NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Tuan Mafia

Jerat Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Qwan in

Dewi, seorang pelayan klub malam, tak sengaja menyaksikan pembunuhan brutal oleh mafia paling ditakuti di kotanya. Saat mencoba melarikan diri, ia tertangkap dan diculik oleh sang pemimpin mafia. Rafael, pria dingin dengan masa lalu kelam. Bukannya dibunuh, Dewi justru dijadikan tawanan. Namun di balik dinginnya Rafael, tersimpan luka dan rahasia yang bisa mengubah segalanya. Akankah Dewi bisa melarikan diri, atau justru terperangkap dalam pesona sang Tuan Mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 34

Tubuh petani tua itu kini menggeliat hebat, napasnya tersengal-sengal seperti ikan yang terlempar ke daratan. Darah menetes dari luka-luka menganga di telinga dan bagian tubuh lainnya, membasahi lantai semen yang dingin. Matanya yang keruh terbuka setengah, namun pandangannya sudah tak fokus lagi. Bibirnya komat-kamit, entah mengucap doa, permohonan ampun, atau sekadar teriakan dalam batin yang sudah tak sanggup disuarakan.

Tiba-tiba, tubuhnya menegang. Dada naik turun beberapa kali dengan keras, lalu perlahan mulai melemah. Suara geram berubah menjadi rintihan samar, lalu senyap. Kepala pria tua itu terkulai ke samping, matanya terbuka kosong, dan tubuhnya tak lagi bergerak.

Bastian yang sejak tadi mengamati, berdiri dan menghela napas dengan suara keras. Ia menatap pria tua itu beberapa saat, lalu menoleh ke Rafael yang masih berdiri tak jauh dari sel.

"Dia sudah mau mati," ucap Bastian sambil memainkan pisau bedahnya, memutarnya di antara jari-jarinya dengan santai.

"Apakah harus kuakhiri sekarang? Atau kau punya rencana lain?"

Rafael tak langsung menjawab. Ia melangkah perlahan, sepatunya menginjak genangan darah di lantai, menciptakan suara lengket dan berat. Wajahnya tetap datar, namun sorot matanya menyala dingin seperti baja yang baru ditempa. Ia berdiri di ambang pintu sel, memandangi tubuh petani tua itu tanpa belas kasihan.

Lalu ia berkata, dengan suara pelan namun penuh kuasa,

“Lemparkan saja dia ke kandang harimau.”

Bastian mengangkat alisnya, sedikit tersenyum geli.

"Biarkan harimau-harimau itu menyantapnya perlahan," lanjut Rafael. Ia melirik ke arah sel tempat Malik, Mia, dan Anjar masih terkunci. Tatapannya tajam, seolah tembus menembus dinding sel itu dan menghantam langsung ke dalam hati mereka.

"Biar mereka lihat... apa yang akan mereka rasakan selanjutnya."

Malik memukul-mukul jeruji besi selnya, matanya melotot panik.

“Rafael, hentikan! Ini gila! KAU GILA!”

Mia mulai menangis histeris, memegangi bahu Anjar yang wajahnya telah pucat seperti mayat. Ketiganya menyadari bahwa Rafael bukan hanya sedang marah. Ia sedang kehilangan kendali... dan mereka akan menjadi korban berikutnya.

Bastian tertawa kecil.

“Sebuah pesan yang sangat... bergaya. Aku suka.”

Ia lalu memanggil dua penjaga yang segera masuk ke dalam sel. Dengan sigap mereka melepaskan tali pengikat si petani, yang tubuhnya sudah nyaris tak bernyawa, lalu menyeretnya keluar. Darahnya meninggalkan jejak di sepanjang lantai.

"Pastikan dia masih bernapas saat dilemparkan ke kandang," ujar Rafael datar. “Aku ingin harimau itu mencabik-cabiknya hidup-hidup.”

Bastian mengangguk dan mengikuti kedua penjaga dari belakang, sembari membersihkan tangannya dengan kain putih yang sudah dipenuhi noda merah.

Sementara Rafael berdiri di tengah lorong bawah tanah, menatap para tahanannya satu per satu. Ia menyentuh jeruji sel Malik, lalu berkata pelan namun menggema,

“Kalian pikir bisa mempermainkanku? Kalian pikir bisa menyentuh keluargaku... dan lolos begitu saja?”

Ia tertawa singkat. dingin, hambar, nyaris seperti suara mesin rusak.

“Satu per satu… kalian akan merasakannya.”

Dan dari kejauhan, terdengar raungan harimau yang meraung liar, disusul suara jeritan yang menggema samar. Jeritan terakhir dari petani tua yang akhirnya mendapatkan kematian... yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Mia menutup telinganya dan berteriak, Anjar berjongkok sambil memeluk kepalanya, dan Malik… hanya bisa menatap Rafael dengan mata penuh kebencian dan ketakutan.

