri sumber suara.

Langkahnya terhenti karena berpapasan dengan Zayn bersama seorang wanita. Yang menjadi pusat perhatiannya adalah tangan Zayn yang merangkul pundak wanita itu.

Kedua mata Angela menyipit tajam. "Siapa wanita itu? Dia cantik sekali," batinnya. Kedua matanya melihat Jessie dari kepala hingga kaki.

"Siapa wanita ini Kak?" Jessie bertanya pada Zayn seraya menatap wanita cantik di hadapannya itu.

"Kau akan tau nanti. Sekarang ada yang lebih penting yang ingin aku tanyakan." Zayn menarik Jessie, hingga tubuh Jessie berangsur mengikuti pergerakan tubuh Zayn yang berjalan cepat.

Sementara Angela menatap punggung mereka dengan kesal. "Memangnya apa sulitnya memberitahukan siapa dia. Ya sudah, aku tidak akan bertanya!" cebik Angela kesal. Sepanjang ia berjalan, tak hentinya menggerutu. Melihat Zayn bersama wanita itu membuat hatinya memanas. Perlakuan Zayn pada wanita itu sungguh berbeda dengan wanita yang minggu lalu datang ke mansion.

Langkah Zayn terhenti saat sudah masuk ke dalam ruangan Roy. Roy terkesiap dan menoleh, ia tidak terkejut lagi siapa wanita yang bersama dengan Zayn karena ia sudah mengetahui lebih dulu.

"Senang melihatmu lagi, Adik Kecil," sapa Roy dengan tak berpindah dari duduknya. Ia tengah berkutat dengan laptop miliknya

"Hai Paman?" Jessie membalas sapaan Roy. Roy berdecak kesal. Paman adalah panggilan yang selalu wanita itu sematkan padanya.

"Kakak!" protes Roy. Ia selalu kesal jika Jessie memanggilnya demikian, padahal usianya hanya terpaut 4 tahun dari Zayn. Ia tidak setua itu bukan, untuk di panggil sebagai Paman.

Jessie terkekeh. Ia tau jika Roy tidak menyukai panggilan itu. "Maaf Kak Roy."

"Sekarang duduklah. Aku ingin bertanya sejak kapan kau berhubungan dengan tunangan mu itu?" Zayn duduk di sofa lebih dulu. Tatapannya menuntut penjelasan dari Jessie.

Jessie menggaruk keningnya. "Hm, itu.... Saat aku berada di Paris, kami tidak sengaja bertemu." Untuk menghilangkan ketakutannya, Jessie meremmas jemarinya. Sungguh Zayn memiliki aura menyeramkan seperti Sang Daddy.

"Apa kau berpikir aku akan membiarkan hubungan kalian?" katanya kembali. Seketika itu pula Jessie mendadak panik.

Jessie berjalan menuju sofa dan duduk tepat di samping Zayn. "Jangan seperti itu kak. Jangan gagalkan pertunangan kami. Kami akan bertunangan satu minggu lagi." Ia sangat mencintai Lukas dan tidak ingin Zayn memisahkan mereka. Ia tau, apapun dapat dilakukan oleh Zayn, bisa saja Zayn menghabisi tunangannya dan ia tidak inginkan itu terjadi.

Zayn tak bergeming, walaupun Jessie terus merengek dan mencoba minta pengertiannya. Namun ia tidak peduli, itu adalah hukuman karena Jessie berani kabur tanpa memberikan kabar sedikitpun padanya.

"Kak, kau mendengar ku tidak?" Jessie mengguncang tubuh Zayn berulang kali.

Zayn menutup kedua telinganya. "Jangan banyak bicara lagi. Aku tidak akan menyetujuinya. Kalau kau ingin tetap bertunangan dengannya, aku akan membuatnya cacat!" Ancaman Zayn membuat Jessie tidak dapat berkutik.

Kedua matanya berkaca-kaca, bahkan cairan bening perlahan menetes. "Kalau kau ingin mematahkan kakinya, maka kau patahkan dulu kaki ku!" Jessie tidak ingin mengalah, ia rela melakukan apapun demi melindungi Lukas.

"Ck, jadi kau rela mati demi pria itu?"

