Li Wei,programmer jenius yang sinis, percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta berjalan seperti sistem yang bisa di debug. Saat nyawanya melayang di dunia modern, kesadarannya tersedot ke dalam "ruang jiwa" yang hancur di dalam Kepala Kaisar Dewa Tai Xuan, yang dikhianati dan dipenggal oleh murid kesayangan dan permaisurinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilonksrcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34: PEMBAGIAN DI TENGAH BADAI
Aula pusat sekolah berubah menjadi ruang perang. Proyeksi The Weave menunjukkan dua ancaman dengan kejelasan yang kejam: titik biru berdenyup di laut timur, sementara tiga titik merah mewakili pasukan tradisionalis Shadow Moon, dan sekutu konservatif mereka dari Iron Scripture dan Venomous Lotus bergerak maju dari arah barat, masih berjarak dua hari perjalanan.
Semua staf dan murid senior berkumpul. Suasana tegang, tapi tidak ada kepanikan. Mereka sudah melalui banyak hal bersama.
Tai Wei berdiri di depan proyeksi. "Kita tidak bisa mengabaikan salah satu. Titik laut timur mungkin kunci untuk memahami Pengamat dan mungkin menghentikan siklus kekerasan ini selamanya. Tapi jika kita tidak mempertahankan sekolah, tidak akan ada tempat untuk pulang, atau untuk menyembuhkan siapa pun."
"Kita bagi tim," usul Yan Mei, suaranya tegas. "Satu tim bertahan. Satu tim pergi ke laut."
"Tapi kita tidak punya cukup orang kuat untuk kedua front," bantah Jin, realistis. "Pasukan aliansi dipimpin oleh Elder Ko sendiri, ditambah Master Smith Guo dari Iron Scripture konservatif dan Alchemist Vor dari Venomous Lotus puritan. Mereka tidak main-main."
Lalu, suara yang dalam dan berderak seperti api yang padam berbicara. "AKU AKAN TINGGAL."
Semua menoleh ke Ignis, yang berdiri di pintu, wujud apinya yang sekarang padat dan terkendali. "AKU TELAH TERKURUNG CUKUP LAMA. AKU TIDAK INGIN MELARIKAN DIRI LAGI. APALAGI MELARIKAN DIRI DARI PERTARUNGAN YANG MEMPERTAHANKAN TEMPAT INI."
Aysel, di sampingnya, mengangguk, kristal di tubuhnya berkilau. "Aku juga akan tinggal. Es bisa menjadi perisai yang sabar. Dan... aku ingin melindungi tempat yang telah memberiku ketenangan."
Bantuan dari dua entitas purba adalah anugerah tak terduga. Tapi Tai Wei ragu. "Kalian berdua baru pulih. Dan jika kalian bertarung... apakah itu tidak akan membawa kalian kembali ke pola lama? Konflik?"
Ignis mengeluarkan suara seperti letusan kecil sebuah tawa. "KONFLIK TIDAK SELALU BURUK. YANG BURUK ADALAH KONFLIK TANPA TUJUAN, TANPA PENGHORMATAN. KAMI AKAN MEMPERTAHANKAN, BUKAN MENYERANG. ITU PERBEDAAN BESAR."
Dengan itu, rencana mulai terbentuk.
TIM PERTAHANAN (Homeguard):
· Pemimpin: Yan Mei (ahli ilusi, strategi)
· Kekuatan Utama: Ignis (daya penghancur area, pertahanan panas), Aysel (perisai es, kontrol medan)
· Pendukung: Jin (teknologi, perangkap), Ling (pengintaian bayangan), Nuo (racun area, penawar), dan semua murid lainnya (dikoordinasikan untuk dukungan, logistik, dan formasi pertahanan dasar).
· Tugas: Tahan sekolah. Gunakan pertahanan ilusi dan medan. Jangan lawan langsung kecuali terpaksa. Menunggu Tim Ekspedisi kembali.
TIM EKSPEDISI (Seekers):
· Pemimpin: Tai Wei (koordinator, ahli sistem)
· Anggota: Xiao Qi (pemandu, detektor), Bao (ahli transformasi, adaptasi), Mei Lin (ahli menenangkan emosi, ilusi), dan Rong (pengindera tanah/air, bisa merasakan 'sakit' laut).
