NovelToon NovelToon
ENCOUNTER

ENCOUNTER

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:499
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Laila

pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

“*Happy Anniversary*,” ujar Baskara dan Maharani melalui layar iPad mereka. Tanggal 4 Juni 2024 ini mereka merayakan anniversary mereka yang kedua berjauhan. Maharani melanjutkan studi S2-nya di Stanford, Amerika, membuat mereka terpaksa menjalani *long distance relationship*.

“Rasanya aku pengen terbang ke sana lagi,” ungkap Baskara menatap wajah Maharani.

“Kita bisa ketemu lagi next time, Kak,” balasnya tak ingin sang kekasih mengunjunginya. Pasalnya, baru bulan Februari lalu Baskara datang tiba-tiba, memberikannya kejutan lengkap dengan kado yang sudah dia siapkan dari Indonesia untuk merayakan ulang tahunnya. “I would love to meet you. But, i need to focus biar cepet lulus, please,” ungkapnya diikuti gelak tawa.

Mereka ingat bagaimana akhirnya mereka menghabiskan liburan bareng. Baskara menemani sang kekasih yang saat itu sedang belajar, menemaninya ke kampus, ke perpustakaan dan nge-date selama dirinya menghabiskan liburan di sana.

“*I miss you so much, Babe*.”

“I miss you too, Kak. Yang sabar ya. Aku bentar lagi selesai kok.”

“Ra,” panggil Baskara dengan nada setengah ragu. Yang dipanggil menatapi wajahnya dengan senyum yang tak hilang sedari tadi. “Kalau sepulangnya nanti kamu, kita obrolin soal hubungan kita gimana, Ra?” Baskara menatap layar dan mendapati wajah penuh protes dari sang kekasih. Dengan cepat dia berkata, “bukan yang kayak kamu pikirin, Sayang. Maksud aku, hubungan ke jenjang yang lebih serius. Tunangan-nikah.”

Wajah kaget dengan senyum itu terulas di wajah cantik Maharani.

“Oke,” jawabnya dengan senyuman lebar.

“Aku tau, ini gak ada di rencana jangka pendek kamu.”

“Aku setuju,” kata Maharani cepat, “Kak Baaas,” panggil Maharani dengan suara manjanya.

“Yaaa?”

“I love you,” kata Maharani. Gadis itu mendapati tatapan hangat dan senyuman lembut dari sang kekasih. Bahkan pipi pria yang lebih tua 6 tahun darinya itu terlihat merona. Ingin dia mencubit pipi pacarnya. Dia terlihat sangat menggemaskan saat itu.

“I love you more, Sayang.”

...♥...

Maharani selesai dengan kuliahnya dan pulang ke Indonesia. Di bandara, Baskara sudah standby menunggu kedatangan wanita yang sangat ia rindukan. Jantungnya berdebar tak karuan, tak sabar ingin bertemu kekasihnya. Senyumnya seketika melebar melihat tubuh yang sedari tadi ia tunggu. Maharani dengan wajah penuh binar dan senyuman lebar itu pun berjalan cepat dengan trolly berisikan koper-koper, begitu melihat Baskara di sana. Baskara merentangkan tangannya dan menyambut kekasihnya dalam dekapan.

“I miss you,” ucap Baskara di ceruk leher Maharani.

“I miss you too,” balasnya melepas pelukkan mereka dan menatap wajah tampan kekasihnya.

Beberapa hari setelah kepulangan Maharani, akhirnya mereka membicarakan yang ingin mereka bahas mengenai hubungan mereka. Lengkap dengan iPad yang penuh dengan catatan apa yang perlu dibahas dan dicatat, Maharani duduk manis di sebuah café menunggu Baskara yang sedang memesankan minuman dan camilan untuk mereka berdua.

“So,” Baskara duduk dengan baki berisikan americano untuk mereka berdua, sepotong cake, croissant sandwich, dan tahu sumedang yang akan menemani obrolan mereka, “kita mulai dari mana?”

“Kalau kita nikah, kamu mau kita langsung punya anak atau sedapetnya?” tanya Maharani

“Heemm, kalo aku mau kita pacaran dulu setelah nikah, kamu gimana?” tanya balik Baskara.

Senyum Maharani mengembang, “love it. Aku juga pengennya gitu. Kita pacaran emang udah 3 tahun tapi kebanyakan ldrnya. Terus abis nikah, kita kan butuh adaptasi lagi. Rasanya, akan overwhelm kalau semuanya dateng diwaktu yang singkat. Oke, next, soal keuangan sama asset?”

