Dinikahi Kakek Impoten

Ki joko sakti meninggalkan kedua insan beda umur di dalam bilik, suasana menjadi canggung diantara Malik dan Rani. Baru pertama kalinya mereka satu kamar, terlebih Rani sempat melirik pada kasur yang telah tersedia itu.

Peraduan dengan size nomer tiga hanya akan membuat keduanya kian erat dalam satu tempat nantinya. Pikiran Rani mulai berkelana tak jelas, begitu juga dengan Malik.

Hawa panas sudah Malik rasakan sebelum kakinya melangkah ke dalam bilik itu, keduanya menatap ranjang dengan berukuran nomer tiga.

Rani yang paham maksud dari perkataan teman baik mendiang kakeknya itu mulai berinisiatif. Rani mendekati kakek Malik.

"Rani sudah siap kek, pakai saja." Ucap Rani lirih dengan tatapan sendu.

Paham maksud kata pakai dari ucapan Rani, yang berarti gadi$ itu mengizinkan Malik untuk berbuat sesukanya pada seluruh yang ada pada miliknya.

"Maksud kamu?" Tanya Malik memastikan yang ada dalam pikirannya.

"Kakek boleh $€ɲ ţµh Rani, luapkan semuanya padaku." Jawab Rani seolah itu syarat akan perintah.

Malik yang yang sudah tidak bisa lagi menahannya, lalu ia m€narik ţ€ɲǥЌµЌ Rani dan menautkan kedua benda kenyalnya pada Rani.

Rani pun tak tinggal diam, ia pun membalas setiap ρąǥµ-ţ4ɲ yang ďiberikan oleh Malik, keduanya tampak b€яǥµℓąţ b1βɨя, dan mencari rasa manis disana.

Akhirnya penyatuan malam itu terjadi secara ikhlas, malam itu udara dingin dan suasana tenang sangat mendukung terjadinya hal.

Malik menatap kecantikan Rani yang ia jadikan partner nya, berulang kali Malik memejamkan matanya merasakan eratnya dalam kehangatan goa Rani.

Cuaca malam hari begitu dingin, diluar di pedesaan yang terpencil sedang diguyur hujan yang sangat deras, petir mulai menyambar nyambar seolah menjadi saksi bisu di bilik cinta itu.

Di bilik yang tak begitu besar dan luas dengan terbuat dari bambu pada bangunan sederhana itu, terdengar suara bunyi peraduan yang terbuat dari kayu jati namun diukir begitu indah pada setiap detailnya.

Lampu penerangan yang syahdu menambah keromantisan insan yang berbeda µ$ɨą yang sangat jauh, namun sejujurnya Rani merasa nyaman menyatu dengan Malik.

Malik pun tak menyangka bahwa ia bisa merasakan lagi kegiatan yang sudah lama ia tinggalkan, ia juga tak mengira ia bisa bermain selama ini durasinya.

Dan saat Malik akan mencapai titik kebahagiaan nya, barulah ia ber gerak k!an cepat dan tak beraturan.

Malik melepaskan miliknya dan terjatuh disamping Rani yang juga sudah βą$ąh akan Ќ€яɨɲǥąţ, olah raga malam ditengah hujan membuat keduanya kini saling menatap satu sama lain.

"Maafkan saya." Ucap Malik.

"Tidak apa k3k, lagi pula ini juga Rani yang mau dan ikhlas."

"Kamu gadis yang baik Rani, saya tidak akan melupakan kamu."

Keduanya tertidur pulas bers4ma, di dalam selimut tebal yang telah disediakan di kamar kecil itu. Pada pukul 6 pagi keduanya terbangun dalam keadaan yang sama, kembali Rani tersenyum dan dibalas hal yang sama oleh Malik.

Mereka tersenyum jika mengingat kejadian semalam yang begitu bersemangat, tak ingin Ki joko sakti menunggu keduanya akhirnya mereka memutuskan mandi.

Tepat pukul 7 pagi keduanya keluar dari bilik dengan rambut yng masih basah, tangan Malik kini mengandeng tangan Rani. Pria tua itu juga terlihat tak menggenakan tongkat lagi.

Kakinya telah sembuh total dan bisa berjalan dengah baik, ia merasa bahagia dan ingin segera menunjukkan keberhasilannya pada istri tercintanya.

"Ayo kalian sarapan dulu." Ajak ki joko menyuruh Rani dan Malik untuk sarapan bersama.

Ketiganya tampak sarapan pagi bersama dengan nasi goreng yang dibuatkan oleh istri muda kakek ki joko, pria tua itu memiliki dua istri dan istri mudanya itu bertugas mengurusi pasien Ki joko.

Bahkan saat dikenali sebagai istri mudanya, malik tertegun dengan pria tua yang sudah uzur itu. Bagaimana tidak jika istri mudanya itu usianya baru 20 tahun, dan Ran pun ikut tertegun melihat kecantikan istri muda Ki joko.

"Kenapa kalian diam, ayo dimakan." Titah kakek tua itu pada Malik dan Rani.

Keduanya mengangguk disertai senyuman kakunya, lalu tanpa sengaja ki joko melihat rambut keduanya yang masih basah. Pria tua itu tersenyum karena rencana nya berhasil, dan besar kemungkinan semalam keduanya tengah mereguk indahnya surga dunia itu.

"Kek istrinya cantik sekali." Puji Rani.

"Tentu saja, iya kan syang." Jawab ki Joko mencolek dagu sang istri.

Sang istri hanya tertunduk malu, lalu wanita muda itu menyenderkan kepalanya pada bahu suami tuanya. Membuat malik dan Rani mengernyit dan menatap satu sama lain.

"Saya salut, tapi diusia ki Joko memang masih bisa ya?" Ucap Malik yang penasaran.

"Tentu saja, saya bahkan kalo sudah main sama istri dia pasti ampun-ampunan, soalnya bisa sampai 3 kali main." Jawab pria tua itu blak-blakan.

Mendengar ucapan pria tua itu makin membuat Malik yakin bahwa ki Joko sakti memang benar-benar sakti. Dan memang ia sendiri juga merasakan hasil dari pengobatan itu, ia bisa menjajal goa g4dis muda secantik Rani.

"Bagaimana dengan kalian semalam?  Berhasil?" Tanya balik malik menatap keduanya.

Disinggung oleh Ki Joko sakti mengenai kejadian semalam yang membuat keduanya kini kembali tersipu dan membayangkan akan hal yang bikin naluri Malik kini kembali terulut lagi.

Terutama βąɲ¥ąЌɲ¥ą ąď€ǥąɲ 1ɲţ1ʍ yang tak bisa ia jelaskan, yang pasti ia begitu ɱ£ñ1ķɱ4ț1 ñÿå §£țȋåק h£ñțåķåñ ďåñ ȟɥj4ɱåñ di dalam ḱéẃáń1tááń Rani.

Dan gilanya Malik masih belum move on dan enggan menyingkirkan dari bayang bayang semalam ¥ąɲǥ ρ€ɲµh ǥ€ℓ๏яą ȼɨɲţą.

"Kenapa kalian diam? Malu ya?" Tebak ki Joko yang dianguki oleh Malik dan Rani bersamaan, mereka begitu kompak menunjukkan seraut wajah malu.

"Tidak usah malu, itu hal yang biasa." Imbuh ki joko bersuara lagi.

"Jadi saya sudah dianggap berhasil kan ki?" Tanya Malik memastikannya.

"Tentu saja."

"Selamat ya kek, dengan begitu pernikahan kakek akan selalu langgeng." Seru Rani yang mengucapkan selamat kepada Malik secara tulus.

"Iya terima kasih Rani, ini semua juga berkat kesabaran kamu dan pengorbanan kamu."

"Untuk itu kamu harus selalu menjaganya, karena berkat Rani kamu bisa bangun lagi." Imbuh ki joko.

"Iya saya akan menjaga Rani, anda tenang saja ki." Janji Malik di hadapan Ki Joko sakti.

"Bagus, saya pegang janji kamu."

"Ki Joko tenang saja, jadi apakah saya bisa segera pulang ke rumah untuk mencobanya dengan istri saya?"

Namun pertanyaan Malik langsung mendapat jawaban dari ki Joko dengan gelengan kepala, seolah tidak mengizinkan nya.

"Tidak sekarang tuan Malik."

"Tapi mengapa?" Tanya Malik tak paham.

"Karena belum saatnya, lagi pula terapi yang harus kamu jalani masih 2 minggu lagi, itu berarti kamu harus setiap hari lakuin sama Rani." Titah ki joko.

"Apa.....setiap hari kek?" Seru Rani dengan membulatkan kelopak matanya.

"Iya setiap hari Rani, kamu harus beri terapi seperti semalam." Tukas ki Joko sakti.

Bukan hanya Rani yang membulatkan matanya, Malik pun sampai membelalakkan matanya.

Dan bayangan semalam pun kembali terlintas, entah mengapa miliknya mulai sesak.