· Tugas: Cepat ke laut timur, hadapi titik biru, cari jawaban atau alat yang bisa mengubah situasi, lalu kembali secepat mungkin.
Itu pembagian yang berisiko. Tim Ekspedisi kehilangan kekuatan tempur terbesar mereka. Tim Pertahanan kehilangan pemimpin dan penengah terbaik mereka. Tapi itu satu-satunya cara.
"Komunikasi akan terputus," kata Tai Wei. "Jarak dan energi laut akan mengganggu. Kita harus percaya pada satu sama lain."
Mereka berpisah dengan cepat, tanpa upacara perpisahan yang sentimentil. Ada pekerjaan yang harus dilakukan.
---
PERJALANAN KE LAUT TIMUR: LAUTAN BISIKAN
Perjalanan ke timur melewati dataran dan kemudian garis pantai yang semakin sepi. Semakin dekat ke koordinat, udara semakin terasa berat dengan kesedihan yang dalam. Bukan amarah seperti Ignis, bukan trauma beku seperti Aysel. Ini adalah kesedihan yang tak berujung, seperti lautan tanpa pantai.
Rong adalah yang pertama merasakannya. "Laut ini... menangis. Tapi air matanya adalah air asin yang sudah selalu ada."
Saat mereka mencapai titik yang ditunjuk peta sebuah tebing terpencil yang menghadap ke laut lepas mereka tidak melihat apa-apa selain ombak dan langit. Tapi Xiao Qi beast core bergetar kuat. "Dia di bawah. Jauh di bawah."
Mereka perlu masuk ke dalam laut. Tai Wei menggunakan pengetahuannya untuk membuat gelembung penahan yang bisa membawa mereka turun, ditenagai oleh sisa cahaya keemasan Pengamat.
Menyelam. Semakin dalam, cahaya surga memudar, digantikan oleh cahaya bio luminesen dari makhluk-makhluk aneh. Dan kemudian, mereka melihatnya: sebuah kota yang tenggelam.
Bukan reruntuhan biasa. Kota ini terbuat dari kristal dan mutiara, arsitekturnya elegan dan asing. Dan di tengah kota, di sebuah plaza besar, sebuah figur perempuan raksasa duduk terpaku di singgasana karang, kepalanya tertunduk, rambutnya yang seperti ganggang panjang mengambang perlahan. Dia adalah Oceanid roh laut purba.
Tapi ada sesuatu yang sangat salah. Dari dadanya, tusukan hitam besar seperti paku atau tombak menancap, memancarkan energi korup gelap yang terus-menerus mengalir ke air sekitarnya, mencemarinya dengan keputusasaan. Dan yang paling mengejutkan, bahan tusukan itu... logam God Sliver yang sudah sangat korup.
"Ini bukan kecelakaan," bisik Tai Wei, ngeri. "Dia ditusuk dengan sengaja. Dengan fragmen dari tubuh dewa yang sama seperti milikku."
Xiao Qi merasakan ikatan jiwa dengan Tai Wei bergolak. God Sliver Tai Wei merespons tusukan itu dengan rasa sakit dan pengakuan yang mendalam. Itu adalah bagian dari yang sama.
Oceanid mengangkat kepalanya. Matanya, sebesar piring, terbuka warnanya biru laut tapi dipenuhi awan hitam penderitaan.
"KENALKAH KAU PADA RASA SAKIT INI?" suaranya bergema di dalam air, langsung ke jiwa mereka. "RASA SAKIT DARI MEREKA YANG KAU PERCAYA... YANG KAU CINTAI?"
Dia tidak menyerang. Dia hanya bertanya, dengan rasa sakit yang begitu besar sehingga membuat air di sekitar mereka terasa asin oleh air mata yang tak terlihat.
Tai Wei maju, melalui gelembungnya. "Aku... mengenalinya. Ada bagian darinya di dalam diriku. Tapi aku tidak yang menusukmu."
"MEREKA YANG MEMBAWA WAJAH YANG SAMA... MEREKA YANG MENJANJIKAN KESEIMBANGAN... MEREKA YANG KEMUDIAN MENGKHIANATI." Oceanid mengulurkan tangan raksasanya, menunjuk ke tusukan di dadanya. "DIA MENYEBUT DIRINYA... TAI XUAN."
