Kedamaian yang seharusnya bertahan kini mulai redup. Entitas asing yang disebut Absolute Being kini menjajah bumi dan ingin menguasai nya, manusia biasa tak punya kekuatan untuk melawan. Namun terdapat manusia yang menjadi puncak yaitu High Human. High Human adalah manusia yang diberkahi oleh kekuatan konstelasi kuno dan memakai otoritas mereka untuk melawan Absolute Being. Mampukah manusia mengembalikan kedamaian? ataukah manusia dikalahkan?. Tidak ada yang tahu jawaban nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25: Surat
Langit pagi membentang jernih di atas Vixen, dihiasi warna biru cerah dan awan-awan putih lembut yang melayang malas. Di kejauhan, lonceng pasar berdentang nyaring, memanggil para pedagang dan pembeli. Jalanan dipenuhi suara keramaian, penuh dengan tawa anak-anak, seruan penjaja, derap kaki kuda, dan dentang senjata dari tempat pelatihan prajurit kerajaan.
Namun di balik semua itu, di menara tertinggi istana, Putri Liora Vixen berdiri dalam diam.
Gaun anggun berlapis renda emas membalut tubuhnya, rambut biru muda nya terurai tertata rapi oleh tangan-tangan pelayan terbaik. Tapi tak ada senyum di wajahnya. Hanya tatapan jauh yang tertuju kearah cekungan Cardent, tempat ia meninggalkan banyak hal yang tak bisa dilupakan.
"Sudah seminggu sejak perpisahan itu... Dan rasanya seperti... sepuluh tahun." gumam Liora pelan.
Suara ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. "Putri Liora, Paduka Raja menunggu Anda di taman selatan." Ucap seorang pelayan sembari mengetuk pintu dengan mantap.
"Baiklah, katakan kepada ayah aku akan segera datang!" Sahut Liora sembari bersiap-siap.
Di taman selatan selatan istana. Taman itu dipenuhi aroma bunga musim semi. Burung-burung kecil beterbangan, dan air mancur berbentuk singa emas memercikkan air jernih. Di tengah taman, Raja Noah Vixen duduk di bangku marmer, dikelilingi bunga dandelion dan delphinium.
Ia tengah membaca gulungan laporan, namun begitu melihat putrinya datang, ia tersenyum. Sebuah senyuman yang langka sejak hari kematian Ratu Evelyn.
"Liora... aku sudah menunggumu, duduklah." Ucap Noah, suaranya tenang, tapi penuh wibawa seorang raja sekaligus ayah.
Liora duduk di sampingnya, menyusuri pandangannya ke bunga-bunga yang tertiup angin. "Taman ini… masih sama seperti dulu." Gumam Liora sembari melihat-lihat bunga-bunga dandelion.
"Seperti kenangan, Tak banyak yang berubah di sini. Kecuali kau" sahut Noah.
Liora menoleh. "Maksud Ayah?" Tanya Liora dengan pemasaran.
"Kau bukan lagi gadis kecil yang takut melukai dirinya saat latihan sihir. Sekarang kau gadis yang melukai monster demi menyelamatkan orang lain."Ucapannya diselipi senyum bangga.
Liora tertawa kecil, lalu menghela napas panjang. "Ayah… aku tidak merasa seperti pahlawan... teman-teman ku begitu kuat, sehingga membuat ku terasa hampir tidak berguna saat sedang bertarung..." Ucap Liora lirih.
Noah terdiam, membiarkan angin mengisi jeda percakapan mereka. "Meskipun kau membuat ku bangga, kau tetaplah satu-satunya anggota keluarga ku yang tersisa, aku benar-benar mengkhawatirkan mu..." Ucap Noah sembari menatap mata Liora dalam dalam.
"Aku rindu Yara yang begitu riang dan ceria meskipun dia cerewet dan keras kepala, Kieran dengan senyum canggung nya, Aria yang... suka marah padaku karena hal-hal sepele, mungkin itu karena dia begitu mengkhawatirkan ku. Dan Sho… dia selalu berjalan di depan, tapi tak pernah meninggalkan siapa pun." Ucap Liora sembari Ia tertawa miris.
