Follow ig @abil_rahma
Icha gadis cerdas disekolahnya, terbukti dari segudang prestasi yang dia dapatkan. Tetapi sayangnya dia gadis yang terlihat culun dan jarang bergaul, itu disebabkan karena Ayahnya mengatakan kalau dia sudah dijodohkan sejak bayi dengan anak sahabat Ayahnya. Yang dia tau sahabat Ayahnya itu orangnya sangat baik sekali. Tetapi dia tidak tau siapa orang yang sudah dijodohkan dengannya.
Vicky Al Ghifari seorang cowok yang terkenal playboy disekolahnya, suka gonta-ganti pacar. Dia juga tahu kalau sudah dijodohkan sejak bayi, tetapi keadaan itu dia manfaatkan buat mencari pacar sebanyak-banyaknya. Karena dia tak tahu siapa yang sudah dijodohkan dengannya.
Mereka harus menikah saat masih SMA kelas XII karena suatu alasan. Akankah mereka bisa menerima pernikahannya dan hidup bahagia atau sebaliknya?Karena ternyata orang yang dijodohkan tak sesuai dengan harapan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 34
Setelah sampai dikamar Al menutup pintu kamar dan menguncinya.
"Bukannya tadi kita sudah sholat ya? Kenapa kamu ngajakin aku sholat lagi?" tanya Icha.
"Kasian Alvian ditinggal sendiri Al," ucap Icha lagi, dia tidak tahu jika suaminya itu sedang dibakar api cemburu.
"Kamu diam di sini jangan keluar sebelum aku kembali, aku mau nemuin dia," ucap Al dengan sorot mata tajam.
Icha melihat sorot mata Al yang tidak seperti biasanya, dia merasa takut dan hanya menjawab ucapan Al dengan anggukan kepala.
Icha bertanya-tanya dalam hatinya, sebenarnya apa yang terjadi dengan Al kenapa terlihat marah sekali saat melihat Alvian tadi, padahal sebelum sampai rumah dia sudah kembali normal stelah kejadian di danau tadi.
Icha penasaran, tapi dia tidak berani keluar kamar untuk cari tahu. Akhirnya dia memilih diam di kamar dan akan menanyakan nanti pada Al.
Setelah keluar kamar, Al menemui Alvian dengan sorot mata yang masih sama. Dia duduk di single sofa lalu menatap Alvian dengan tatapan menakutkan.
"Cepetan lo mau bicara apa?" ucapan itu yang pertama keluar dari mulut Al.
Alvian menatap Al sebentar lalu dia menunduk.
"Gue minta maaf, emang dulu gue suka sama Icha tapi itu dulu sebelum kalian nikah, setelah kalian nikah udah gue kubur dalam-dalam perasaan itu Al, percaya sama gue," Alvian menjelaskan, dia kembali menatap Al penuh harap supaya Al mau memaafkannnya.
Sebenarnya Alvian tidak salah, tapi jika dia tidak minta maaf urusannya pasti akan tambah panjang.
"Gue gak percaya," Al masih tidak percaya dengan ucapan Alvian.
"Gimana supaya lo percaya sama gue?" tanya Alvian mengiba.
"Lo udah lama banget mendem perasaan lo itu Yan, mana mungkin segampang itu melupakan rasa yang telah tersimpan lama, gue yakin lo masih punya rasa sama istri gue, iya kan?" Al tidak menjawab pertanyaan Alvian, dia justru mengeluarkan unek-uneknya.
Alvian menunduk kembali, memang dihatinya masih ada rasa cinta pada Icha, tapi dia sudah berusaha sebisanya untuk melupakan gadis yang sudah menjadi istri sahabatnya itu.
"Bener kan apa kata gue Yan?" Al menyelidiki.
"Jujur, di hati kecil gue masih ada rasa buat dia, tapi percayalah Al gue udah berusaha ngehapus itu dan gue akan terus berusaha melupakannya," ucap Alvian dengan yakin.
"Gue pegang janji lo,"
"Tapi inget Al, kalo lo nyakitin Icha seperti awal pernikahan kalian gue gak akan segan untuk merebutnya dari Lo,"
Ucapan Alvian itu membuat Al geram, dia mengepalkan tangannya, ingin sekali memukul wajah Alvian, tapi dia urungkan karena dia juga dulu salah.
"Seandainya sampe sekarang lo masih punya pacar, udah gue rebut dia dari lo. Tapi gue gak sejahat itu saat tahu kalo lo ternyata juga menyukai Icha meskipun lo gak mau ngaku waktu itu," Alvian menatap wajah Al yang ekspresinya tetap sama seperti pertama kali turun dari kamar.
"Sekarang gue ikhlasin Icha buat lo, karena dia juga cinta banget sama lo, gak mungkin gue ngerebut dia dari lo secara paksa karena kalo kalian bahagia gue juga akan bahagia. Gue yakin Icha yang bisa merubah sikap buruk lo yang suka mainin cewek," tambahnya lagi.