Petir menyambar di dalam pikiran Tai Wei.
Tai Xuan. Kaisar Dewa nya. Sebelum dia dikhianati dan dipenggal... dia sendiri pernah melakukan pengkhianatan?
Ini adalah kebenaran yang menghancurkan. Sejarah yang ditulis oleh pemenang atau oleh yang selamat selalu sederhana: Tai Xuan adalah korban. Tapi di sini, di kedalaman laut, ada saksi lain: dia juga pernah menjadi pelaku.
"Mungkin..." kata Tai Wei, suaranya gemetar, "mungkin dia punya alasan. Atau mungkin dia melakukan kesalahan. Aku tidak bisa membela tindakannya. Tapi tusukan ini... menyakitimu dan mencemari lautan. Itu harus dicabut."
"MENCABUTNYA AKAN MEMBUNUHKU," jawab Oceanid. "IA TELAH MENJADI BAGIAN DARI SIRKULASIKU. MENCABUTNYA AKAN SEPERTI MENCABUT JANTUNG."
Dilema yang mengerikan. Membiarkannya berarti pencemaran dan penderitaan abadi. Mencabutnya berarti kematiannya.
Bao, si ahli transformasi, mempelajari tusukan itu. "Ini bukan hanya benda fisik. Ini... simbol. Simbol pengkhianatan, rasa bersalah, dan rasa sakit. Ia mendapatkan kekuatannya dari maknanya. Untuk mencabutnya tanpa membunuhnya... kita harus mengubah maknanya."
"Bagaimana caranya mengubah makna sebuah pengkhianatan purba?" tanya Mei Lin, putus asa.
Rong, yang masih merasakan "sakit" laut, tiba-tiba berkata, "Laut tidak pernah membenci. Laut menerima semua sungai, yang bersih dan yang kotor. Laut menguap dan menjadi hujan yang menyucikan. Mungkin... bukan mengubah makna pengkhianatan. Tapi menerimanya sebagai bagian dari sejarah, dan kemudian... memilih untuk mengalir melampauinya."
Kata-kata petani sederhana itu mengandung kebijaksanaan yang dalam. Oceanid memandang Rong, dan untuk pertama kalinya, awan hitam di matanya bergerak.
"ANAK DARATAN... KAU MEMAHAMI LAUT."
Tai Wei mendapat ide. "God Sliver di dalamku adalah fragmen dari Tai Xuan yang sama. Tapi itu telah berubah disatukan dengan kesadaran yang berbeda, dengan niat untuk memperbaiki. Bagaimana jika... aku menggunakan God Sliver ku untuk menetralisir fragmen yang korup ini dari dalam? Bukan dengan melawannya, tapi dengan... memberinya pilihan baru."
Itu sangat berisiko. Itu berarti menyatukan kesadarannya dengan rasa sakit dan pengkhianatan Tai Xuan yang murni. Dia bisa terkontaminasi, atau bahkan dilupakan oleh kepribadian Li Wei yang sekarang dominan.
Xiao Qi menarik lengannya. "Jangan. Itu terlalu berbahaya."
"Kita tidak punya pilihan lain," kata Tai Wei, matanya penuh tekad. "Dan mungkin... ini adalah cara Tai Xuan menebus kesalahannya, melalui diriku."
Dia meminta timnya untuk bersiap Bao untuk menstabilkan tubuhnya, Mei Lin untuk menjaga jiwanya, Rong untuk mempertahankan koneksi ke "aliran" kehidupan, dan Xiao Qi... untuk menariknya kembali jika dia tersesat.
Lalu, Tai Wei mendekati Oceanid, dan meletakkan tangannya di atas tusukan God Sliver yang hitam.
---
DALAM JIWA YANG TERLUKA
Tai Wei tidak sadar. Dia terbangun di dalam kenangan.
Dia melihat melalui mata Tai Xuan, ribuan tahun yang lalu. Lautan yang damai. Oceanid, cantik dan perkasa, adalah sekutu. Tapi ada ancaman sesuatu dari kegelapan laut dalam yang mengancam akan membangkitkan entitas purba yang lebih mengerikan. Tai Xuan, dalam keputusasaan dan mungkin kesombongan, memutuskan untuk menggunakan God Sliver nya sendiri (sebelum dia hancur) sebagai "pasak" untuk mengunci Oceanid ke takhtanya, menggunakan kekuatannya sebagai penjaga penjara untuk entitas yang lebih buruk. Dia mengkhianati kepercayaannya untuk "kebaikan yang lebih besar".
Tapi rencananya gagal. Entitas itu tetap bangun, dan Oceanid, yang terluka dan dikhianati, menjadi sumber pencemaran sendiri. Tai Xuan, penuh penyesalan, kemudian dikhianati oleh bawahannya sendiri (Shadow Moon dkk) dan dibunuh sebelum bisa memperbaiki kesalahannya.
Rasa sakit di sini bukan hanya rasa sakit fisik. Ini adalah rasa bersalah dari seseorang yang berniat baik tetapi menyebabkan malapetaka cermin yang terlalu akrab bagi Tai Wei, yang sebagai Li Wei, juga pernah menyebabkan bug yang menghancurkan sistem.
Di dalam ruang memori ini, Tai Wei bertemu dengan jejak kesadaran Tai Xuan yang tersimpan dalam tusukan itu.
"Aku melakukan apa yang kupikir harus dilakukan," kata bayangan Tai Xuan, wajahnya samar. "Dan aku menghancurkan sesuatu yang indah karenanya."
"Kau punya niat yang baik," jawab Tai Wei (kesadaran gabungannya). "Tapi niat baik bukan pembenaran untuk pengkhianatan. Dan sekarang, aku di sini, mencoba memperbaiki banyak hal yang rusak, termasuk kesalahanmu."
"Apakah kau bisa memaafkanku?" tanya bayangan itu, suaranya hampa.
"Bukan tempatku untuk memaafkan," kata Tai Wei. "Tapi Oceanid masih ada. Dan dia masih menderita karena pilihanmu. Kita harus memberinya pilihan untuk memaafkan dirinya sendiri untuk melepaskan rasa sakit yang telah menjadi identitasnya."
Bersama-sama (jejak Tai Xuan dan Tai Wei), mereka tidak mencoba mencabut tusukan. Mereka menyuntikkan makna baru ke dalamnya. Dari simbol pengkhianatan menjadi simbol pengorbanan bersama yang tragis, yang sekarang diakui dan diintegrasikan.
Mereka mengubah narasinya: bukan "Aku dikhianati dan menjadi korban", tapi "Kami semua melakukan kesalahan dalam perang melawan kegelapan yang lebih besar. Sekarang, mari kita akhiri penderitaan ini bersama-sama."
Di dunia nyata, tusukan hitam itu mulai bersinar dari dalam, berubah warna menjadi keemasan warna cahaya Pengamat. Oceanid menjerit, tapi jeritan itu berubah dari penderitaan menjadi kelegaan.
Tusukan itu tidak tercabut. Ia terintegrasi, menjadi sebuah kristal indah di dadanya, seperti perhiasan yang menandai luka yang telah sembuh dan menjadi sumber kekuatan baru.
Oceanid berdiri, air di sekelilingnya menjadi jernih dan bersinar. Dia memandang Tai Wei dengan mata yang sekarang biru jernih.
"TERIMA KASIH... UNTUK MEMBERIKAN MAKNA BARU PADA LUKA LAMA. DIA (TAI XUAN) TIDAK PERNAH MEMINTA MAAF. TAPI MELALUIMU, AKU MENDENGARNYA."
Dia mengulurkan tangan. Di telapaknya, sebuah mutiara biru tua terbentuk. "INI ADALAH 'INTI KESEIMBANGAN LAUT'. IA DAPAT MENENANGKAN GELOMBANG, MENYUCIKAN RACUN, DAN... MEMANGGIL SAUDARA-SAUDARA LAIN."
Mutiara itu adalah hadiah dan mungkin, alat yang mereka butuhkan untuk menghadapi aliansi musuh.
---
KEMBALI DENGAN WAKTU YANG HAMPIR HABIS
Tim Ekspedisi kembali ke permukaan dengan hati ringan tapi pikiran gelisah. Mereka telah berhasil. Mereka membawa mutiara dan pemahaman yang lebih dalam. Tapi berapa lama waktu yang telah berlalu? Pertempuran di sekolah mungkin sudah mulai.
Mereka bergegas kembali, menggunakan semua kecepatan yang mereka bisa.
---
DI SEKOLAH: PERTAHANAN YANG BERDARAH
Sementara itu, di Sekolah Realitas, pertempuran telah dimulai.
Aliansi tradisionalis menyerang dengan tiga gelombang: Iron Scripture dengan golem dan artileri energi, Venomous Lotus dengan awan racun dan tanaman predator, dan Shadow Moon dengan serangan bayangan dan ilusi psikologis.
Pertahanan Yan Mei cerdik. Dia menggunakan ilusi untuk memperbesar ketakutan dan ketidakpercayaan di antara ketiga sekte aliansi. Dia membuat pasukan Iron Scripture melihat pasukan Venomous Lotus berbalik menyerang mereka. Dia membuat cultivator Shadow Moon melihat bayangan mereka sendiri memberontak.
Ignis dan Aysel bertindak sebagai penghalang hidup. Ignis menciptakan dinding api yang membakar racun dan melelehkan proyektil logam. Aysel membekukan area, memperlambat musuh dan menciptakan medan yang sulit.
Tapi aliansi itu kuat dan jumlah mereka banyak. Pertahanan mulai retak. Beberapa murid terluka, meski Nuo dengan cepat merawat mereka. Jin kehilangan beberapa sensor penting. Ling terluka saat mencoba mengintai.
Elder Ko sendiri akhirnya maju, dengan dua pemimpin sekutu lainnya. Mereka menyerang langsung, menargetkan Ignis dan Aysel.
"Makhluk kuno! Kembalilah ke tidurmu atau hancur!" teriak Elder Ko, melancarkan teknik bayangan pemotong jiwa.
Ignis marah. Api-nya membesar. "AKU TIDAK AKAN KEMBALI KE KEGELAPAN!"
Pertarungan tingkat tinggi pecah. Tapi tiga lawan dua, dan Ignis serta Aysel masih lemah. Mereka terdesak.
Saat itulah, Tim Ekspedisi tiba, tepat saat matahari terbenam.
Tai Wei, melihat sekolahnya yang diserang, murid-muridnya yang terluka, dan dua entitas pelindung yang terpojok, merasa amarah yang dingin dan terfokus. Bukan amarah Li Wei atau Tai Xuan. Amarah seorang arsitek yang melihat karyanya dihancurkan.
Dia tidak langsung menerjang. Dia mengambil Mutiara Keseimbangan Laut dan, dengan bantuan Oceanid dari kejauhan (melalui ikatan yang baru terbentuk), mengaktifkannya.
Lautan tidak harus berupa air. Lautan adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan yang berlawanan.
Mutiara itu bersinar, memancarkan gelombang energi biru yang lembut namun tak terbendung. Gelombang itu tidak menyakiti siapa pun. Tapi ia menetralisir ketidakseimbangan.
· Racun Venomous Lotus mencair menjadi air bersih.
· Proyektil energi Iron Scripture kehilangan daya dan jatuh seperti batu.
· Ilusi bayangan Shadow Moon terpecah seperti kabut di bawah matahari.
Gelombang itu juga menyentuh para penyerang. Bukan dengan kekerasan, tapi dengan pengingat. Sebuah pengingat tentang rasa haus saat mereka masih anak-anak, tentang kesejukan air pertama di pagi hari, tentang kedamaian sebelum mereka terjun ke dalam konflik sekte.
Serangan berhenti. Musuh berdiri bingung, amarah mereka tiba-tiba teredam oleh nostalgia yang aneh dan mendalam.
Tai Wei melangkah maju, suaranya jelas di keheningan yang tiba-tiba.
"Kalian datang untuk menghancurkan karena takut pada apa yang tidak kalian pahami. Tapi ketakutan bukanlah alasan untuk menghancurkan. Lihatlah!" Dia menunjuk ke Ignis dan Aysel, yang sekarang berdiri bersama, api dan es saling melengkapi. "Mereka dulu bermusuhan. Sekarang mereka melindungi tempat yang sama." Dia menunjuk ke murid-murid dari berbagai sekte yang berdiri bersama. "Mereka dulu akan saling membunuh. Sekarang mereka saling menyelamatkan."
