Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Jet Pribadi
❤️❤️❤️
Aaron membawa Raya masuk ke dalam kamar pribadinya yang ada di kabin khusus dan harus menaiki tangga terlebih dahulu untuk masuk
ke dalam ruangan ini yang terlihat sangat luas
dengan desain interior setaraf kamar hotel
bintang lima. Sangat mewah dan menakjubkan.
Raya hanya bisa menganga takjub begitu dia
masuk ke dalam kamar tersebut. Bagaimana
bisa di dalam pesawat ada fasilitas kamar
semewah ni.? Dengan tenang Aaron berjalan
kearah tempat tidur besar di tengah ruangan.
Raya menegang saat Aaron merebahkan
tubuhnya di atas tempat tidur. Dia berusaha
untuk bangkit dan beringsut dengan tatapan
tajam penuh antisipasi terhadap gerakan
Aaron yang kini menatapnya dengan sorot
mata aneh, layaknya predator yang bersiap
untuk menerkam mangsanya. Aaron naik
keatas tempat tidur membuat Raya mulai
di serang kepanikan.
"Bisakah kamu meninggalkan ku sendiri.?"
Raya mencoba mengalihkan perhatian pria
itu yang kini sudah mulai mengurung nya.
Lututnya bertumpu di kedua sisi kaki Raya,
berusaha menghimpit nya membuat Raya
semakin panik berusaha untuk keluar.
"Kenapa.? Kau mencoba menghindari ku.?"
"Aku ingin membersihkan diriku. Kumohon
biarkan aku sendiri.!"
"Kau tidak perlu melakukannya. Tubuhmu
tidak butuh di bersihkan, kau sudah wangi."
Bisik Aaron dengan suara serak di telinga
Raya yang semakin mengkerut ketakutan
melihat gelagat Aaron yang mendekatkan
wajahnya. Raya memundurkan badannya
hingga kini mentok di ujung tempat tidur.
"Aku mohon.. keluarlah dari sini.! Aku ingin
sendirian sekarang."
Seringai tipis terulas di sudut bibir Aaron
dengan tatapan yang semakin mengunci
bibir sensual Raya yang begitu menggoda.
"Ini adalah malam pertama kita Nona Raya.!"
Wajah Raya pucat pasi seketika. Tubuhnya
semakin menegang setengah menggigil.
Aaron menautkan alisnya, dia menyadari
benar kalau wanita ini begitu ketakutan.
Trauma nya lumayan parah, dan dia tidak
bisa membiarkan hal ini terus berlanjut.
"Berikan dirimu padaku malam ini.!"
"Tidak ! Kau tidak boleh menyentuhku.!
Kita menikah bukan atas dasar cinta dan
keinginan.Aku terpaksa menikah denganmu.!"
Raya kalap, dia memekik panik saat Aaron
semakin mendekat. Tangannya menyilang
di dada berusaha memeluk dirinya sendiri.
Aaron terdiam, tatapan matanya kini semakin menghujam wajah Raya yang terlihat jelas
ketakutan dan berada dalam trauma yang
cukup mendalam. Jemari tangan Aaron
bergerak mencengkram dagu Raya dengan
kuat, kedua mata mereka beradu dalam
kekerasan hati masing-masing.
"Tentu saja.! Aku juga terpaksa menikahimu.!
Apa kau pikir aku menginginkan mu ? "
Tatapan Aaron semakin dalam, dia menarik
wajah Raya yang meringis agar mendekat.
Tangan Raya kini mencoba menepis lengan
pria itu yang sudah semakin menyakitinya.
Wajah Aaron semakin mendekat hingga
bibir mereka hampir bersentuhan.
"A-Aaron..apa maumu.? Lepaskan aku.!"
Tubuh Aaron membeku seketika mendengar
Raya memanggil namanya. Wajahnya langsung
dipenuhi reaksi aneh. Jiwanya seolah sedang
melayang, kenapa dia merasa panggilan itu
terdengar sangat syahdu di telinganya, suara
panggilan itu sama persis seperti suara
seseorang yang selalu di rindukan nya.
Mata Aaron kini menerawang jauh.
"Mayra.."
Tanpa sadar Aaron menggumamkan nama
itu membuat Raya terkesiap, dia menautkan
alisnya. Sudah dua kali dia mendengar laki-
laki ini menyebut nama itu di hadapannya.
Mayra.? Mungkin kah istrinya raja bisnis itu
seseorang yang sangat spesial bagi pria ini.?
Raya mendorong keras dada Aaron, dengan
cepat dia menjauhkan dirinya dari jangkauan
pria itu kemudian turun dari tempat tidur.
Aneh, dia sudah tidak merasakan sakit lagi
di kakinya. Melihat pria itu masih terdiam
dalam kebisuan Raya bergegas masuk ke
dalam kamar mandi yang ada di sudut
ruangan kamar pribadi tersebut.
Saat masuk ke dalam kamar mandi, lagi-lagi
Raya di buat takjub dengan segala fasilitas
lengkap dan canggih yang ada di tempat itu.
Ini benar-benar tidak masuk akal. Sekaya apa
sih sebenarnya pria jahat itu.? Kenapa semua
kemewahan ini melekat dalam hidupnya.!
Raya berusaha melupakan sejenak segala
masalah yang sedang di hadapinya dengan
mencoba memanjakan dirinya, berendam di
dalam bak whirpool yang tersedia di sana.
Dia ingin merilekskan tubuh nya dari segala
kepenatan yang di rasakannya seharian.
Sementara Aaron tampak duduk di pinggir
tempat tidur sambil memegangi kepalanya.
Lagi.. ingatannya kini kembali tertuju pada
wanita itu yang sedang berusaha untuk di
lupakan nya, tapi kenapa rasanya sulit sekali.
Aaron sadar, memang tidak akan mudah
untuk melupakan nya, karena dia merupakan
wanita pertama yang mengenalkan nya pada
cinta. Perlahan Aaron membuka ponsel nya,
menatap tenang gambar Mayra yang sedang
berada dalam pelukannya di tengah hutan
pada peristiwa terakhir di pulau pribadi.
Setengah jam kemudian Raya keluar dari kamar mandi, hanya mengenakkan bathrobe saja.
Rambut nya di gulung tinggi hingga leher
jenjang nya yang indah kini terpampang jelas
tanpa penghalang. Begitu membuka pintu
kamar mandi tubuh Raya kembali membeku
saat matanya beradu langsung dengan mata
Aaron yang baru saja beranjak dari duduknya.
Keduanya terlihat saling menatap terkejut.
Kenapa laki-laki itu masih ada di sini.?? Saat
tatapan Aaron mulai berubah panas secepat
kilat Raya kembali masuk ke dalam kamar
mandi dengan membanting pintu nya keras.
"Kenapa kamu masih di sini.? Cepat keluar..??"
Teriak Raya membahana di telan kekesalan.
Wajah Aaron berubah, bibirnya kali ini benar-
benar tersenyum, dia tergelak sendiri melihat
reaksi paranoid Raya yang berlebihan. Dengan
santai dia keluar dari dalam kamar, bibirnya
masih tampak terangkat saat turun ke ruang
bawah membuat Alex dan para awak kabin
melongo, tidak percaya melihat keajaiban
yang terjadi di depan mata mereka tersebut.
"Siapkan makan malam sekarang juga.!"
Titahnya pada para pramugari yang rata-rata
berpenampilan tomboy dan maskulin. Aaron
memang tidak suka bersinggungan dengan
yang namanya wanita dalam segala kegiatan sehari-hari nya kecuali wanita itu adalah orang
yang berprinsip, profesional dan berdedikasi
tinggi pada pekerjaannya.
"Baik Yang Mulya..!"
