Freya Zalika Adifa seorang gadis cantik yang memiliki kepribadian menyenangkan. Tapi hidupnya penuh dengan kesengsaraan. Tinggal bersama keluarga angkat, yang sebenarnya adalah paman kandungnya sendiri.
Tapi, Freya tidak pernah diperlakukan sebagai keluarga. Melainkan seperti pembantu. Freya harus memasak, membersihkan rumah, mencuci baju dan juga wajib mencukupi kebutuhan dapur rumah itu.
Nadya Anindya adalah kakak sepupu Freya yang telah menikah dengan kekasihnya semasa masih kuliah dulu. Hampir 5 tahun usia pernikahan mereka, dan belum ada anak di tengah rumah tangga mereka.
Nadya menyebar fitnah jika Gibran Kavi Mahendra seorang pria mandul. Karena selama pernikahan, Nadya merasa tidak pernah puas dengan Gibran.
Gibran seorang pria pekerja keras yang terlahir yatim piatu merasa harga dirinya semakin diinjak-injak oleh Nadya semenjak dirinya diPHK.
"Lahirkan anak untukku, maka aku akan mengajakmu keluar dari neraka ini." Ucap Gibran pada Freya.
UPDATE SETIAP HARI.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bella Melarikan Diri
Raina merasakan ketakutan yang luar biasa, saat mendengar suara Aksa. Bayangan dirinya di bully oleh seluruh murid saat sekolah dulu, masih menjadi bayangan menakutkan baginya.
Entah apa yang ada di dalam otak sekretaris berwajah kaku itu saat ini, karena tiba-tiba Raina berlari keluar restoran. Tanpa melihat, Raina menyeberang jalan.
BRAK
Kecelakaan tidak dapat dihindari, tubuh itu terpental setelah sebuah mobil berkecepatan tinggi menghantam tubuhnya.
"Rain..." Teriak Aksa dengan histeris.
Aksa yang tadi masih termenung memikirkan sikap Raina yang berubah. Membuatnya terlambat mengejar wanita itu. Dan sekarang dengan mata kepalanya sendiri, dia harus melihat tubuh kurus Raina sudah bersimbah darah.
Aksa berlari, lalu dengan cepat menggendong tubuh Raina tanpa memperdulikan banyak darah sudah mengotori pakaiannya. Pikiran Aksa dihantui rasa bersalah. Tanpa meminta bantuan, Aksa merebahkan tubuh Raina di kursi belakang. Kemudian, dengan kecepatan penuh Aksa membelah jalanan dan membawa Raina ke Rumah Sakit di mana Freya sedang menjalani perawatan kandungannya.
Sepanjang jalan, Aksa tidak henti merutuki dirinya sendiri. Pengacara yang biasanya gagah dan penuh percaya diri saat menghadapi masalah hukum, kini menangis tersedu-sedu merasa ketakutan yang amat luar biasa. Bahkan sepanjang usianya, dia baru kali ini menangis. Meskipun hampir seumur hidupnya hidup sendiri tanpa didampingi oleh orang tua kandungnya.
Ya, sehampa itu hidup Aksa. Sejak dulu, kedua orang tua Aksa sibuk mengejar kekayaan dunia. Tinggal di Luar Negeri karena mempunyai perusahaan besar di sana. Sementara sejak dulu, Aksa tinggal bersama dengan neneknya di Jakarta. Sikap sombong dan angkuhnya Aksa adalah bentuk Aksa mencari perhatian atas hidupnya yang tidak bahagia.
Apalagi, saat baru menginjak kelas 1 SMA neneknya meninggal dunia. Hidup Aksa semakin kehilangan arah, hanya limpahan uang yang setiap bulan Aksa dapatkan sebagai pengganti kasih sayang kedua orang tuanya. Aksa terbiasa hidup mandiri, tapi meskipun sombong Aksa tidak pernah melakukan perbuatan yang menyimpang. Karena dia selalu ingat nasehat neneknya.
'Jangan pernah bergaul dengan teman-temanmu yang tidak benar. Kamu sudah kehilangan kasih sayang kedua orang tuamu, jangan sampai kamu kehilangan masa depanmu.' Pesan nenek Aksa, ibu dari Papanya Aksa.
Karena itu juga Aksa lebih memilih menjadi seorang pengacara hebat, daripada seorang pengusaha seperti Papanya. Yang membuat Papa Aksa murka.
