Cathalina Brea yang sering dipanggil Rea terlahir sebagai anak orang kaya. Di kehidupan keluarga besarnya orang tua Rea adalah pewaris usaha hotel dan Restoran terkaya di kotanya. Namun semasa kecil dia hanya dibesarkan oleh papinya yang adalah satu - satunya pewaris keturunan Setiawan.
Rea tumbuh dewasa dan menjadi seorang dokter spesialis anak. meskipun hidup berkelimpahan harta namun Rea tidak perna sombong.
Sebelum papanya meninggal semua saham perusahaan diberikan kepada Cathalina Brea Setiawan.
Keluarga besar marah, karena Rea adalah seorang perempuan. Saudara sepupu papanya Rea menjodohkan Rea dengan Simon Elias sebagai syarat Rea bisa memiliki semua peninggalan papinya. Ternyata penghianatan yang dia terima serta kekerasan dalam rumah tangga.
Rea mmenceraikan Simon dan memilih meninggalkan kota besar itu mengabdi di sebuah desa kecil disebuah pulau.
Apakah Rea bisa mendapatkan ketenagan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dukacita
Hari yang sama, Pesawat Jet punya Brea Company sudah dibandara Selandia baru. Siang hari Rea, Elon, Josua,Jeremia dan Sus Ema serta Berto berangkat ke Jogja. Rumah mereka dititip kepada satpam yang menjaga kompleks itu.
"Sayang, apa Jeje bisa kita bawa terbang dengan kondisinya?"
"Puji Tuhan bisa. Aku sudah siapkan semua kebutuhannya."
"Kamu sudah konsultasi dengan dokternya sayang, dokter Andreas."
"Sudah mas."
Pukul sebelas siang kami berangkat dari Selandia Baru menempuh tujuh sampai delapan jam menuju ke Jogja, sambungan ke bandara Adisucipto Jogja sudah terhubung. Jam lima sore waktu selandia baru kami tiba di Jogja berarti di Jogja baru pukul dua belas siang. Mas Alex kakak ipar dan Debora adiknya Elon yang menjemput kami.
Dalam perjalanan Jeje tidur, dalam pelukan papinya. Jojo sangat mengerti keadaan adeknya. Dia tidak perna cemburu jika mami atau papinya lebih memperhatikan adeknya. Tetapi Rea selalu berusaha membagi waktu dengan Jojo. Diusianya yang baru lima tahun dia terpaksa menjadi dewasa karena keadaan. Apalagi waktu Rea membawa mereka jauh dari Elon papinya. Josua Alexander Soebandi bisa menjadi pelindung, dia melakukan apa yang biasa papinya lakukan setiap waktu seperti mencium Rea waktu bangun pagi. Dia berusaha naik ke kursi dan melakukan hal itu. Elon mengetahui apa yang Jojo lakukan dari Isak setelah mendapat informasi dari sus Ema.
Debora langsung mencium kedua ponakannya dan Rea. Mas Alex langsung mengendong Jojo, mereka langsung ke rumah sakit. Barang - barang mereka langsung dibawa ke rumah kecuali tas ranselnya Rea yang berisi obat- obatannya Jeje oleh Ema dan Berto. Sekalian mengantar pilot pesawat jet beserta kru Brea Company ke hotel. Sedangkan satu mobil langsung ke rumah sakit.
Mba Sara menyambut kami, dia langsung mencium kami semua. Dan dia langsung mengendong Jeje yang berada dalam gendongan papinya Elon.
"Bulek ade kepanasan."
"Iya, Iya mami ganti bajunya."
Mama mertuaku sudah menangis memeluk Elon sambil memukulnya.
"Kenapa kamu begitu Mas, seperti bukan anaknya mami."
"Maafkan aku mama,." Elon berlutut dibawa kaki mamanya dan mencium kaki itu memohon ampun kepada mamanya.
"Untung kamu datang kesini membawa istri dan anak - anakmu. Kalau tidak....."
"Mas...." Terdengar suara papanya memanggil.
"Ya papa."
"Mana istri dan anakmu."
"Kami disini opa." Rea langsung mengendong Jojo dan mba Sara mengendong Jeje.
"Maafkan papa Rea, papa tidak bisa memukul anak nakal ini." Rea dan Jojo langsung memeluk papa mertuanya. Sementara Elon menangis melihat papanya yang sekarat sedang mencium Rea dan anak - anaknya. Kemudian dia mencium dan berdoa bagi Jeje yang sakit.
"Opa adek sehat. Opa harus sembuh ade mau digendong opa."
Terlihat air mata opanya mengalir di pelupuk matanya. Opa hanya tersenyum. Perubahan cuaca membuat Jeje sedikit sesak. Rea bersama Mba Sara langsung memberi pertolongan kepadanya. Jeje sempat sesak karena perubahan cuaca.
"Its oke jagoan mami. Tenang, tarik nafas buang nafasnya." Terlihat Jeje mengikuti intruksi dari maminya dengan baik. Jeje bernafas dengan baik lagi.
"Mami ade oke."
"Terima kasih jagoan mami, terima kasih." Rea langsung memeluk dan mencium Jeje. Dan menganti lagi baju yang dia kenakan dengan yang baru. Debora langsung memeluk Jeje dan menciumnya.
"Anak hebat budhe."
Sara memukul Elon adeknya. Dia menangis "Jangan ulangi Mas, mba akan sangat marah."
"Iya janji mba, Mas janji."
Semua konsentrasi tertuju pada Jeje, sementara papa sedang berhadapan dengan maut.
"Jeng, cucu kita bagaimana?"
"Dia baik - baik mas."
"Puji Tuhan. Tolong jaga anak - anak, menantu dan cucu - cucu kita ya Jeng."
"Iya bersama mas."
"Aku mau pergi jeng."
"Pergi kemana mas???"
"Pulang." Semua diruangan sudah menahan air mata. Rea memeluk Debora si bungsu. Dia menangis dalam pelukan Rea yang sedang memeluk Jeje. Mba sara berusaha menenangkan mamanya. Calista dalam pelukan papinya Alex. Papa meminta untuk mencium semua ketiga cucunya. Calista cucu pertama, di ikuti Josua dan Jeremia.
"Papa titip adik perempuan kalian ya. Mba Sara dan Alex menantuku juga Mas Elon dan Rea menantuku. Tolong jaga sama seperti papa menjaganya." Saat itu papa langsung menghembuskan nafas terakhirnnya,pergi untuk selamanya dan mama pingsan. Rea memeluk kedua anak laki - lakinya dan Elon memeluk adik bungsunya Debora. Dokter mengatakan papa sudah meninggal. Mas Alex menantu papa yang tertua langsung mengajak kami untuk berdoa mengiklaskan kepergian orang yang kami cintai setelah mama siuman.
Malam ini oleh jemaat tempat kami beribadah sedang mengadakan ibadah penguatan di rumah kami. Mami dan papi sudah berada di Jogja dengan kedukaan kami. Begitu juga tante Sin, yang datang dari Kupang. Mereka sangat membantu kami dalam kedukaan ini.
"Terima kasih mami, terima kasih papi."
"Elon kami keluarga dan sudah seharusnya kami yang membantu."
Kedatangan mami, papi dan tante Sin memang sangat membantu. Semua urusan catering di atur oleh mami dari ibadah penguatan sampai ke pemakaman, mami dan papi yang mengatur semua.
Hari ini kami akan mengantar papa ke tempat peristirahatan terakhir, Isak sudah ada di Jogja. Karena Jeje sakit, Rea menyediakan mobil khusus hanya mami,papi dan sus Ema didalam mobil itu bersama Jojo dan Calista. Kami anak dan menantu bersama dalam mobil ambulans. Isak membawa satu mobil buat kami pulang nanti.
Dengan baju serba putih kami mengantar papa, ada kesedihan namun kami percaya papa sudah bahagia bersama Tuhan di surga. Sampai papa di makamkan kami saya dan Elon belum tahu penyebab papa kena serangan jantung. Mami dan papi, sudah kembali ke Manado. Sedangkan kami masih berada di Jogja. Rencana Elon akan ke Jakarta mengurus cuti tahunannya yang sudah dibawa Isak. Dua hari di Jakarta dan kami akan kembali ke Selandia Baru untuk pengobatan Jeremia anak kami.
Sehari sebelum kami berangkat, mama mengumpulkan kami anak dan menantu di kamarnya.
"Mama masih mau menahan Elon dan Rea serta anak - anak di Jogja. Mama ingin natalan ini kita bersama."
"Mama..... Rea mohon maaf, Rea suka disini, namun Jeje masih berobat. Rumah di Selandia Baru lumayan besar, jika mama, mba dan adek tidak keberatan, natal lah bersama kami disana."
Pukul delapan malam Debora datang ke kamar Rea, disana ada Jojo dan Jeje yang sudah tidur. Debora kebiasaanya dia akan langsung naik ke atas tempat tidur dan memeluk Rea.
"Adek......"
"Mba, adek mau peluk. (Rea menganggukkan kepalanya). Jangan pisah dengan mas Elon ya. Maafkan masku mba."
"Adek, mba ngak akan meninggalkan papi dari anak - anak mba."
"Adek dapat kabar dari Simon yang mengirim foto mba dengan dokter Paulus Charlie. Hal itu yang membuat papa serangan jantung."
"Apa jadi Simon mengirim foto mba dengan dokter Paulus."
"Iya, katanya mba sama dokter ada di Selandia Baru."
"Dasar... Jadi dia penyebab papa kena serangan jantung."
Elon sangat marah waktu mendengar kabar tentang penyebab papanya meninggal.