Para pramugari itu langsung membungkuk
kemudian berlalu ke belakang. Aaron duduk
tenang di ruangan pribadi nya yang berada
di dekat ruangan cockpit . Ruangan ini
terlihat sangat mewah dan canggih serta
memiliki sistem komunikasi langsung
untuk pertemuan bisnis ataupun hal yang
lainnya yang berhubungan dengan semua
urusannya di dunia bawah tanah.
Tidak lama Alex muncul ke dalam ruangan
itu kemudian berdiri membungkuk di depan
Aaron yang sedang duduk tumpang kaki
melakukan komunikasi dengan Ansel.
"Tuan.. semua perlengkapan ibadah anda
sudah saya siapkan."
Aaron menatap Alex dengan raut wajah yang
terlihat sangat antusias. Dia segera berdiri,
kemudian berlalu pergi menuju satu ruangan
khusus yang merupakan kamar tamu. Malam
ini Aaron mulai menjalankan kewajibannya
sebagai seorang mualaf. Dengan khusyuk
dia menjalankan ibadah sholat isya dan
melantunkan doa untuk segala kebaikan
hidupnya ke depan. Sudah lama dia berniat
meninggalkan semua urusan dunia hitam
dan mulai memperbaiki diri kearah yang lebih
baik. Karena bagaimanapun dirinya berusaha
untuk lari dari kenyataan, tetap saja fakta
bahwa dirinya seseorang yang mempunyai
gelar sebagai putra mahkota tidak akan bisa
di ubah lagi. Dia adalah seseorang yang
akan memegang tahta suatu hari nanti.
Selesai menjalankan kewajibannya, Aaron
bersama dua orang pramugari kembali ke
kamar pribadi dengan membawa makan
malam buat Raya.
Mata Aaron menatap datar kearah Raya yang
saat ini sudah meringkuk nyaman, tertidur
pulas di atas sofa yang ada di dekat jendela.
Aaron menepiskan tangan nya memberi isyarat
pada pramugari untuk membawa kembali makanannya. Dia berjalan kearah sofa,
menatap tenang wajah super cantik itu yang
terlihat sangat tenang saat sedang tertidur
seperti ini. Berbeda jauh saat dia dalam
keadaan sadar, juteknya minta ampun, dan
tatapan kebencian nya itu selalu membuat
Aaron merasa sesak napas.
"Kenapa kamu harus hadir di jalanku. Kau
tidak tahu sedang berurusan dengan siapa.!
Kamu memaksaku mengambil jalan ini !"
Desis Aaron sambil kemudian meraih tubuh
ramping Raya ke dalam pangkuannya, lalu
berjalan ke arah tempat tidur. Perlahan dia
mulai membaringkan tubuh halus lembut
itu di atas tempat tidur. Untuk sesaat Aaron
tidak bisa melepaskan matanya dari sosok
molek itu, kilasan ingatan tentang malam
panas itu kembali melintas dalam pikirannya.
Masih terasa begitu nyata bagaimana wanita
ini mampu memberinya sesuatu yang sangat
berbeda, begitu dahsyat dan luar biasa. Karena
itulah Aaron tidak bisa melepaskan wanita ini
begitu saja. Aaron tahu, wanita ini adalah sosok langka, dia adalah satu dari 4 wanita yang ada
di dunia yang memiliki keistimewaan itu, akan
sangat berbahaya kalau ada yang tahu soal itu.
Tidak sembarang laki-laki yang bisa bertahan
bila sudah berada dalam cengkeraman gairah
wanita ini. Kalau tidak mampu bertahan
bisa-bisa laki-laki itu meregang nyawa saat
mencoba mencari kenikmatan dari tubuhnya.
Aaron menarik selimut, menutupi setengah
tubuh Raya agar lebih nyaman. Dia kembali
menatapnya sebentar. Tidak, dia tidak boleh
terlalu lama berada di ruangan ini bersama
dengan mahluk cantik ini kalau tidak ingin
tenggelam dalam jeratan sihir daya tariknya.
