Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Studio Musik
Sebuah motor sport melaju di jalanan yang padat oleh kendaraan. Saat di perhentian traffic light, gadis berjilbab yang berada di kursi boncengan mendekatkan wajahnya ke arah telinga pengemudi yang tertutup helm seraya berbisik.
"Kamu sengaja kan?" katanya dengan nada kesal.
Si pengemudi motor itu hanya tersenyum tipis tanpa menjawabnya dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat yang mereka tuju. Sesampainya di sebuah bangunan belantai 4 yang cukup megah mereka turun dari motor yg telah terparkir rapi dan masuk ke dalam bangunan itu. Mereka menuju lantai paling atas dengan menggunakan lift.
"Yori, kamu belum jawab pertanyaanku!" gadis itu memecah kesunyian mereka di dalam lift.
"Aku nggak sengaja!" jawab Yori datar.
"Cuma itu?" Rena tidak puas dengan jawaban Yori.
"Iya! Ini semua diluar rencana, Sorry!"
"Ok, kali ini aku maafin, lain kali kamu harus ngasi tahu aku sebelumnya!"
"Iya... sorry! Aku lupa kalau kamu nggak suka naik motor itu!" katanya dengan nada menyesal. Dia mengambil jeda dan melanjutkan lagi, "memangnya kenapa kamu nggak suka naik motor sport?" Rena hanya diam. Raut wajahnya berubah murung. Bunyi dentingan lift memecah keheningan. Mereka pun keluar dari lift menuju satu ruangan disana.
Saat pintu ruangan dibuka terdengar suara dentuman musik yang tidak beraturan. Sepertinya mereka sedang menyetel alat musik masing-masing. Mereka berdua melangkah masuk ke dalam ruangan dan seketika orang-orang yang sibuk dengan alat musik itu mengalihkan perhatiannya pada mereka berdua.
"Wey bro.. katanya lu nggak datang!" Kevin mendekati Yori dan menepukkan tangannya pada lengan kokoh Yori.
"Buktinya gue datang, kan!" jawab Yori datar.
"Eh, ada Rena juga!" kata Kevin dan mengulurnya tangannya hendak mejabat tangan Rena. Seketika Yori menepisnya.
"Nggak usah sok akrab deh!" katanya sinis. Kevin tergelak melihat tinggah sahabatnya yang sudah dil uar nalarnya. Sebelumnya tidak ada dalam kamus Yori kata peduli untuk makhluk bernama wanita. Lalu sekarang apa yang terjadi padanya?
Nindi yang sedari tadi memperhatikan dari jauh mendekat dan melingkarkan tangannya di lengan Yori.
"Lu datang Yori"
"Gerah!" Yori melepaskan tangan Nindi.
Nindi bersungut kesal. Ia melirik sinis Rena yang fokus memperhatikan teman-teman Kevin yang sedang berlatih musik.
"Lu gantiin basis dulu ya, Yor!" pinta Kevin pada Yori untuk ikut latihan. Mereka kekurangan pemain bass yang biasa diisi oleh Bryan, adek Yori.
"Makanya kalau bikin jadwal itu disesuaikan sama jadwal sekolahnya Bryan!" Sela Yori datar. Kevin tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia membenarkan ucapan sahabatnya itu.
"Aku bantu Kevin dulu ya!" pamit Yori pada Rena.Ia mengangguk. Yori menuju stand latihan, mengambil bass dan menyetelnya.
"Ok, kita mulai gaes ... one two go!"
Mereka memainkan satu lagu baru milik mereka.
Rena dan Nindi yang menjadi penonton mengapresiasi mereka dengan tepuk tangan diakhir permainan mereka. Kemudian Kevin berbicara dengan mikrofonnya.
"Karena hari ini lu tamu spesial jadi lu boleh request lagu!" Kevin menunjuk Rena. Gadis itu menunjuk dirinya sendiri tak percaya apa yang didengarnya. Kevin mengangguk.
"Kalau lagu lama boleh nggak?" tanya Rena dengan ragu.
"Boleh banget, apa?" jawab Kevin mantap.
"Creep by Radiohead!" jawab Rena pelan.Kevin melihat Yori sejenak dan Yori mengangguk.Mereka pun memainkan musiknya. Ternyata yang menjadi vocalis beralih ke Yori. Kevin membantu mengunakan bass lagi. Saat bait ..
But I'm a creep
I'm a weirdo
What the hell am I doin' here?
I don't belong here
Tanpa sadar air mata Rena menetes. Hentakan musik rock itu tidak bisa menyembunyikan rasa sedih yang menyeruak dihatinya. Untaian peristiwa dari masa lalunya satu demi satu muncul di depannya seperti film yang diputar. Ia menatap nanar Yori yang menghayati nyayiannya sambil bermain bass.
Saat lagu berakhir, Rena segera menyeka air matanya.
Dia berlari ke toilet. Yori yang memperhatikan Rena sedari tadi segera menyusulnya. Dia menunggu Rena di depan toilet. Sayup terdengar suara tangisan Rena yang tertahan. Yori yang mendengarnya memberanikan diri memasuki toilet dan mendapati Rena sedang duduk jongkok sambil menutup wajahnya di depan wastafel.
Yori menunduk dan memegang bahu Rena.
Rena yang menyadari ada orang lain di depannya mengangkat wajahnya dan mendapati Yori disana. Gadis itu menghapus air matanya dan berdiri dengan bantuan Yori.
"Kenapa?" tanya Yori dengan lembut.Gadis yang selalu ada bergerilya di memorinya itu hanya menggeleng. Tertunduk menyembunyikan genangan air yang masih engan pergi dari sudut matanya.
"Ayo kita ke ruang sebelah!" ajak Yori sambil menuntunnya menuju ruangan di samping studio itu. Yori mendudukkan Rena di sofa yang ada di ruang istirahat itu dan mengambil air mineral yang ada di lemari pendingin.
Dia membukakan penutupnya dan memberikan pada gadis itu. Rena meminumnya dan kemudian menghapus sisa air matanya. Dia masih menunduk.
"Maaf!" katanya pelan.
"Untuk apa?" tanya Yori masih dengan suara lembutnya.
"Aku mengacaukan latihan kalian."
"It's oke. It's done!" Dia diam sejenak dan bertanya kembali, "kamu udah enakkan?"
Lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk tanpa berani menatap mata Yori. Ia membingkai pipi Rena dengan kedua tangannya dan mengarahkan wajah gadis itu agar menatap matanya.
"Aku akan sabar nunggu sampai kamu siap cerita, anytime!" katanya dengan lembut dan tatapan dalam yang menusuk sampai di jantung Rena. Ia mengalihkan pandangannya. Meminum lagi minumannya sampai habis demi meredam kegugupannya.
Tiba-tiba pintu terbuka. Kevin dan Nindi masuk ke ruangan itu. Kevin langsung duduk di samping Yori sedangkan Nindi beranjak ke lemari pendingin mengambil soft drink untuk dirinya dan Kevin. Nindi duduk, menatap tajam Rena yang duduk di sisi Yori yang satunya. Caper amat nih cewek! Batin nindi mengumpat.
Kevin pun memecah keheningan.
"Ternyata lu suka lagu rock alternatif juga ya Ren! Pantesan aja yo..." Belum Kevin sempat melanjutkan kata-katanya Yori langsung membekap mulut Kevin.
"Apaan sih lu!" Kevin sewot.
"Lu bawel kaya emak-emak!" jawabnya cuek.
"Ren, emang lu suka grup band rock apa aja?" tanya Kevin lagi.
"Kalau yang lawas Guns and roses, Nirvana, Creed dan temen-temennya aku suka. Pokoknya rata-rata grup band rock alternatif aku suka, asal jangan heavy metal aja aku nggak suka!"
"Gila lu, penampilan lu nipu, gue kira lu cupu ternyata keren juga lu!" Kevin tidak percaya dengan selera musik gadis cantik itu. Rena hanya tersenyum canggung.
"Memangnya kamu kenal Yori dimana sih?" tanya Nindi menyela pembicaraan mereka. Rena terdiam. Dia bingung harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Dia melihat Yori yang mengkodenya untuk diam.
"Kepo amat si lu Nin!' sela Kevin.
"Loh wajar donk gue nanya gitu. Soalnya kita udah bergaul sama Yori dari jaman SMA nah tiba-tiba dia datang Yori langsung nyuekin kita!'
"Ayo kita balik!" Yori memegang tangan Rena dan mengajaknya beranjak dari tempat itu. Baru dua langkah mereka beranjak dari sofa. Nindi berkata dengan keras, "lu sekarang udah gak setia kawan Yor, lu nyuekin gue sekarang padahal gue udah setia di sisi lu selama ini!"
Yori menoleh menatap dingin Nindi.
"Gue gak tau apa yang lu omongin Nin, tapi lu harus catet gue gak pernah ninggalin temen gue, bukan seperti seseorang!" jawab Yori tajam dan menusuk hati Nindi.
"Tapi gue ...." kata Nindi terputus oleh Yori yang menyelanya.
"Gue cabut dulu!" katanya dingin. Yori melangkah pergi sambil memegang tangan Rena.
Mereka melangkah meninggalkan gedung itu dalam diam. Bahkan ketika sudah berada diatas motor Rena yang dibonceng dengan posisi menyamping tetap membisu mengikuti tindakan Yori.
Deru motor mereka melaju tanpa kehangatan pengendaranya. Mereka membeku dalam hening membiarkan luka-luka mereka yang hampir sembuh kembali terbuka dan menganga. Dua jiwa yang terluka itu membiarkan pikirannya mengembara melintasi dimensi dunia yang berbeda. Mereka terperangkap dalam hasrat jiwa yang marah dan menangis bersamaan.
Bersambung.
...****************...
...Hai My beloved Readers 🖐️...
...Dukung Author ya dengan Like, Komen, vote dan hadiah ya!...
...Terimakasih atas supportnya selama ini....
...Love you all....
...❤️❤️❤...
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut