Ardi adalah asisten CEO. Ketika SMA Ardi pernah membayar seorang gadis untuk menjadi pacar bayaran.
Gadis itu ialah Ayasha dan Ayasha sangat menikmati perannya saat itu.
Namun setelah tujuh tahun berlalu Ardi kembali dipertemukan dengan Ayasha. Ternyata mantan pacar bayarannya ialah putri CEO di perusahaan tempat Ia bekerja.
Dunia seperti terbalik. Untuk membatalkan pertunangan dengan sang kekasih Ayasha memberi Ardi sejumlah uang.
"Apa kamu sedang membayarku?" Ardi.
"Ya, jadilah suamiku, Ardi!" Ayasha.
Simak ceritanya hanya di novel Menikahi Mantan Pacar Bayaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 18 Jadilah suamiku, Ardi
Brian yang tidak memiliki cara lain untuk menyelamatkan perusahaan terpaksa membujuk Ayasha agar mau bertunangan dengan Barra.
"Ayasha, dengarkan Daddy," ucap Brian membuat Ayasha menatap padanya.
"Iya, Dad," ucap Ayasha.
Brian menarik nafas terlebih dahulu.
"Dikalangan orang seperti kita sudah biasa pernikahan bisnis terjadi. Jadi nggak apa-apa kalau kamu dan Barra bertunangan," ucap Brian dengan terpaksa.
Ayasha menggeleng.
"Aku nggak mau, Dad. Aku hanya akan bertunangan dan menikah dengan orang yang aku cintai," ucap Ayasha.
"Tapi, Ayasha, nasib perusahaan ada ditanganmu. Meski kamu nggak mencintai Barra setidaknya kamu sudah menyelamatkan perusahan," ucap Brian terus membujuk Ayasha.
"Nggak, Daddy, aku nggak mau," ucap Ayasha tetap menolak.
"Ayasha, ribuan karyawan menggantungkan nasibnya diperusahaan kita. Bagaimana kalau perusahaan kita bangkrut karena Fandi menarik sahamnya? Ribuan karyawan kita pasti akan di PHK," terang Brian agar Ayasha bisa mengerti
Ayasha menggeleng.
"Pasti ada cara lain tanpa aku harus bertunangan apa lagi menikah dengan Barra, Dad," ucap Ayasha.
"Nggak ada cara lain, Ayasha. Cara satu-satunya agar perusahaan tetap jaya yaitu kamu dan Barra bertunangan," ucap Brian.
Ayasha menatap sang ayah.
"Apa Daddy tega membiarkan putri kesayangan Daddy bertunangan dengan laki-laki yang sudah jelas pernah berselingkuh?" tanya Ayasha membuat Brian terdiam.
Di satu sisi Brian tidak tega membiarkan Ayasha bertunangan dengan Barra namun disisi lain Ia harus menyelamatkan perusahaan.
"Demi perusahaan, Ayasha, Daddy terpaksa tega melakukannya," ucap Brian membuat Ayasha menatap kecewa.
Ayasha tidak bisa meminta bantuan sang ibu sebab Savana pasti akan berpihak pada sang ayah.
Kini tidak ada lagi yang berpihak pada dirinya.
Ayasha lalu bangkit dari duduknya dan berjalan kearah pintu.
"Pertunangan sudah disiapkan dan keluarga Barra memberi waktu tiga hari agar kamu mempersiapkan diri," ucap Brian namun Ayasha tak menyahut dan terus melangkah keluar.
Ayasha berjalan gontai menuju kamar miliknya.
Setelah masuk kedalam kamar Ia bersandar dibalik pintu.
"Apa yang harus aku lakukan, Ya Allah," lirih Ayasha.
...***...
Ardi kebingungan sebab tiba dirumah tidak menemukan seorangpun disana.
"Ibu, Kak Riana, Iin, Devan, Dira," panggil Ardi yang sudah membuka semua kamar, kamar mandi dan mendatangi dapur.
Ardi khawatir terjadi sesuatu pada keluarganya sebab sama sekali tidak ada kabar yang Ia terima dari mereka.
Lalu Ardi mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Riana namun bunyi ponsel Riana ada didalam kamar.
"Ya Allah, Kak Riana, kenapa ponselnya ditinggal," ucap Ardi setelah mencari-cari bunyi ponsel Riana dirumah.
"Iin... Ya, Iin... Dia pasti bawa ponsel," ucap Ardi sambil mengangguk lalu menghubungi Inara.
Ardi tidak mendengar bunyi ponsel Inara dirumah namun panggilan telpon tidak dijawab Inara.
Ardi kembali menghubungi Inara namun ponsel Inara justru tidak aktif membuat Ardi semakin mengkhawatirkan keluarganya.
"Apa yang terjadi pada kalian?"
Ardi mengusap kasar wajahnya lalu keluar dari rumah.
Seorang tetangga menghampiri Ardi.
"Ardi, kamu baru pulang? Kamu sudah tahu belum ibu kamu dilarikan kerumah sakit?" tanya tetangga Ardi membuat Ardi terkejut.
"Belum tahu, Bu. Kerumah sakit mana Ibu aku dibawa?" tanya Ardi.