Aaron segera melangkah keluar dari dalam
kamar pribadinya meninggalkan Raya yang
semakin terlelap dalam tidur nyenyak nya.
***
Beberapa jam kemudian...
Turun dari pesawat pribadi Aaron membawa
Raya menaiki mobil mewah yang sudah ada
dan bersiaga setengah jam sebelum nya di
bandara. Tidak ada pembicaraan diantara
mereka selama di perjalanan. Raya memilih
kembali memejamkan matanya daripada
harus berinteraksi tidak jelas dengan lelaki
menyebalkan itu. Sementara Aaron tampak
sibuk membuka tablet saat beberapa file
laporan masuk kesana. 3 jaringan keamanan
yang selama ini sudah di bentuknya secara
bersamaan memberikan laporan tentang
situasi terkini di dalam istana maupun di
dalam kapal pesiar.!
Dua jam kemudian mereka tiba di sebuah
pelabuhan super besar yang entah berada
dimana karena Raya tidak tahu pasti kemana
laki-laki itu membawa dirinya. Waktu sudah
menunjukkan pukul 3 dini hari. Mobil super
mewah yang membawa mereka berhenti
tepat di sebuah pelataran utama di mana di
sebrang nya telah bersandar sebuah kapal
pesiar yang sangat besar, sangat mewah
dan begitu memukau. Gemerlap lampu
yang berasal dari kapal pesiar tersebut
membuat penampakkan kapal mewah itu
semakin megah dan menakjubkan.
Begitu mobil berhenti puluhan pria berseragam
khusus seperti aparat keamanan langsung
bersiaga mengamankan area dan berjajar rapi
di sepanjang jembatan yang terhubung ke
dalam kapal pesiar tersebut. Beberapa penjaga
langsung membukakan pintu mobil dengan
sikap yang sangat hormat. Mereka semua
langsung membungkuk setengah badan
dan menanti sang penguasa keluar.
Aaron turun duluan. Dia menegakkan badan
saat Alex memakaikan mantel pada tubuh
gagahnya. Tidak lama Raya menyusul keluar
dengan tatapan kekaguman kearah kapal
pesiar tersebut. Dia merasa seakan-akan
sedang berada di dalam mimpi. Hembusan
angin kencang langsung menerpa membuat
Raya memeluk dirinya. Namun tidak lama dia
terkejut saat Aaron memakaikan mantel ke
tubuhnya. Raya berusaha menolak, kedua
mata mereka saling beradu panas.
"Biar aku saja, aku bisa sendiri.!"
Ketusnya sambil menarik mantel tersebut.
Tapi Aaron tampaknya tidak peduli dengan
aksi penolakan Raya. Dia menarik kembali
mantel tersebut dan memakaikannya.
"Jangan keras kepala kalau tidak ingin jadi
umpan hiu putih yang lapar.!"
Desis Aaron sambil mengancingkan mantel
dan menarik tali pinggang nya dengan kasar
hingga tubuh Raya merapat paksa ke tubuh
Aaron. Mata mereka terlihat semakin panas.
Tangan Raya kini menekan dada Aaron agar
tubuh nya tidak semakin menempel.
"Jangan mengancamku.! Kalau mau kau
bisa membuangku langsung ke laut.!"
Raya balas menggertak dengan tatapan mata
di penuhi kekesalan. Bibir Aaron menyeringai
tipis, wanita ini memang lain daripada yang
lain. Dia tidak mempan di ancam dengan hal
seperti itu.
"Ohh.. baiklah, kau memang harus di beri
peringatan dengan cara yang lain.!"
Dalam gerakan cepat Aaron mengangkat
wajah Raya dan menariknya agar mendekat.
Raya membulatkan matanya begitu bibir
Aaron mendekat.
"Selamat datang Tuan..!!"
Gerakan liar Aaron terhenti seketika. Dengan
geram pria itu melirik kearah sumber suara...
***
Happy Reading...
pasti lebih seru