"Yang kau sebut pria itu adalah tunangan ku, Kak!" Jessie berdecak kesal. "Selama ini hanya dia yang bisa membuat ku bahagia setelah apa yang kalian lakukan padaku. Kalian berdua adalah kakak ku tapi dia yang selalu melindungi ku selama berada di Paris!" Perkataan Jessie cukup menohok untuk Zayn. Ia tidak dapat membantahnya, karena yang dikatakan Jessie benar adanya.

"Apa kau tau masa lalunya?" tanya Zayn menatap wajah adiknya itu. Cairan bening berlahan mulai menyurut, dan hanya sisa-sia air mata yang membekas di wajah Jessie.

"Aku tau kak, dia pernah mencintai wanita milik Mr. Romanov. Saat itu dia sudah menceritakannya."

Tak ada tanggapan dari Zayn selama beberapa saat setelah Jessie memberitahukan hal itu. "Sepertinya kau benar-benar mencintai pria itu!" Zayn tersenyum sinis bersamaan dengan lirikan tajam. Jessie tertunduk, ia memang sangat mencinta tunangannya.

"Baiklah, karena kau mencintainya dan aku adalah kakak yang baik, jadi kau boleh bertunangan dengannya."

"Benarkah?" Senyum Jessie mengembang mendengar perkataan Zayn. "Kau memang yang terbaik. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan mu," serunya dengan senyum yang tak memudar.

"Sudahlah. Yang penting kau bahagia." Zayn beranjak dari duduknya. "Tapi aku tidak akan ragu untuk membunuhnya jika dia menyakitimu!" Zayn berlalu keluar dari ruangan Roy. Ia membiarkan Jessie melepas kerinduannya dengan Roy.

***

Angela menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang sesaat saat ia baru saja menutup rapat-rapat pintu kamarnya. Ia sempat menjernihkan pikiran dengan berjalan-jalan di halaman namun tak kunjung membuat mood-nya membaik. Wanita itu masih tetap kesal, terlebih lagi ia sempat melewati ruangan Roy, suara tawa memenuhi ruangan itu. Zayn terdengar sangat akrab dan bersikap apa adanya.

"Siapa wanita itu sebenarnya? Kenapa aku kesal sekali melihat kedekatan mereka." Angela menghembuskan napasnya kesal. Ingin rasanya ia melemparkan semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya tersebut.

"Dasar pria menyebalkan!" Menumpahkan rasa kesalnya, Angela melemparkan bantal ke sembarang arah.

Brukk

Angela tidak menyadari jika ternyata bantal itu terlempar ke arah pintu dan mengenai wajah seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. "Kau ingin mati ya, kenapa melempar bantal padaku?"

"Astaga." Angela terkejut mendapati Zayn berada di kamarnya, ia segera beranjak duduk. "Mana aku tau kau ada di depan pintu." Wanita itu merasa tak bersalah. Salah pria itu karena tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu.

Zayn membuang bantal tersebut dengan asal. "Kau ingin wajahku tidak tampan lagi?"

"Ck, memangnya kau tampan?" cebik Angela tanpa melihat ke arah Zayn. Sebenarnya bukan hanya tampan, tapi sangat tampan. Tapi tidak mungkin ia berkata seperti itu.

"Apa kau sedang kesal?" tanya Zayn, kedua sudut bibirnya tertarik. Ia dapat melihat kekesalan di wajah Angela.

"Tidak! Aku hanya ingin tidur. Lebih baik kau keluar dari kamarku."

"Hei, wanita. Apa kau lupa kalau ini juga adalah kamarku!" Zayn menjadi kesal karena diabaikan.

"Ya ya... terserah kau saja." Angela malas berdebat dengannya. Biarlah kali ini dirinya membiarkan Zayn berbicara sesuka hati karena ia pun tidak akan bisa membalas perkataan pria itu.

"Sekarang kau sudah semakin berani menjawab ku." Zayn merangkak naik ke atas ranjang.

Angela yang baru saja membaringkan tubuhnya, terkesiap saat Zayn naik ke atas ranjangnya. "Kau mau apa?" tanyanya menatap waspada. Ia gagal membaca sorotan mata Zayn.