"Kerumah Sakit Cempaka, Ardi. Cepat susul ibu kamu kayaknya sakitnya semakin parah," ucap tetangga Ardi lagi.
Ardi mengangguk lalu masuk kedalam mobil dan melaju menuju rumah sakit cempaka.
Tiba dirumah sakit Ardi menghampiri resepsionis untuk menanyakan keberadaan sang ibu yang ternyata diruang IGD.
Ardi melihat Riana duduk sendiri didepan ruang IGD sebab Inara membawa Devan dan Dira ke Mushola.
"Kak, bagaimana keadaan ibu?" tanya Ardi.
Riana mengangkat kepalanya lalu menggeleng pelan.
"Nggak tahu, Ar, dari tadi dokter nggak keluar-keluar," ucap Riana.
Ardi ingin melihat keadaan sang ibu namun tidak bisa sehingga Ia duduk disamping Riana.
"Kenapa nggak ada yang menghubungi aku kalau ibu dilarikan kerumah sakit?" tanya Ardi.
Ia kecewa sebab Riana maupun Inara tidak mengabarinya.
Riana menatap Ardi.
"Maaf, Ar, Kakak nggak sempat ngabarin kamu. Kakak juga lupa nggak bawa ponsel," ucap Riana menyesal.
"Terus kenapa Inara aku telpon nggak ngangkat dan justru mati?" tanya Ardi.
"Ponsel Inara lowbat, Ar. Maafkan kami, ya, nggak ngabarin kamu," ucap Riana membuat Ardi menghembuskan nafas kasar.
Meski kesal pada Riana dan Inara namun Ia tidak bisa marah pada mereka sehingga Ardi memakluminya.
Tidak lama kemudian pintu ruang IGD dibuka dan keluar dokter dari dalam sana sehingga Ardi dan Riana bergegas menghampiri.
"Pasien harus segera dioperasi jika tidak maka tidak bisa diselamatkan," jelas dokter itu membuat Ardi menarik nafas.
"Kapan ibu kami harus dioperasi?" tanya Ardi.
"Secepatnya. Paling lambat besok," jawab dokter.
Ardi mengangguk lalu bersama Riana mengikuti Sinta yang dipindahkan keruang ICU.
"Bagaimana, Ar, apa ibu bisa dioperasi?" tanya Riana setelah melihat keadan sang ibu yang semakin parah.
Ardi yang lebih dulu melihat Sinta di ruang ICU terduduk lemas dikursi tunggu sebab tidak tahu kemana mendapatkan uang untuk operasi sang ibu.
"Akan aku usahakan, Kak," jawab Ardi.
"Tapi, dokter ngasih waktu sampai besok," ucap Riana yang dijawab anggukan kepala oleh Ardi.
Lalu Ardi bangkit dari duduknya untuk mendatangi resepsionis dan menanyakan jumlah biaya operasi sang ibu.
Ardi menghembuskan nafas berat saat melihat rincian biaya operasi sang ibu juga perawatan hingga sembuh.
'Ya Allah, dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu kurang satu hari?' ucap Ardi dalam hati.
Meski bekerja selama tiga tahun Ardi tidak mungkin bisa mendapatkan uang sebanyak itu.
Ardi melangkah gontai menuju mushola. Disana Ia melaksanakan shalat dan berdoa meminta diberi petunjuk.
Setelah selesai Ardi berniat keluar namun melihat Inara, Devan dan Dira membuatnya menghampiri mereka.
"In, ayo Kakak antar kalian pulang," ucap Ardi yang kasihan melihat Devan dan Dira berbaring di mushola.
"Tapi aku ingin nunggu ibu juga, Kak," ucap Inara.
"Biar kakak sama kak Riana saja yang nungguin ibu. Kamu sama Devan dan Dira sebaiknya pulang," ucap Ardi.
"Tapi keadaan ibu sekarang gimana?" tanya Inara.
"Ibu harus dioperasi. Tapi kamu tenang aja, kakak akan mengusahakannya," ucap Ardi meyakinkan Inara meski dirinya tidak yakin bisa mendapatkan uang tersebut.
"Iya, Kak, kami pulang," ucap Inara.
Ardi menggendong Devan yang sedang tidur dan Inara juga menggendong Dira mendatangi Riana lebih dulu untuk berpamit lalu pulang kerumah.
Keesokan harinya.
Ardi harus tetap bekerja meski sang ibu tengah sakit parah.
Saat ini Ia tengah mengisi formulir pinjaman karyawan untuk biaya pengobatan sang ibu.
Ardi tidak yakin jumlah pinjaman yang ia tulis akan di setujui namun Ia tetap melakukannya.
Suara pintu terbuka membuat Ardi berhenti mengisi formulir dan melihat Ayasha yang menghampirinya.
"Ada apa Nona datang kemari?" tanya Ardi namun Ayasha tidak menjawab.
Ayasha terus menatap Ardi lalu meletakkan amplop dihadapan Ardi.
"Apa ini?" tanya Ardi.
"Jadilah suamiku, Ardi."
burung tekuku makan kedelai
ucap selamat kepada mempelai
siap tempur sampai lemas terkulai
kabooooorrr 🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Tantangan buat ardi hrs mencari investor agar perusahaan tidak goyah....
..