Di depan pintu UGD, Aksa duduk sambil membenamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Bahunya bergetar menandakan pria itu sedang menangis.
Wajah penuh darah, mata yang tertutup rapat menjadi ingatan terakhir Aksa tentang Raina. Wanita yang telah mencuri hatinya, tapi terlambat disadarinya. Dengan gelisah, Aksa menunggu Dokter memberi kabar terbaru Raina.
Saat Aksa sedang duduk termenung sendirian, Gibran yang tidak sengaja melintas melihat sahabatnya dari jauh.
"Aksa, kamu ke Rumah Sakit ada perlu apa? Menunggu siapa di depan UGD?" Tanya Gibran.
"Raina, dia tertabrak mobil barusan. Aku... Aku menjadi penyebab semuanya." Aksa tak kuasa menahan diri, pria itu kembali terisak lirih.
"Raina? Sekretaris Istriku?" Tanya Gibran.
Aksa hanya mengangguk, sampai pintu ruang UGD terbuka dan muncul sosok yang sangat Aksa nanti.
"Dokter, bagaimana kondisi pasien itu?"
"Kondisinya sangat parah, benturan itu menyebabkan kepalanya mengalami gegar otak. Dan tadi sempat kehilangan banyak darah, beruntung stock darah di Rumah Sakit ini cocok dengannya."
"Kami sudah melakukan tindak operasi, tapi semuanya kembali pada takdir. Berdoa saja, pasien bisa melewati masa kritisnya malam ini, jika tidak maka dengan terpaksa pasien kami nyatakan KOMA." Ucap Dokter.
"Oh ya, pasien juga mengalami patah tulang yang parah. Saat terbangun nanti, pasien akan mengalami kelumpuhan." Kalimat Dokter terdengar mengerikan.
"Koma? Lumpuh? Gegar Otak?" Gumam Aksa dengan mata yang memerah.
"Sebenarnya, aku ingin bertanya banyak padamu. Tapi aku sudah meninggalkan Freya cukup lama untuk mencari makanan yang diminta Freya tadi. Jadi tunggu sebentar, aku berikan makanan ini dulu pada Istriku."
Aksa terlalu syok untuk bersuara, bahkan kedua lututnya sudah lemas.
Gibran melangkah tergesa ke ruang rawat istrinya, tadi Freya memintanya mencarikan kue cucur berwarna hijau.
"Hubby... Aku ingin makan kue cucur, tapi jangan yang coklat. Aku mau yang warna hijau dengan aroma pandan." Ucap Freya.
"Kue cucur malam-malam cari di mana Honey?" Tanya Gibran.
"Terserah..." Jawab Freya dengan acuh.
Jadilah pria yang sekarang bucin itu keliling kota Jakarta untuk mencari makanan yang kata Freya keinginan ketiga bayi dalam perutnya.
"Honey... Bagaimana jika kamu minta roti isi atau cake saja, karena itu lebih mudah dicari..."
"Oh... Hubby, mau ketiga bayi kita nanti lahir ileran. Karena keinginannya tidak dituruti oleh Papanya."
"Ileran?" Gibran bergidik ngeri mendengarnya.
"Iya ileran, karena saat Mamanya ngidam tidak keturutan." Jawab Freya.
"Ya sudah, tunggu sebentar. Hubby akan cari yang kamu mau."
Dan setelah hampir 2 jam berkeliling kota di tengah kemacetan, akhirnya Gibran membawa satu kotak kue cucur hijau yang masih hangat. Karena baru selesai dibuat.
"Honey... Aku sudah bawakan kue yang kamu mau. Ini Hubby suapi ya." Gibran memberi tawaran.
"Nyari di Hongkong? Yang nunggu sampai jamuran." Ucap Freya kesal.
"Honey, maaf jika lama. Tapi memang sulit mencari kue cucur di Jakarta malam-malam begini."
"Trus ini kue dapat dari mana?" Tanya Freya mulai penasaran.
"Tadi ada yang ngasih tahu, katanya diujung kota Selatan ada orang mau hajatan. Jadi mereka sibuk buat kue-kue jadul, karena yang punya hajat aslinya orang dari kampung. jadi tadi aku ke sana, terus minta dibuatkan yang warnanya hijau kebetulan mereka baru saja membuat adonannya. Terpaksa aku menunggu sampai selesai."
"Hubby minta saja? Gak beli? Kasihan dong mereka." Ucap Freya.
"Tadinya Hubby ingin memberi uang, tapi mereka tolak. Justru mereka dengan senang hati memberikannya untuk kamu, dan berdoa semoga kandunganmu dilancarkan sampai melahirkan." Ucap Gibran.
"Wah... Terima kasih banyak Hubby. Sini, biar aku makan sendiri. Aku sudah sangat ingin menghabiskannya."
"Honey, pelan-pelan saja makannya. Tidak ada yang akan memintanya."
"Hubby, ini benar-benar enak. Besok kalau aku sudah boleh pulang, aku ingin ke rumah orang yang memberikan kue ini. Kita beri sedikit angpao untuk mereka, bukankah mereka mengadakan acara."
"Iya, kita akan pergi kalau Dokter sudah memperbolehkan kamu pulang."
"Oh ya.. ada yang ingin Hubby sampaikan. Tapi kamu janji untuk tetap tenang, jangan gegabah. Ingat di perutmu ada tiga bayi yang sedang ingin beristirahat."
"Katakan secepatnya, aku sudah penasaran."
"Raina kecelakaan, kondisinya sangat parah. Dia sekarang dirawat di ruang ICCU. Menurut Dokter, Raina mengalami gegar otak dan patah tulang."
"Astaga, kok bisa dia kecelakaan. Biasanya dia selalu berhati-hati. Dan selama ini, dia pulang pergi ke Kantor dengan Bus. Pasti ada yang tidak beres, kasihan dia siapa yang menungguinya."
"Ada Aksa di sana, Honey."
"Kak Aksa? Apa ini ada kaitannya dengannya Hubby?" Jangan bilang Kak Aksa yang telah menyakitinya."
"Hubby tidak tahu, nanti akan Hubby tanya. Sekarang kamu tidur lagi. Jangan beranjak dari ranjang. Ingat kata Dokter, kamu wajib bed rest total." Ucap Gibran.
Freya menurut, dia mengelus lembut penuh cinta perutnya yang semakin hari semakin buncit dan bulat. Setelah memastikan Istrinya tertidur, Gibran lalu keluar untuk menemui Aksa.
Sedangkan di dalam kantor polisi, Bella bersandiwara mengatakan perutnya sakit.
"Tolong... Perutku sakit sekali." Teriaknya sambil meremas-remas perutnya sendiri.
Beberapa polisi datang, kemudian membuka pintu sel dan membawa Bella ke klinik yang ada di kantor Polisi. Karena Bella masih proses persidangan, jadi belum menempati sel penjara di lapas wanita.
Bella mengatakan perutnya keram, setelah diperiksa ternyata benar adanya goncangan pada kandungannya. Sehingga untuk sementara Bella di rawat di Klinik. Bella ditinggalkan begitu saja di atas brangkar tanpa adanya pengawasan. Sehingga dengan mudah Bella kabur dan keluar dari Klinik Kantor Polisi. Bella berlari kencang menyusuri jalanan untuk mencari tempat persembunyian.
Di bawah sebuah jembatan layang yang sepi yang letaknya cukup jauh, tempat persembunyian sementara Bella.
Bella duduk, sambil mengelus perutnya.
"Tak ku sangka jika benih pria itu akan menjadi jalan untukku keluar dari dalam penjara. Aksa mengira ini benar anaknya. Padahal seminggu sebelum dengannya, aku sudah melakukannya dengan pria lain."
Tidak banyak yang Author minta, cukup JANGAN MENABUNG BAB dan selalu tinggalkan jejak setiap kali selesai membaca. Paling tidak LIKE dan KOMEN. Supaya cerita receh ini bisa berumur panjang.
Terima kasih bagi yang sudah support.
Salam hangat untuk kalian semua.
dah nyesek 11 th di tambah Aska mau punya anak apa ga tambah sakit hati
mma Gibran perlu di eksekusi thor
karena saat ini kau akan menjadi opa. freya lagi hamil muda, tuan gunawan walaupun dia blm menyadarinya.
punya gibran itu hanya mau on jika berhadapan dengan pawangnya.
kau sungguh murahan sekali bella.
bell kamu dalam bahaya Freya murka habis kamu