Ini Adalah Lanjutan Dari Novel Tujuh Pedang Pelindung Sebelumnya 🙏🏻
Di Harapkan Untuk Membaca Novel Sebelumnya Terlebih Dahulu Agar Tidak Bingung Dengan Ceritanya 👍🏻
Dahulu Kala Sebuah Kerajaan Hebat Bernama Cahaya, Di Serang Oleh Raja Kegelapan Yang Bersekutu Dengan Iblis. Para Ksatria Cahaya Turun Atas Perintah Raja Cahaya Pertama, Namun Saat Mereka Terdesak Tiba Tiba Sebuah Cahaya Muncul Di Hadapan Mereka Dan Berubah Menjadi Sebuah Pedang Yang Kuat. Pedang Itu Di Namai Sebagai Pedang Pelindung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XenoNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketenangan Dan Kemarahan
Disisi lain, Ziaz sedang mandi di ruangan hotelnya setelah melakukan jogging bersama Helena tadi pagi. Sambil membasahi badannya dengan shower, Ziaz mulai berpikir di dalam ketenangan tersebut.
"Ketenangan adalah kunci untuk melakukan perlawanan?" gumam Ziaz.
Ziaz mulai menutup keran showernya dan mulai mengeringkan badannya dengan memakai handuk. Lalu sambil mengikat handuk di pinggangnya, Ziaz mulai berjalan keluar dari kamar mandi dan mulai melihat ke arah koran yang ada di atas meja di hadapannya itu.
"Kenapa berita hari ini hanya membicarakan tentang final dari pertandingan anggar?" ucap Ziaz.
Tiba-tiba sebuah lebaran koran lainnya jatuh ke lantai, Ziaz yang melihat itu pun langsung mengambil koran tersebut dan mulai membacanya. Namun dia sangat terkejut ketika melihat isi dari lebaran koran yang terjatuh tersebut.
"Apa ini? Yang benar saja? Kenapa kerajaan hebat seperti Wolfrich bisa gagal panen berturut-turut begini," ujar Ziaz yang tidak percaya.
Ziaz menaruh kembali koran tersebut di atas meja dan bergegas mengganti bajunya. Namun saat sedang mengganti baju, tiba-tiba bel pintu depan berbunyi yang membuat Ziaz segera berlari ke arah pintu.
"Tunggu sebentar," kata Ziaz sambil berusaha membuka pintu.
Saat dia membuka pintu dengan perlahan, tiba-tiba Ziaz terkejut karena melihat Kapten Gareth.
"Kapten Gareth?" ucap Ziaz.
"Ziaz, ada suatu informasi yang harus ku beritahukan kepadamu." ujar Gareth dengan nada serius.
Sementara itu, Sano pergi menemui Owen yang sedang berada di sekolahnya. Dia langsung kagum ketika melihat Owen yang sedang memberikan arahan kepada teman-temannya tanpa berpenampilan seperti anak culun lagi.
Sambil tersenyum, Sano berjalan mendekat ke arah Owen yang sedang duduk di kursi penonton yang ada di lapangan belakang sekolah.
"Hey, Owen. Apa kau tidak berpikiran untuk menjadi seorang ilmuwan?" ujar Sano.
Owen yang mendengar suara Sano itu pun hanya menghiraukannya, dia tetap fokus pada lembaran kertas yang sedang dia pegang di tangannya. Sano yang melihat itu pun mulai kebingungan.
"Oi, apa kau tidak mendengarkanku?" tanya Sano.
Owen menghela nafas, perlahan melihat ke arah Sano. "Ada apa? Kenapa kau datang kesini?"
"Dingin banget, apa kau sedang sibuk?" ujar Sano sambil bersandar di pegangan besi kursi penonton yang ada di dekat mereka berdua.
Tiba-tiba dari belakang, Kimberly datang sambil membawa beberapa kaleng minuman. "Sano? Apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Ah, ternyata Putri Kimberly bersekolah disini juga ya?" balas Sano.
Kimberly menjalan mendekat ke arah mereka berdua. "Tentu saja, lagian aku ini tidak ingin di anggap terlalu spesial."
Sano yang mendengar itu pun mulai sedikit terkejut. "Tidak ingin di anggap terlalu spesial? Apa kau beneran anak dari Raja arogan itu?"
Kimberly yang mendengar itu pun langsung kesal dan mengarahkan tendangannya kepada Sano. Melihat hal tersebut, Sano pun langsung menahan menggunakan tangan kanannya.
"Siapa yang kau katakan arogan huh?" ucap Kimberly.
Sano mulai panik. "Woah, ternyata kau bisa Taekwondo seperti Owen ya?"
Owen yang melihat itu pun langsung menyuruh Kimberly untuk berhenti. "Hentikan saja, Nona tidak akan bisa menang jika melawan orang gila ini."
"Huh? Siapa yang kau bilang orang gila?" ujar Sano.
Kimberly mulai menurunkan kakinya dengan perlahan. Dia pun berjalan ke arah Owen dan memberikan minuman kaleng yang dia beli barusan.
"Terimakasih banyak, Nona." ucap Owen sambil membalik lembaran kertas di hadapannya.
Kimberly yang melihat hal tersebut pun mulai kesal. "Ayolah, kau terlalu fokus pada benda membosankan itu."
"Ya, aku setuju dengan perkataan Nona ini." ujar Sano sambil mengambil salah satu minuman kaleng tersebut.
"Oi, siapa yang menyuruhmu mengambil minuman itu huh? Lalu siapa yang mengizinkanmu untuk memanggilku dengan sebutan Nona!" kata Kimberly.
Sano meminum minuman kaleng yang di pegang tersebut. Owen yang melihat hal tersebut pun langsung menaruh lembaran kertas di tangannya itu dan mulai berbicara dengannya.
"Aku tidak punya banyak waktu, jelaskan alasanmu datang kesini." ucap Owen.
Dengan wajah serius, Sano menatap ke arah Owen. "Omong-omong aku ingin berterimakasih terlebih dahulu kepadamu, karena kau telah membantu kami dalam menghancurkan beberapa markas anak-anak nakal itu."
"Anak-anak nakal itu?" kata Kimberly yang kebingungan.
Owen menghela nafas. "Kalian beruntung saja, karena aku tidak sengaja berada di kerajaan itu."
Sano yang mendengar itu pun mulai kebingungan. "Begitu ya? Tapi kita singkirkan dulu tentang hal itu karena aku baru saja mendapatkan hal baru yang harus kita bahas,"
"Hal apa?" tanya Owen.
Sano diam sejenak dan melihat kesana kemari. Owen dan Kimberly yang melihat gerak-gerik Sano itu pun mulai kebingungan.
"Ada apa? Apa ini sangat rahasia?" tanya Kimberly yang penasaran.
"Toilet untuk pria dimana ya?" jawab Sano.
Kimberly yang mendengar itu pun langsung memukuli kepala Sano hingga Sano mulai kesakitan.
"Woi! Siapa yang mengizinkanmu memukul kepalaku!" ujar Sano.
"Itu kan karena kau bercanda!" balas Kimberly.
Dari kejauhan, Pelayan Putri Kimberly melihat gerak-gerik mereka bertiga dengan menggunakan teropong.
"Begitu ya, ternyata Tuan Putri memiliki seorang teman laki-laki lainnya ya." ucap Pelayan itu.
Sementara itu, Ziaz terkejut setelah mendengar informasi yang di berikan oleh Gareth. Bahkan hal tersebut membuat Ziaz mulai merasa gemetaran di hadapan Gareth.
"Yang benar saja... Dari mana kapten mendapatkan informasi itu..." ucap Ziaz.
Gareth menghela nafas. "Kalian tidak perlu khawatir, aku sudah menyuruh Alaric untuk pergi kesana."
Ziaz mulai berdiri. "Tapi jika informasi itu benar, maka Kapten Alaric tidak akan sanggup jika berhadapan satu lawan satu dengan dia bukan?"
Gareth mengganguk. "Oleh karena itu, aku telah memberitahukan hal ini kepada Komandan Terkuat di seluruh kerajaan, untuk pergi membantu Alaric melawan banjingan itu."
"Komandan Terkuat di dunia? Bukannya saat ini yang terkuat di dunia itu kau, Kapten..." ucap Ziaz.
Gareth menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku sudah tidak sekuat dulu lagi. Lagian melawan peringkat 2 itu pasti akan terasa mustahil bagiku dan Alaric."
Ziaz duduk kembali ke kursinya. "Tapi bagaimana bisa dia masih hidup dan menculik para penduduk kerajaan yang ada di Dataran Rusia?"
Dengan serius, Gareth langsung menjawabnya. "Menurut sejarah, ksatria kegelapan peringkat 5 itu memiliki dua badan."
"Dua badan? Maksud Kapten mereka itu kembar?" ujar Ziaz.
Gareth mengangguk. "Ya, itu tidak salah lagi... kalian kemarin mengalahkan salah satunya bukan? Saat ini, kembarannya itu sedang membantu si peringkat 2, untuk mengalahkan Alaric di Dataran Rusia."
Ziaz yang mendengar itu pun mulai panik sekaligus kesal. Dia tidak menyangka kalau peringkat 2 dan kembaran dari peringkat 5 itu, benar-benar membuat sebuah Kota di dataran tersebut lenyap dalam satu malam.
"Kapten Gareth, izinkan kami untuk ikut membantu Kapten Alaric!" ucap Ziaz.
Gareth menolak dengan tegas. "Tidak boleh! Kalian masih muda dan bukan saatnya untuk kalian mati di usia muda,"
( END CHAPTER 33 )