Entah untuk alasan apa Gladys memilih kembali ke sebuah pulau di ujung negri. Dia memiliki banyak kenangan masa kecil yang indah disana. mungkin jejak kenangan itu yang bisa menyembuhkan luka yang entah sejak kapan mulai terbentuk.
berbekal ingatan masa lalu yang sudah puluhan tahun, dia pun nekat untuk memulai petualangannya. .....
mencari sisa kenangan bersama keluarganya, teman dan orang lain yang dahulu sangat akrab dengan nya. berharap disana juga kelak dia bisa membuat kenangan yang sama seperti yang dia rasa di masa lalu.
dapat kah Gladys mewujudkan nya ?
Apakah semua akan berjalan seperti pengharapan nya?
ikuti kisah nya.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanah Shakila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
di ruang perawatan
Gladys membuka matanya perlahan saat seseorang Tengah mengusap lembut pucuk kepalanya.
"kamu sudah bangun ?" tanya bima.
Gladys tersentak kaget dan memperbaiki posisi duduk nya, dia dengan spontan langsung memukul dada bima. Dan yang di pukul tentu saja merintih kesakitan.
"owh, ya ampun. Maaf maaf." ucap Gladys kemudian penuh rasa bersalah. Bima memperlihatkan dada nya yang masih berbalut kain kasa.
"apa kamu mau aku kembali masuk keruang operasi sebab aksi mu itu " ucap bima.
"yah, maaf... Itu semua juga salah mu. Kamu pantas mendapatkan nya "
"aku ini pasien sekarang, mana bisa diperlakukan galak begitu."
Gladys hanya terdiam menatap tajam kearah bima, entah kenapa perlahan matanya menghangat. Terlalu banyak hal yang ingin dia tanyakan, tapi dia tidak tahu harus memulai dari mana. Seakan faham akan arti sorot mata istri nya, bima menarik tangan Gladys dan meraih tubuh istrinya agar dapat di peluk nya.
"maafkan aku, karena membuat mu bingung dan khawatir. " ucap nya sambil mengecup pelan pucuk kepala istri nya.
Gladys tak bisa menjawab apa-apa, tubuhnya bergetar pelan. air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi. Entah kenapa tiba-tiba perasaan nya berubah menjadi mudah melow begini
"berjanji lah untuk tidak selalu membuatku merasakan perasaan aneh ini ?"
"perasaan aneh bagaimana maksudnya?"
"aku sendiri juga tidak tahu, tapi rasanya sangat aneh. "
"sebelum nya aku minta maaf, sebab aku belum bisa menjanjikan sesuatu yang belum pasti apa aku bisa menepati nya atau tidak. Masalahnya ini berkaitan dengan pekerjaan ku juga. "
Gladys meleraikan pelukan bima, dan duduk sambil menunduk dalam.
"tapi aku menghawatirkan mu ?" ucap nya pelan.
"terimakasih banyak, aku akan mengusahakan agar tidak lagi membuat mu khawatir. Tapi aku belum bisa berjanji. "
"aku juga takut."
"takut akan apa ?"
"takut kamu terbaring disana dan tidak akan pernah bangun lagi "
"sayangnya,kamu bukan lah wanita pertama yang mengatakan itu. Tapi sekali lagi terima kasih banyak, doakan saja selalu untuk keselamatan ku. Dan jauhkan fikiran itu, agar aku juga dijauhi dari segala hal buruk saat sedang bekerja."
"maaf jika terkesan lancang, tapi aku penasaran siapa wanita yang kamu maksud tadi ?"
", hemmmh,, apa kamu cemburu ?"
", cemburu apa nya ? Aku hanya penasaran."
"yakin ?"
"memang nya hubungan kita ini perlu ada yang dicemburui antar satu sama lain. Aku saja seperti tidak mengenal mu."
Mendengar itu bima terdiam sambil menatap Gladys semakin dalam, dia merasa sangat bersalah. Tapi dia juga bingung harus bagaimana menjelaskan nya agar Gladys mudah memahami.
"baiklah, mulai sekarang. Mari kita saling mengenal. Walau mungkin sedikit terlambat, tapi maukah kamu serius ingin memulai hubungan baik dengan ku ?"
"hubungan apa yang kamu maksud ? Kita sudah menikah, tak perlu lagi hubungan apa-apa. Cincin di jari mu itu sudah menjadi jawaban bahwa kita bukan lah orang asing. "
"hemmmh... Begini saja, jika kamu penasaran dengan hal apapun tentang ku, tanyakan saja. Apapun itu ? Aku akan mencoba menjawab nya dengan lebih sederhana agar kamu mudah mengerti. Dan kamu juga bebas bercerita tentang apa saja perihal diri mu pada ku.,"
"yah,,, terserah saja. Ngomong-ngomong zarah selalu bertanya tentang diri mu. Meminta ku untuk memberi tahu mu, jika sudah bisa diajak komunikasi. Katanya ada hal penting yang mendesak"
"nanti akan ku kabari dia, oh yah tadi kamu bertanya tentang wanita lain yang mengkhawatirkan ku ?"