Tatapan mata Zayn seakan ingin menerkam, membuat Angela berangsur menjauhi. "Bukankah kau sedang ada tamu. Sebaiknya kau kembali menemaninya. Aku lihat kalian sangat dekat."

Zayn tersenyum sarkastik. "Apa kau cemburu?"

"Aku tidak cemburu. Untuk apa aku cemburu." Angela memalingkan wajahnya, menghindar kontak mata dengan Zayn.

"Oh ya, tapi yang aku lihat, mulut dan hatimu berkata lain."

"Ck, tau apa kau tentang hatiku!" Angela menjawabnya sinis dan penuh sendirian.

"Sepertinya kau sangat marah padaku. Aku akan memberitahu yang sebenarnya. Dia adalah adikku," ujar Zayn disertai senyum.

"Heh adik, sudah ku duga...." Angela menghentikan ucapannya. "Jadi dia adalah adikmu?" Zayn menjawabnya dengan anggukan.

"Aku kira kau tidak memiliki siapa-siapa selain Roy dan teman-teman mu."

Perkataan Angela membuatnya terdiam sejenak. Ia menjatuhkan kepalanya di pundak Angela. "Aku memiliki Daddy angkat yang sempat ingin membunuhku, dan dia adalah putri dari Daddy angkat ku. Menurut mu, apa seharusnya aku membunuh putrinya juga?"

Hati Angela mencelos saat mendengar hal itu bersamaan dengan keningnya yang berkerut dalam. Terselip luka yang teramat dalam di setiap ucapan Zayn. "Apa yang sebenarnya telah dilalui olehnya? Kenapa kehidupannya begitu menyedihkan, dibalik sosoknya yang terlihat kuat, dia menyimpan banyak luka," batinnya. Telapak tangannya memberikan usapan dikepala Zayn.

"Apa kau sedang menghiburku?" Zayn mengangkat kepalanya. Menatap dalam-dalam wajah wanita di hadapannya.

"Hah?" Angela mendadak menjadi gugup. "Tidak... aku hanya...." Ia sulit menemukan jawaban yang tidak menyinggung.

"Ada satu cara jika kau ingin menghibur ku," ucap Zayn. Sorot matanya tersirat penuh arti.

"A-apa?" Angela berpura-pura tidak tau, walaupun ia sangat paham makna dari ucapan Zayn.

Zayn mendekatkan wajahnya pada wajah Angela. "Kau harus....."

"Tunggu dulu." Angela mendorong tubuh Zayn namun tidak membuat tubuh pria itu berangsur menjauh. Pertahanan Zayn sangat kokoh, mana mungkin tenaga kecil Angela mampu mendorong tubuhnya yang 2 kali lebih besar dari tubuh wanita itu.

"Bukankah tidak baik jika meninggalkan adikmu itu. Kita harus menemuinya. Aku juga ingin berkenalan dengan adik mu," tutur Angela. Ia harus segera keluar dari kamar yang membuat jantungnya terasa berdegup kencang, karena hanya berduaan saja di dalam kamar.

"Tidak perlu. Dia bersama dengan Roy. Sebaiknya kita disini saja. Ada yang harus kita lakukan!"

Dengan susah payah, Angela menelan salivanya, ia sulit mencari cara untuk menjauhi Zayn karena pria itu mencoba merengkuh tubuhnya.

Zayn tersenyum tipis, senyum yang nyaris tidak terlihat. Ia mengetahui bahwa Angela hanya mencari alasan agar mereka tidak berada di satu ruangan. Namun itu membuatnya semakin tertarik dan tertantang. Dengan cepat, Zayn menarik tubuh Angela sekuat tenaga.

Braakk

"Aaww...." Baik Angela dan Zayn memekik kesakitan karena ranjang yang menopang tubuh mereka roboh begitu saja.

"Lihatlah, apa yang sudah kau lakukan dengan ranjang ku," cebik Angela.

"Kenapa bisa roboh? Aku membeli ranjang ini dengan harga yang mahal."

"Mana aku tau. Menyingkirlah dari tubuhku. Tubuhku sakit semua!" Angela menggerutu kesal namun tak membuat Zayn berpindah dari posisinya yang tengah berada di atas tubuh Angela.

