Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam
Senja menguasai kaki langit di ufuk barat daya dimana semua harus kembali untuk mengistirahatkan tubuh dari segala aktifitas.
Dua pelayan tadi juga sudah memberitahukan kepada pak Li jika sebentar lagi akan ada kabar baik di rumah ini, dengan segera pak Li meminta kepada chef agar membuat menu makanan khsus untuk nona muda pertama di rumah ini.
Seperti yang sudah diperintahkan, para pelayan baru saja selesai menyiapkan makan malam di atas meja.
Tuan dan nona penghuni rumah ini sudah duduk tenang di ruang makan, kecuali Thalia.
"Tuan muda, nona Thalia tidak mau keluar dari kamar untuk makan malam," seru pak Li.
"Biarkan saja dia, dia bukan anak kecil lagi yang harus kalian khawatirkan."
"Tapi tuan -" pak Li langsung terdiam saat mendapatkan tatapan dingin dari ekor mata tuan muda Rendra.
"Kau membuat nafsu makan ku hilang."
"Mmmmm.... Ma- maafkan saya, tuan..." memberi bow,"Maafkan saya." wajahnya berubah pias.
Kenapa suasananya jadi canggung seperti ini, sih? Bahkan Embun saja mulai merasa tak nyaman berada di antara percakapan mereka.
"Pergilah, kalian hanya merusak suasana hatiku."
Mereka semua mengangguk menuruti perintah Rendra lalu pergi menuju beskem.
Suasananya sudah hening dan keduanya hanya diam membisu.
Terlalu lama diam hingga akhirnya saling melempar pandangan, Aaah ya ampun, kenapa malah jadi seperti ini, sih?
"Apa yang kau lihat? Kau berharap semua hidangan di meja ini bergerak dengan sendirinya?"
Sadarlah Embun, secara tidak langsung dia sedang memintamu untuk menyiapkan makanan di atas piringnya.
"Maaf," segera dia menyendokan nasi dan lauk pauk di piring mereka berdua, setelahnya barulah mereka menikmati makan malam dalam keheningan yang mendadak sunyi.
Di sela-sela makan, "Tuan?"
Rendra tak menjawab namun dia menoleh kearah Embun, tak juga bertanya.
"Besok cuti menikah saya sudah berakhir, mmm... bolehkah saya meminta izin untuk besok?"
"Perusahaan tidak menggaji orang yang malas, jika sudah bosan bekerja lebih baik mengundurkan diri saja sebelum Alma mendepakmu."
"Tapi, kan, saya -" dia langsung menggeleng, bagaimana bisa dirimu hampir keceplosan dan mengaku jika kau adalah istrinya? Sepertinya ada yang salah dengan otakmu itu.
"Apa?"
"Tidak apa-apa tuan, besok saya tidak akan meminta izin."
"Hm."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Usai makan malam para pelayan sedang membersihkan meja makan malam, namun ditempat itu masih ada Embun yang tengah duduk sendiri.
"Maaf nona, apakah nona masih ingin menyantap makan malam ini?"
"Tidak An, bersihkan saja. Ah ya, tolong siapkan satu piring makanan untuk Thalia. Saya yang akan mengantarkannya."
"Tapi nona, tuan muda bilang .... "
"Saya yang akan bertanggung jawab, cepat kau siapkan, ya?"
"Mmmm... i- iya, baiklah nona."
Beberapa menit menunggu An pun kembali ke meja makan dengan membawa sepiring makan malam, "Ini nona makan malam untuk nona Thalia."
"Terimakasih, An."
An pun mengangguk lalu bergeser sedikit membiarkan nona mudanya lewat, Nona muda sungguh perhatian... semoga kebahagiaan selalu menyelimuti rumah tangga tuan dan nona.
Embun membawa piring itu kedalam kamar Thalia, kebetulan sekali pintu kamarnya sudah tidak dikunci.
"Thalia?"
"Mau apa kau kemari? Pergi sana, dasar jelek."
Kalimat itu membuat Embun sedikit sedih, tapi dia harus kuat. Meskipun harus menghadapi adik iparnya yang seperti ini tetapi dia yakin jika suatu hari nanti Thalia bisa menerimanya sepenuh hati.
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman