Serangeline Fros, wanita berusia 45 tahun, dikenal di seluruh kota Darsen sebagai ketua geng Bloodfangs—geng paling ditakuti yang menguasai setengah wilayah kota. Di balik reputasinya yang kelam, Sera menyimpan mimpi lama yang tak pernah terwujud: menjadi seorang penyanyi. Namun takdir berkata lain, sejak muda ia dipaksa oleh kakeknya untuk meneruskan tahta keluarga sebagai pemimpin geng, menenggelamkan keinginannya di balik darah dan kekuasaan.
Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya. Tapi kematian bukanlah akhir bagi Serangeline Fros. Ia terbangun kembali… di tubuh seorang wanita muda berusia 25 tahun—bertubuh gendut, pemalu, dan diremehkan semua orang, bahkan oleh suaminya sendiri.
Apakah Serangeline akan menemukan makna baru dari kehidupan keduanya, ataukah sisi gelapnya sebagai gangster akan kembali bangkit dan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34.Plin -Plan
“KAEL… KAEL!”
Teriakan Lyra menggema sejak pagi buta. Ia masuk begitu saja ke dalam rumah Kael tanpa permisi, langkahnya tergesa dan penuh amarah.
“Lyra, kamu kenapa berteriak-teriak seperti ini?” Mama Stevia mencoba menghentikan sikap arogan calon menantunya itu.
“Di mana Kael, Ma? Apa dia masih tidur?” tanya Lyra, matanya menyapu ruangan, lalu menatap Mama Stevia tajam.
Mama Stevia memilih diam.
“Mama tidak ingin menjawabnya?” ucap Lyra, nadanya semakin tinggi.
Tanpa menunggu lagi, Lyra langsung menaiki tangga, bergegas menuju kamar Kael.
Brak!
Pintu kamar Kael dihempaskan kasar.
“KAEL!”
Kael baru saja keluar dari kamar mandi. Handuk masih melilit tubuhnya, rambutnya basah. Mama Stevia terkejut, namun ia tidak masuk ke kamar. Ia hanya berdiri di sisi pintu, tepat di balik dinding, mendengar semuanya dengan jelas.
“Apa yang kamu lakukan, Lyra? Kamu berteriak-teriak tidak sopan di rumah orang sepagi ini. Ini rumah, bukan panggung konsermu!” protes Kael dengan raut kesal.
“Kenapa kamu belum mengurus acara pernikahan kita? Apa kamu tidak takut dengan ancamanku?” tanya Lyra, menunjuk Kael tajam.
“Aku tidak punya waktu untuk itu, Lyra. Ketenaran Sera sudah merusak seluruh reputasi perusahaanku. Aku sedang sibuk menjatuhkan pamor perempuan itu dengan menyebarkan video wajah jeleknya saat dia menjadi babumu.”
Kael menyunggingkan senyum licik, penuh kepuasan.
“Aku yakin sebentar lagi dunia maya akan menghujat Sera. Dia tidak akan bisa menjalankan debut resminya. Sikap songongnya membuatku sangat kesal. "Ia menatap tajam penuh tekad sembari mengepal tangannya kuat "Sekarang rasakan Sera sebentar lagi kamu akan menyaksikan hujatanmu, itu adalah akibat dari sikapmu yang menantangiku.”
Kael berjalan ke arah lemari, mencari pakaiannya.
Lyra terdiam ia menghentikan amarahnya sembari medengarkan dan memperhatikan gelagat Kael.
"Sepertinya mood Kael kali ini sangat bagus. Aku tidak boleh merusaknya," batin Lyra.
Ia melenggok mendekat, sengaja berdiri tepat di depan Kael, sejajar dengan dada bidang pria itu. Tangannya terangkat, mengelus pelan.
“Biar aku yang menyiapkan pakaianmu,” ucap Lyra, tersenyum manis, memainkan perannya.
Kael membalas dengan senyum kecil, lalu duduk di sisi ranjang, membiarkan Lyra melakukannya.
Lyra memilih pakaian sambil melirik Kael dari sudut matanya.
"Redam amarahmu, Lyra. Kamu tidak boleh merusak suasana hatinya. Ini kesempatan emas untuk merayunya," batinnya, mengubah tujuan.
Begitu menemukan pakaian yang cocok, Lyra berjalan ke arah Kael dan membantu memakaikan kemeja lengan panjang berwarna krem. Ia berdiri di hadapannya yang masih duduk, sedikit menunduk saat mengancingkan baju. Dengan sadar Lyra justru sengaja memamerkan dua benjolan di dadanya di hadapan Kael .
“Maafkan aku. Aku terlalu keras kepadamu. Aku sangat frustrasi. Mungkin ini efek dari kehamilanku,” ucap Lyra sambil memegang perutnya, setelah mengancingkan kancing terakhir.
Kael mengembuskan napas berat, jelas terbuai.
“Harusnya kamu tidak melakukannya. Kamu membuatku begitu marah.”
Namun tatapan Kael tak bisa lepas. Gaun ketat dan pendek yang dikenakan Lyra di tambah lagi dengan belahan dada yang tinggi dan juga kedua paha mulus yang terpampang sempurna di hadapannya, semuanya menyulut birahinya. Kael menarik Lyra ke dalam pangkuannya, mengendus lehernya pelan, lalu mendekapnya erat.
“Karena ulahmu, aku juga sangat frustrasi. Bahkan berita kehamilanmu yang seharusnya membuatku bahagia justru membuatku marah besar,” bisik Kael terus mengendus Leher Lyra manja , tangannya menyusup ke dalam pakaian Lyra merasakan kehangatan dari dalam .
Lyra melingkarkan tangannya di leher Kael,membiarkan laki - laki itu menelusuri lekuk tubuhnya.
“Maafkan aku, sayang. Seharusnya aku tidak melakukannya. Apa kamu mau memaafkanku? Mau bagaimana pun, kita juga akan menikah, bukan?”ucap Sera masuk kedalam permaian sekaligus tujuannya.
Kael terdiam sejenak, lalu berkata,
“Baiklah. Setelah ini kita akan langsung menemui WO pernikahan."ucapnya mantap sembari perlahan menarik nafas pelan. "Tapi sebelum itu, sepertinya aku perlu kesenangan darimu.”
“Tentu saja, sayang. Aku juga membutuhkannya.”ucap Lyra tersenyum puas.
Lyra mengecup bibir Kael lembut, perlahan, lalu semakin dalam hingga tubuh mereka terbaring di atas ranjang dalam gelutan manja. Dari ambang pintu, Mama Stevia mendelik jengkel menyaksikan pemandangan itu.
“Kamu memang begitu plin-plan, Kael,” gumamnya berdecak kesal.
Ia pun berbalik, meninggalkan dua orang yang tengah memadu kasih di dalam kamar.
_____
Rayhan bergegas menghampiri Sera ke ruang olahraga begitu ia tiba di mansion. Napasnya masih sedikit tersengal ketika langkahnya berhenti di depan treadmill tempat Sera tengah berolahraga.
“Nona, apa kamu sudah melihat ini?” ucap Rayhan tergesa, menyodorkan layar ponselnya ke arah Sera. “Seseorang memfitnahmu dengan cuplikan video yang tidak-tidak. Sepertinya ini berasal dari saingan agensi Pak Aleric.”
Sera hanya melirik sekilas layar itu, bibirnya terangkat membentuk senyum sinis. Seolah tak ada kejutan sama sekali di sana. Ia sudah menduganya Kael pasti akan melakukan hal seperti ini.
“Lagipula mana mungkin perempuan gendut ini adalah dirimu,” lanjut Rayhan sambil menarik kembali ponselnya, nada suaranya penuh keyakinan.
“Itu memang diriku,” jawab Sera santai.
Rayhan sontak terdiam. Tubuhnya membeku, matanya melebar menatap Sera seakan baru saja mendengar sesuatu yang mustahil.
“Ka… kamu… bilang apa, Nona?” ucapnya terbata. “Ini… ini kamu?”
Dalam sekejap, Rayhan menutup mulutnya sendiri, teringat jelas wajah perempuan di dalam video itu. Jantungnya berdegup lebih cepat.
“Jika ini kamu… berarti kamu adalah perempuan gendut yang dulu kutabrak?” katanya pelan, benar-benar tidak menyangka.
“Kamu baru mengingatnya?” Sera tersenyum puas, menikmati perubahan ekspresi pria itu.
“Pantas saja kamu bisa menasihatiku seperti kemarin,” gumam Rayhan, lalu mendadak tersadar akan ucapannya. “Maaf, Nona. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Perkataanku tadi—”
“Aku mengerti,” potong Sera tenang.
Ia turun dari treadmill, mengambil botol air mineral yang sudah disiapkan pelayan, lalu meneguknya perlahan sebelum duduk di kursi di sudut ruangan.
“Lalu bagaimana respons publik? Apakah sesuai dengan prediksi pria itu?” tanya Sera datar.
“Pria itu?” Rayhan mengernyit. “Maksudmu pria yang menemui kamu tadi malam di gerbang mansion?”
“Ya. Dia saingan bisnis Aleric, sekaligus mantan suamiku,” jelas Sera ringan, seolah membicarakan hal yang tak berarti apa-apa.
Keterkejutan Rayhan bertambah.
“Dan orang yang ingin kamu bunuh?” tanyanya ragu.
“Tepat sekali.”
Sera mendekatkan wajahnya ke arah Rayhan. “Ingat baik-baik wajahnya. Mungkin suatu hari aku benar-benar akan menyuruhmu membunuhnya.”
Rayhan langsung terdiam, wajahnya pucat, tubuhnya menegang.
Melihat reaksinya, Sera justru tertawa kecil. “Kamu terlalu serius,” ucapnya sambil menepuk pundak Rayhan pelan. “Cepat jelaskan bagaimana respons publik terhadapku.”
Rayhan menelan ludah sebelum berbicara. “Sesuai keinginan pria itu, Nona. Orang-orang benar-benar menghujatmu. Semua pujian kemarin langsung lenyap, berganti kata-kata pedas.”
Ia membaca beberapa komentar dengan suara berat.
“Tidak disangka perempuan itu sejelek ini.”
“Dia pasti operasi plastik untuk mempercantik diri.”
“Jangan-jangan suara di mall itu cuma rekaman.”
“Dia mengubah wajah dan tubuhnya demi menyaingi Lyra.”
“Dia membodohi kita semua.”
“Kami tidak akan mendukungmu.”
“Kamu bahkan lebih buruk dari sampah.”
Namun alih-alih bersedih, Sera justru tersenyum puas mendengar semua itu.
“Bagus,” ucapnya tenang. “Biarkan semuanya seperti itu. Biarkan dia merasa berada di atas awan.”
Rayhan menatapnya ragu. “Nona… apa kamu sudah menyiapkan rencana balasan?”
“Tentu saja,” jawab Sera mantap, tanpa sedikit pun keraguan di wajahnya.
.
.
.
.
💐💐💐Bersambung💐💐💐
Mainnya gitu kali ya kael, nggak bisa nginjek orangnya malah mencoba nginjek harga dirinya pake coba- coba merampas kepercayaan diri ahjumma lagi. mana bisa , belum tau aja yang di lawan siapa?? wkwk kael - kael kamu masuk jebakan🤭
Lanjut Next Bab ya guys😊
Lope lope jangan lupa ya❤❤
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤
Nantikan update setiap jam 13.00 dan 19.00 guys ☺