Gladys mengangguk sedikit ragu-ragu
"aku rasa pasti baru saja kamu bertemu dengan nya. Wanita cantik, anggun dan tenang."
"ibu mu ?"
"sekarang dia juga ibu mu. Ibu kita."
"iyah. Maaf.!!!"
"berhenti selalu meminta maaf, bahkan untuk hal yang tidak salah."
Gladys hanya bisa kembali tertunduk,
Drrrt.... Drrrt....
Sebuah handphone terdengar bergetar dari atas nakas, Gladys spontan melirik ke arahnya.
"siapa?" tanya bima singkat.
"gak tahu, itu milik mu."
Gladys menyodorkan benda pipih itu, setelah bima mengambilnya dia bergerak untuk berdiri. Dia ingin pergi agar suaminya itu bisa menerima telepon dengan tenang. Tidak sopan juga jika menguping pembicaraan orang lain.
Namun bima yang menyadari itu segera menggenggam lengan Gladys dan memintanya kembali duduk dengan isyarat mata. Sambil dia menyahuti si penelpon.
" yah semua baik-baik saja " kata bima.
kemudian diam sambil masih menempelkan benda pipih itu ditelinga nya, tangan nya yang tadi memegang pergelangan tadi Gladys kini sudah memainkan jari kelingking mungil milik istrinya itu.
Sebenarnya Gladys tidak ada niat untuk menguping sama sekali. Tapi karena dia di minta untuk tidak kemana-mana, jadi lah dia juga mendengar apa yang di katakan bima.
"carikan saja orang lain untuk nya, yang memiliki kriteria sama seperti itu. Aku tidak ingin kemana-mana sampai satu minggu kedepan. Ini kesepakatan ku pada atasan. Mereka sudah berjanji tidak akan meminta ku juga untuk ikut dalam penyelidikan. Tugas ku sudah selesai disini."
"tidak. Aku tidak mau."
Bima lalu mematikan sepihak telepon nya, lalu mendongakkan kepalanya keatas. Posisinya dia tengah duduk bersandar di senderan ranjang nya. Dia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.
"maaf, aku akan keluar agar kamu bisa menenangkan diri mu" ucap Gladys pelan.
Tanpa melepas tangan Gladys , dia menatapnya dalam lalu tersenyum tipis.
"maaf sudah membuat mu tidak nyaman. Tetap lah di sini. Aku hanya butuh kamu sekarang." ucap bima sambil menggenggam lembut tangan Gladys.
"kita akan belajar untuk saling terbuka dan menerima. jangan lagi merasa canggung atau memiliki perasaan yang tidak enak lagi terhadap ku. Bukan kah begitu istri ku ?" ucap nya kemudian sambil menatap wajah Gladys.
Dan tatapan itu sukses membuat pipi Gladys bersemu merah muda. Walau rambut nya sedikit menutupi, tapi mata bima dapat menangkap nya dengan jelas.
Bima menggeser sedikit tubuhnya, lalu menepuk pelan kasurnya. Mengisyaratkan agar Gladys sekiranya mau ikut bergabung dengan nya disana. Entah kenapa spontan saja Gladys mengedarkan pandangannya ke segala arah..
"tenang aja, gak akan ada yang mau menegur aksi kita. Kita sudah menikah sekarang." ucap nya sambil memperlihatkan jari nya.
Gladys tersenyum malu-malu dan melangkahkan pelan untuk naik keatas ranjang seperti yang di inginkan suami nya. Dengan jantung yang mulai berdebar lagi, belakangan ini sepertinya dia memiliki kelainan pada jantung nya.
"mulai sekarang, jika handphone ku berbunyi. Kamu bisa mengangkat nya untuk ku " kata Bima
"gak ah. Itu kan privasi kamu. Aku gak mau."
"yah, terserah. Yang penting aku sudah beri izin. Siapa tau kamu penasaran dengan isi nya, boleh di cek juga. Silahkan.."
"untuk apa ?"
"yah, biasa nya kan begitu. orang yang sudah memiliki pasangan akan saling memeriksa hp satu sama lain. "
"kamu juga mau periksa hp ku."
"yah kalau di izinkan,"
"silahkan " ujar nya sambil menyodorkan hp nya.
"bercanda sayang " ucap nya sambil mengusap lembut pucuk kepala Gladys lalu memeluk gemas tubuh mungil itu yang sudah berada sejajar dengan nya di ranjang.
"apa aku tidak menganggu waktu istirahat mu?" tanya Gladys yang seperti nya mulai betah dalam dekapan bima.
Yang di tanya hanya menggeleng sambil masih memejamkan matanya.
"tetap lah begini, bahkan jika aku sudah tertidur jangan berani bergerak pergi bahkan sesenti pun, kalau tidak......" bima menggantung ucapan nya
"kalau tidak ??" Gladys mengulang kata terakhir nya dengan nada bertanya.
"aku akan menggigit mu." ucap bima pelan. Sepertinya dia benar-benar sudah mengantuk. Perlahan dekapan nya yang sedari tadi cukup erat perlahan sudah terasa longgar. Gladys benar-benar takut untuk bergerak, sampai dia pun tertidur kembali.
***
"