Elder Ko, wajahnya berkerut oleh konflik batin, berteriak, "Ini tipuan! Ilusi!"
"Apakah ini?" Tai Wei melemparkan Mutiara itu ke tanah di antara mereka. Mutiara itu memancarkan citra penglihatan: citra laut yang bersih, hutan yang pulih, tanah subur dunia yang bisa ada jika mereka berhenti berperang.
Master Smith Guo dari Iron Scripture, pria praktis, mengangguk pelan. "Teknologi ini... bukan untuk menghancurkan. Untuk menyembuhkan."
Alchemist Vor dari Venomous Lotus mengendus udara. "Racunnya... hilang. Ditransmutasi menjadi... kehidupan."
Aliansi itu retak. Banyak cultivator rendahan mulai mundur, ragu.
Elder Ko melihat sekelilingnya, melihat dukungannya luntur. Amarahnya berubah menjadi keputusasaan. Dalam ledakan keputusasaan terakhir, dia menerjang sendirian ke arah Tai Wei.
Tapi sebelum dia bisa sampai, bayangannya sendiri bangkit dan menahannya. Itu adalah teknik Shadow Moon, tapi dilakukan dengan penguasaan yang jauh lebih tinggi.
Dari bayangan Elder Ko sendiri, sebuah sosok muncul wanita dengan mata ungu. Yan Mei. Dia telah menyusup ke dalam bayangannya sejak awal, menunggu saat yang tepat.
"Sudah cukup, Elder," kata Yan Mei, suaranya dingin tapi sedih. "Kau terjebak dalam bayangan masa lalu. Biarkan kami membangun sesuatu yang baru."
Elder Ko terjatuh, dikalahkan bukan oleh kekuatan musuh, tapi oleh pengkhianatan dari dalam tradisinya sendiri, dan oleh visi masa depan yang lebih baik yang tidak bisa dia tolak.
Pertempuran berakhir tanpa kemenangan mutlak. Tapi dengan gencatan senjata yang rapuh.
Aliansi bubar, cultivator mundur. Sekolah selamat, tapi dengan luka-luka dan kerusakan.
---
BAHASA BARU DI TENGAH PECAHAN
Malam itu, sekolah memperbaiki kerusakan. Tai Wei berdiri di atas tembok yang rusak, memandangi bulan.
Yan Mei mendekat. "Kita menang hari ini. Tapi bukan dengan mengalahkan mereka. Dengan... menunjukkan alternatif."
"Alternatif itu rapuh," kata Tai Wei. "Tapi itu awal. Dan kita sekarang punya sekutu baru." Dia memandang ke arah laut, merasakan kehadiran Oceanid yang jauh. "Dan kita tahu kebenaran tentang Tai Xuan. Dia bukan pahlawan atau monster. Dia manusia yang melakukan kesalahan. Seperti kita semua."
Xiao Qi bergabung, menggosokkan kepalanya ke kaki Tai Wei. "Jadi... apa sekarang?"
"Sekarang," kata Tai Wei, "kita membangun kembali. Dan kita persiapkan diri untuk pertemuan terakhir."
"Pertemuan terakhir?"
Tai Wei melihat ke langit. "Pengamat Asing. Dia telah menunjukkan kita tiga titik. Tapi dia sendiri adalah titik terbesar. Saatnya kita mencari tahu siapa dia, dan apa yang dia benar-benar inginkan dari kita."
Perjalanan dari kepala terpenggal telah membawanya ke sini: menjadi pemimpin sekolah, penyembuh dewa-dewa yang terluka, dan mungkin, utusan untuk sesuatu yang lebih tua dari segalanya.
Bab berikutnya bukan lagi tentang bertahan hidup atau membangun. Ini tentang menemukan tujuan akhir dari semua perbaikan ini.
Dan jawabannya mungkin terletak pada entitas yang telah mengamati mereka sejak awal, yang telah memberikan peta, cahaya keemasan, dan mengarahkan mereka untuk menyembuhkan dunia entah sebagai kurator, ilmuwan, atau sesuatu yang lain sepenuhnya.