“Kamu udah tau soal semua asset dan tabungan aku, pengeluaran sampe pemasukkan pun kamu tau. Aku pun tau soal keuangan kamu,” katanya mengingat di awal hubungan mereka, Baskara pernah membahas tentang keuangannya. Menunjukkan semua simpanan, aset, pengeluaran, dan gajinya pada Maharani.

“Iya, kamu suka kasih laporan keuangan kamu. Maksud aku, if someday, amit-amit sih, semoga aja gak kejadian, bisnis kita collapse, menurut kamu kita perlu bikin perjanjian pra-nikah gak? Kalau-kalau hal itu terjadi, keuangan kita gak ambruk-ambruk banget. Misal, kamu ada problem sampe semua milik kamu disita, kita masih bisa survive, karena masih ada punyaku. Begitu juga sebaliknya.”

“Boleh. Aku gak pernah kepikiran sampe ke sana,” Baskara mengelus puncak kepala Maharani, “Ra, kalau nanti kita tinggal di rumah aku yang waktu itu aku pernah ceritain ke kamu, kamu mau?”

“Mau!” jawab perempuan itu penuh semangat

“Tapi ada satu hal yang aku mau kasih tau ke kamu.”

“Apa? Kok muka kamu jadi serius banget?” tanya Maharani dengan rasa khawatir sembari menggenggam tangan Baskara.

“Dulu aku beli rumah itu buat nikah, syarat dari keluarga Amel kalau aku harus udah punya rumah sebelum nikah. Kamu gimana?” Baskara melihat mata Maharani dengan hati-hati. Membaca raut di wajah itu. “Kalau kamu keberatan, gak masalah, Ra. Kita bisa cari rumah lagi untuk kita nanti,” tambahnya cepat.

“Aku belom ngomong apa-apa loh, Kak,” ucapnya dengan kekehan.

“Aku takut kamu mikir yang aneh-aneh.”

“Kalian pernah ada kenangan di rumah itu?”

“No. Bahkan Amel aja gak tau aku udah beli rumah itu.”

“Then, it’s fine. Kamu khawatir aku mikir jelek karena kamu dulu beli rumah buat nikah sama perempuan lain?” Baskara mengangguk, dan Maharani tertawa, “as long as its yours, aku gak masalah. Lagi pula, rumah itu gak punya kenangan apa-apa juga. Atau kamu beli itu karena pertimbangan rumah itu cocok buat kamu sama mantan kamu dulu?” ledeknya.

“Gak gitu. Aku cuma mikirnya, rumah itu cocok buat pasangan baru, lokasinya oke, dan yang terpenting, tabunganku cocok dan aku dapet diskon dengan segala macem free waktu beli itu,” jawabnya terkekeh. “Tapi, Ra, kalau memang kamu mau rumah untuk kita, kita bisa cari rumah yang cocok nantinya.”

“Gak apa-apa, Babe. Aku gak masalah kok. Bener deh. Ok, next,” mereka melanjutkan pembahasan mengenai visi misi mereka dalam berumah tangga dan berkeluarga, tentang ingin punya berapa anak, house core, siapa yang mengatur keuangan rumah tangga, hingga rencana mencari asisten rumah tangga yang akan membantu pekerjaan rumah mereka.

“Kamu ada wedding dream gak, Sayang?” tanya Baskara menyesap gelas minuman keduanya, lemonade.

“Hem? Aku cuma pengen acara nikahan kita gak diliput media, itu pertama, kedua, aku pengen intimate party. Gak mau banyak-banyak,” ucapnya diikuti gelak tawa, “ngeliat dari Kak Mira nyiapin nikahannya, undangan gak akan cukup 1000,” Maharani menggeleng-gelengkan kepala, “selain itu, aku pengen dress nikahannya warna rosegold untuk akad, dan hitam untuk resepsi.”

“Bikin malem gimana? Biar cocok sama konsep yang kamu mau,” ujar Baskara.

Pembicaran mereka siang itu pun terus bergulir. Belum sampai detail, tentu. Tapi setidaknya, mereka sudah mempunyai gambaran tentang kedepannya. Tentang hubungan mereka yang sudah berlangsung selama tiga tahun.

...♥

...

1
Shion Fujino
Menarik perhatian.
Winifred
Aduh, gak sabar pengen baca kelanjutannya!
luhax
Bagus banget deh, bikin nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!