Tatapan Al sudah berubah, setelah mendengar ucapan Alvian panjang lebar, dia sadar Alvian tidak salah, Alvian juga sudah merelakan cintanya buat dia, bahkan rela melupakan gadis yang dicintainya sejak dulu.
"Gue percaya sama lo, gue pegang semua omongan lo, kalau suatau saat sampai lo ingkari ucapan lo itu, gue gak akan segan-segan buat lo hancur,"
"Lo bisa pegang omongan gue Al, lo tau gue seperti apa," ucap Alvian, lalu dia beranjak dari duduknya.
"Gue pulang," pamitnya lalu pergi meninggalkan Al sendirian disana.
Setelah kepergian Alvian, Al sedikit lega meskipun hati kecilnya masih kesal dengan sahabatnya itu, kenapa dia gak sejak pertama berkata jujur siapa orang yang dia cintai, kalau begini jadinya kan Al secara tidak langsung menyakitin perasaan Alvian. Tetapi ini semua sudah terjadi dan gak mungkin kembali kemasa lalu bukan?
Lalu Al memutuskan untuk menemui Icha dikamar, dia pasti akan bertanya-tanya ada apa dengan keduanya, tapi apakah Al harus jujur? Atau dia lebih baik tidak mengatakan apa-apa? Al menggelengkan kepalanya, dia sedikit pusing akan kejadian hari ini.
Al masuk kedalam kamar, dia mendapati Icha duduk disisi ranjang sepertinya sedang menunggu kedatangannya.
"Sayang, apa yang terjadi?" tanya Icha saat melihat Al masuk kedalam kamar.
Al tidak menjawab, dia terus melangkah mendekati Icha lalu duduk disamping gadis itu.
"Aku ngantuk mau tidur," bukan menjawab pertanyaan Icha dia justru mengatakan hal lain.
Al membawa tubuh Icha supaya berbaring, lalu dia pun ikut berbaring di samping Icha. Lalu dia meletakkan salah satu tangannya diatas tubuh Icha, menarik tubuh Icha supaya merapat dengan tubuhnya.
"Ayo tidur, aku ngantuk banget, apa mau aku cium dulu, hm?" ucap Al saat melihat Icha tak kunjung memejamkan matanya.
Icha menggeleng sebagai jawaban lalu dia memejamkan matanya, supaya Al tidak bersuara lagi. Tetapi pikirannya salah justru Al mendaratkan bibirnya ke bibir Icha.
Cup
Hanya sekilas saja, tapi membuat Icha kembali membuka matanya karena terkejut.
"Kenapa masih kurang?" tanya Al dengan menaikkan satu alisnya.
"Nggak, aku kaget aja," jawab Icha dengan tersenyum.
Al pun membalas senyuman Icha, lalu dia mengecup kilas kening Icha.
"Ayo tidur sayang," ucap Al sambil mengelus rambut panjang Icha.
Icha lembali mengangguk, lalu keduanya pun tidur siang bersama. Icha melupakan penasarannya tadi karena tingkah Al yang seperti itu, manja.
Malam harinya setelah makan malam mereka belajar bersama, karena sebentar lagi ujian. Icha baru teringat kejadian tadi siang, bahkan dia bertanya pada Al belum dijawab juga.
"Sayang, kamu tadi sama Alvian kenapa sih? Kok sikapnya aneh gitu waktu dia datang kesini?" saking penasarannya Icha tak bisa menunda keingin tahuannya.
Al yang kala itu sedang fokus denga laptopnya dia mendongak menatap wajah Icha.
"Cemburu," hanya kata itu yang keluar dari mulut Al.
Icha mengernyitkan dahinya, dia bingung kenapa Al bisa cemburu? Padahal dia dan Alvian tidak melakukan apa-apa.
"Kok bisa? Cemburu kenapa?" tanyanya kemudian.
Al menghela nafas, sebenarnya dia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya, tetapi setelah difikir dia harus mengatakan itu supaya Icha juga tidak melakukan hal yang membuatnya cemburu dikemudian hari dengan Alvian.
Kemudian Al menjelaskan semuanya kalau Alvian sebenarnya menyukai Icha sejak masih SMP dulu, tapi dia tidak berani mengungkapkan isi hatinya.
"Apa? Aku gak salah denger kan?" Icha terkejut mendengar penjelasan Al.
"Itu kenyataannya sayang,"
Icha menghela nafas, kenapa dia tidak menyadari jika selama ini ada seseorang yang mengaguminya, pantas saja dulu Alvian selalu mengajaknya untuk pulang bareng waktu SMP, tetapi dia selalu menolaknya.
Tapi waktu SMA Alvian seperti tidak mengenalnya, entah karena apa Icha juga tidak tahu dan dia tidak mempermasalahkan hal itu.
"Kalau kamu gak mau aku cemburu berarti jangan dekat-dekat dengan Alvian, meskipun dia sahabatku," ucap Al memperingati.
"Iya sayang, gak usah khawatir," Icha tersenyum, karena bahagia ternyata sebegitu besarnya cinta Al untuknya.
Bersambung....
Jangan lupa like dan komen ya kakak, makasih😘
sholat terus maksiat jalan