"Kau pikir kau saja yang sakit. Aku tidak bisa berdiri karena pinggang ku seperti patah," sahut Zayn. Hal itu membuat Angela tertawa singkat. Ternyata bukan dirinya saja yang merasa tubuhnya seperti patah tulang, Zayn pun merasakan hal yang sama.

"Astaga!"

Angela dan Zayn menoleh ke asal suara yang terkejut. "Ada apa dengan kalian?" Jessie tercengang melihat ranjang yang sudah tidak berbentuk.

Sementara Roy menahan tawanya. Tadi saat mereka tengah berbincang, mendengar suara yang begitu keras, dan berasal dari kamar Angela. Roy mengira jika ada sebuah serangan, ternyata Zayn yang tengah menyerang Angela.

"Kalian bermainnya semangat sekali, membuat aku iri saja." Ucapan polos itu lolos begitu saja dari mulut Jessie.

Mendengar ucapan Jessie, Roy semakin tidak dapat menahan tawanya, hal itu membuat Zayn kesal. "Roy, cepat bantu aku. Mau sampai kapan kau tertawa! Atau kau ingin aku membuatmu tidak bisa tertawa selamanya!" tukasnya kesal.

"Maaf, aku akan membantu kalian." Roy berjalan mendekat ke arah ranjang dan membantu Zayn untuk berdiri.

"Ranjang sialan! Kenapa kau membeli barang murahan seperti ini, Roy!" Zayn menggerutu kesal. Lagi-lagi aksinya harus tertunda karena ranjang yang tidak mendukung.

"Aku akan membeli yang paling mahal dengan kualitas yang bagus," jawab Roy. Untuk sementara mengiyakan perkataan Zayn lebih dulu.

"Ya, kau harus mengganti barang-barang di mansion yang sudah rapuh." Zayn menyentuh pinggang serta bokongnya yang terasa sakit.

Membenarkan pakaiannya, Angela terkekeh geli melihat Zayn berjalan dengan menyentuh bokongnya. Sedangkan Jessie dan Roy harus bisa menahan tawa mereka. Jika tidak, Zayn akan melakukan sesuatu pada mereka.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

Babang Zayn

Jangan lupa dukungannya.. Like dan vote. Terima kasih banyak 🤗

1
Fareza Gmail.Com
tasya ya
Fareza Gmail.Com
vin pasti nih
soraa
ada yang tau novel tentang gadis yang disiksa gara gara dikira melukai kakak si cowo ga sih
Muryati Yati
zayn terlalu tampan ❤️❤️❤️❤️❤️
Liya Fatih
babang nill cakep tapi sayang... tapi nggak tau ah author nya..
jen
visualnya cakep"... sukaaaa.... cocok menurutku sm karakter nya
jen
curang bgt Zayn.... semoga ada Angel yg ninggalin Zayn hehehee

terlalu menang sendiri.
jen
tp kok mudah bgt sih Angel, luluh gtu aj sm Zayn yg dah jahat dulu awal"
jen
lebih suka angel yaa timbang Elle
jen
brarti Xavier lebih keren dr Zayn ya Thor?
/Sob//Sob/


Samuel ternyata kerennn ya... berkuasa tanpa harus lelah hahaha
kawai🍎🍎🍎🍇🍇🍇
Luar biasa
jen
Angel knp gag dr awal aja sm Sam . tampan, baik, tajir, perhatian, orang berada atau orang penting pula... hidup damai sejahtera
jen
kenapa gag sm Sam aja sih Angel. dia lebih baik dan gag neko". ga serem dunianyaa
jen
menurut ku malah keren Zayn timbang Xavier. cantiknya Angel timbang Elle. hehhehee
keliatan dr visual nya jg.

tapi klo dr ceritanya hebat an Xavier dan Elle ya.....
jen
Xavier atau Zayn
Muryati Yati: suka dua duanya
total 1 replies
jen
zayn dan vier gantengan siapa yaaa
jen
knp aku suka Angel ketimbang Elle
jen
knp harus membuatnya jatuh cinta. biarkan sj dia yg akan mengejar mu.

lagian Elle trus ,, berasa paling cakep.
hehhe
jen
apa segitu cantik dan spesial nya Elle ya... sampai banyak laki" hebat memperebutkan dia...
masa kalah sih pesona Angel
jen
vier itu jahat ga sm Zayn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!