Rafael berbalik, berjalan meninggalkan lorong itu sambil berucap pelan namun menusuk:

“Ini baru permulaan.”

Langkah Rafael perlahan memudar menjauh dari lorong, namun bayangan kebengisannya masih melekat erat di dinding-dinding batu yang lembap itu. Raungan harimau yang masih terdengar dari kejauhan seolah mengoyak kewarasan para tahanan, meninggalkan gema ngeri yang tak bisa dihapus dari kepala mereka.

Di dalam sel, Malik bersandar lemas pada dinding batu yang dingin dan kasar. Darah segar mengalir pelan dari luka di pelipisnya, menelusuri pipi dan menetes ke lantai. Nafasnya pendek dan tak teratur, tubuhnya kelelahan, dan matanya menatap kosong ke langit-langit yang penuh sarang laba-laba.

Tak jauh dari sana, di sel terpisah, Mia terduduk memeluk lututnya, tubuhnya menggigil hebat. Isak tangisnya teredam oleh suara napasnya yang terputus-putus. Dari bibirnya yang gemetar, kalimat yang sama terus terucap berulang-ulang, nyaris seperti doa yang putus asa.

“Maafkan Mbak, Dimas… maafkan Mbak…”

Air matanya membasahi wajah yang pucat pasi. Ia menatap lantai dengan tatapan kosong, namun pikirannya melayang jauh. ke ruang operasi tempat adiknya sedang menjalani prosedur pencangkokan hati.

“Semoga kamu bisa sembuh… bisa hidup normal… bisa bermain lagi seperti dulu… walaupun Mbak nggak ada di sampingmu…”

Suaranya pecah. Tangisnya makin keras. Tubuhnya mulai goyah, seperti akan runtuh oleh beban penyesalan yang menghimpit dadanya.

Di sampingnya, Anjar duduk bersandar dengan bahu terluka akibat tembakan. Wajahnya menahan sakit, namun ia tetap berusaha terlihat tenang. Perlahan, ia mengulurkan tangan dan merangkul pundak Mia, mencoba menyalurkan sedikit kekuatan.

“Kita akan keluar dari sini…” bisiknya, walau nada bicaranya sendiri terdengar seperti tak percaya.

Namun sebelum ia sempat melanjutkan, suara pelan dan getir terdengar dari sel sebelah.

“Jangan terlalu berharap…”

Itu suara Malik.

Mia terdiam. Perlahan ia mendongak, menatap tembok batu yang memisahkan mereka. Lalu, emosinya meledak.

Dengan marah ia berdiri dan menghantam dinding dengan kedua tangannya, memukul keras-keras tepat di tempat Malik bersandar di balik sana.

“Ini semua salahmu!” teriaknya dengan suara serak, penuh luka dan kemarahan.

“Kalau saja kau tidak menyuruhku memberikan obat tidur pada Juno waktu itu. kalau saja aku nggak menuruti perintahmu. semua ini nggak akan terjadi! Kita nggak akan di sini sekarang! Kita… kita semua masih akan hidup!”

Anjar menoleh, terdiam. Nafasnya tercekat melihat Mia yang begitu hancur.

“Aku salah karena telah menentang orang yang salah…” lanjut Mia dengan suara pecah.

“Tuan Rafael… dia tidak akan mengampuni kita… tidak akan pernah…”

Mia menghantam dinding lagi, kali ini lebih keras. Tangannya mulai memerah.

“Ini semua salahmu!” teriaknya sambil menangis.

“Semuanya salahmu!”

Namun di balik dinding, Malik tidak bereaksi seperti yang Mia harapkan.

Ia tertawa.

Tawa pelan… dingin… putus asa.

“Kalau begitu,” jawab Malik akhirnya,

“kau seharusnya membiarkan adikmu mati.”

Mia langsung membeku. Anjar menatap dinding dengan rahang mengatup.

“Kau membutuhkan uang, Mia,” lanjut Malik, nada suaranya rendah namun tajam seperti belati.

“Dan aku memberimu pekerjaan. Kau tahu risikonya sejak awal. Jangan bertingkah seperti kau tak sadar apa yang kau lakukan.”

Mia perlahan terduduk kembali, tubuhnya lemas. Air mata mengalir tanpa bisa dihentikan. Tidak ada kata yang bisa ia balas. Hanya suara tangisnya yang kini menggema di antara batu-batu mati. suara patah hati dan penyesalan yang menusuk siapa pun yang mendengarnya.

Anjar menunduk, memejamkan mata. Dalam hati ia tahu… waktu mereka hampir habis.

Dan di kejauhan… harimau-harimau itu kembali meraung.

1
Myōjin Yahiko
Bikin nagih bacanya 😍
Silvia Gonzalez
Gokil abis!
HitNRUN
Bingung mau ngapain setelah baca cerita ini, bener-bener seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!