"Ayah tahu rasanya. Setelah kepergian ibumu dan kakakmu, aku terus merasa seperti tinggal di antara bayangan orang-orang yang tidak kembali. Tapi rindu itu bukan kelemahan, Liora. Itu pengingat kalau kau masih hidup... dan masih punya hati" Ucap Noah, kini suaranya lebih dalam.
Liora menunduk, kemudian ia berdiri hanya untuk mencabut kelopak bunga dan menjatuhkannya ke air mancur. "Tapi rasanya aku seperti burung yang dipaksa kembali ke sangkar emas. Apa aku salah kalau ingin kembali ke medan perang?" Ucap Liora sembari melihat kelopak bunga yang ia jatuhkan ke air mancur.
"alah kalau kau ingin kembali tanpa rencana. Tapi kalau kau ingin membantu mereka, maka temukan cara lain. Kau putri Vixen. Bukan hanya sebagai simbol, tapi kekuatan. Suaramu bisa menggerakkan dewan. Strategimu bisa menyelamatkan ratusan nyawa, dan sihir mu... lebih kuat dari para penyihir dari istana." Jawab Noah dengan tegas.
Liora memejamkan mata, mengingat suara tawa Yara, tanya-tanya polos Kieran, dan sorot mata tajam Aria. Ia kembali duduk ke bangku lalu bertanya "Bagaimana kalau… mereka melupakan aku?" Tanya Liora dengan lirih.
Noah tertawa ringan, suara yang jarang terdengar. "Mereka bukan pelayan istana, Liora. Mereka rekan seperjuangan. Mereka tidak akan melupakanmu hanya karena kau pakai gaun. Lagipula kau hanya berpisah sebentar dengan mereka, mungkin dalam hitungan bulan, kalian bisa saja bertemu kembali." Jawab Noah sembari menatap mata anaknya.
Ia menatap putrinya serius. "Tapi kalau kau benar-benar khawatir... tulis surat. Kirim pesan. Buat mereka ingat kalau Putri Vixen benar-benar menyayangi mereka." Ucap Noah sembari memberikan saran.
Liora tertawa lepas, kali ini tulus. "Aku akan tulis surat malam ini." Ucap Liora sembari tersenyum, kali ini tidak ada beban emosi lagi yang nampak diwajahnya.
"Dan kau boleh meminta Ayah untuk mengirimkan paket berisi jubah berlambangkan simbol Vixen kepada mereka" Ucap Noah sembari bercanda.
Mereka duduk dalam diam sejenak, namun kini bukan dalam kesepian, melainkan dalam kenyamanan dua hati yang saling menguatkan.
Di taman yang penuh warna dan kehidupan, seorang ayah dan anaknya berbagi rindu, kekhawatiran, dan kekuatan. Dan jauh di dalam hati Liora, keputusan telah dibuat untuk menjadi putri bukan berarti menyerah... tapi menunggu waktu yang tepat untuk kembali ke medan perjuangan, dengan cara yang baru.
Malam harinya, dikamar Liora. Langit malam berhiaskan bintang, dan dari balkon kamar Liora yang megah, gemerlap lampu ibu kota Vixen tampak seperti lautan cahaya yang tak pernah tidur. Tapi di dalam kamar yang luas, hanya suara bulu pena yang menggores kertas dan detak jam dinding tua yang menemani malam Liora.
Di meja kerjanya yang berantakan oleh gulungan peta dan laporan militer, Liora duduk dengan tubuh condong ke depan, wajah serius namun penuh kerinduan. Ia mulai menulis surat pertama dengan tinta biru tua, ditujukan pada dua nama yang sangat ia rindukan.
---
Surat kepada Sho dan Aria – Rivera
Kepada Sho dan Aria,
Semoga surat ini sampai dalam keadaan kalian baik, dan aku berharap keadaan kalian baik-baik saja disana, omong-omong aku masih belum lupa betapa marah nya Yara hanya karena Sho melempar salju kepada nya dan salju dan salju tersebut tal sengaja masuk ke sepatunya.
Aku kembali di Vixen. Rasanya seperti dunia di sini berjalan lebih lambat. Terlalu banyak pesta dan politik, terlalu sedikit teriakan pertempuran. Tapi aku tahu... ini pun bentuk lain dari perjuangan.
Sho, apakah kau masih menyukai roti madu dari toko yang berada didekat gerbang Vixen? Aku mencicipinya tadi pagi dan tiba-tiba merasa ada sesuatu yang hilang... mungkin karena tak ada yang menatapku dengan tatapan bodoh seperti waktu itu.
Aria... bagaimana kabarmu? Apa kau masih mengomel setiap kali Sho melakukan hal bodoh? Aku harap ya. Seseorang harus mengingatkan dia kalau dia bukan tak terkalahkan. Omong-omong apakah hubungan mu dengan Sho sudah berkembang? aku akan selalu mendukung hubungan mu dengan Sho.
Aku merindukan kalian. Bukan hanya sebagai rekan, tapi... sebagai bagian dari diriku yang paling kuat dan paling bebas. Aku menanti hari kita bertarung bersama lagi... atau setidaknya, duduk di dekat api unggun, dan mendengar nyanyian merdu mu Aria...
Jaga diri kalian di Rivera. Dunia belum selesai dengan kita.
—Liora Vixen
---
Liora menarik napas, lalu menyegel surat itu dengan lilin berstempel lambang kerajaan. Ia menatapnya sejenak sebelum mengambil selembar kertas baru. Kini ia tersenyum geli, seolah tahu surat ini akan membuat dua orang tertentu mengangkat alis mereka tinggi-tinggi.
---
Surat kepada Yara dan Kieran — Faice
Kepada Yara dan Kieran,
Bagaimana kabar kalian?, kuharap kalian baik baik saja, dan aku harap Kieran belum membuat salju longsor karena latihan nya yang terlalu intens dan tidak masuk akal. Dan kuharap Yara belum melemparkan Kieran ke jurang karena hal itu.
Aku kembali ke istana. Rasanya seperti dilempar ke dunia lain yang penuh gaun, rapat, dan senyuman palsu. Aku rindu bau darah dari Absolute Being yang memberikan ku sedikit ketakutan dan teriakan Yara yang membuat monster buas lari duluan. Yara... aku rindu masakan mu yang lezat, aku benar-benar merindukan nya bahkan koki istana saja tidak bisa memasak makanan seenak buatanmu.
Kieran, kau harus jaga Yara baik-baik, aku tahu terkadang Yara suka bertingkah konyol. Dan Yara, jangan bunuh Kieran dahulu hanya karena dia sering latihan mati-matian, Omong-omong aku berharap ada bumbu cinta yang muncul dalam hubungan kalian...
Dunia mungkin tak memberi kita waktu untuk tertawa, tapi aku harap di tengah salju dan badai, kalian masih sempat bercanda. Karena saat kita kembali bersama nanti... aku ingin kita masih bisa tertawa seperti dulu.
Sampai saat itu, tetap bertahan. Kalian berdua adalah badai yang tak bisa dihentikan.
—Liora Vixen
---
Liora menyegel surat kedua dan memanggil salah satu pelayan nya yang terpercaya. "Bawa ini ke burung pengantar malam. Pastikan yang ke Rivera dikirim melalui pos utama, dan yang ke Faice dikirim lewat jalur gunung." Perintah Liora kepada pelayan nya.
"Segera, Yang Mulia" Jawab Pelayan Liora sembari membungkukkan dirinya sembari menerima kedua surat tersebut.
Saat pintu tertutup dan kamar kembali hening, Liora berdiri di balkon, menatap ke arah bintang.
"Suatu hari nanti... kita akan bertemu lagi. Dan ketika hari itu tiba, aku akan pastikan aku cukup kuat untuk berdiri di samping kalian semua meskipun aku bukan High Human seperti kalian." Gumam Liora sembari memandangi bintang-bintang.
Angin malam meniup helai rambut pirangnya, dan dalam cahaya bulan, Putri Vixen berdiri tegak seperti seorang pejuang yang sedang menunggu panggilan takdirnya.
Btw bagusss bangett, aku menunggu chapter berikutnyaa/Applaud//Applaud/
sayangg lioraa🫂🫂
peluk jauh untukmu sayanggg🫂🫂
Btw Aria cantik 08 berapa neng? /Smirk//Smirk/
Semangatt terus buat authornya yaaaa
Rasanya campur aduk kayak nasi uduk, aaaa aku ga bisa ngungkapin perasaan ku dengan kata' tapi yang pasti ini KERENNN BANGETTTTT
Oiyaa, semangat terus yaa buat authornyaa /Determined//Determined/