Sania pernah dihancurkan sampai titik terendah hidupnya oleh Irfan dan kekasihnya, Nadine. Bahkan ia harus merangkak dari kelamnya perceraian menuju titik cahaya selama 10 tahun lamanya. Sania tidak pernah berniat mengusik kehidupan mantan suaminya tersebut sampai suatu saat dia mendapat surat dari pengadilan yang menyatakan bahwa hak asuh putri semata wayangnya akan dialihkan ke pihak ayah.
Sania yang sudah tenang dengan kehidupannya kini, merasa geram dan berniat mengacaukan kehidupan keluarga mantan suaminya. Selama ini dia sudah cukup sabar dengan beberapa tindakan merugikan yang tidak bisa Sania tuntut karena Sania tidak punya uang. Kini, Sania sudah berbeda, dia sudah memiliki segalanya bahkan membeli hidup mantan suaminya sekalipun ia mampu.
Dibantu oleh kenalan, Sania menyusun rencana untuk mengacaukan balik rumah tangga suaminya, setidaknya Nadine bisa merasakan bagaimana rasanya hidup penuh teror.
Ketika pelaku berlagak jadi korban, cerita kehidupan ini semakin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Jamuan makan malam telah lewat selang beberapa waktu, sehingga membuat Brooch tidak bisa lagi menahan diri lebih lama. Tanpa basa basi, ia menyerahkan surat notaris yang menyatakan kalau Irfan adalah pewaris Brick yang sah.
Irfan membacanya dengan teliti, takut kalau-kalau ia akan dijebak. Tentu Irfan berhati-hati karena mertuanya adalah orang yang sulit. Pasti ada alasan kenapa dia begitu gigih memohon agar dia menjadi pewaris Brick yang agung. Padahal selama ini, pria tua bangka ini terus saja mencari alasan agar dia menjauh dan tidak mengganggu dirinya. Irfan tidak pernah diakui sebagai menantu, tidak pernah dianggap ada oleh Brooch. Bahkan pria bau tanah ini meminta syarat yang aneh termasuk membiarkan Nadine menggugat hak asuh Mutiara yang notabene sudah digariskan berada dibawah asuhan Sania secara mutlak, hanya untuk usaha sepele yang kini bahkan tidak jelas juntrungannya.
"Anda terlalu tiba-tiba dan mengejutkan," komentar Irfan dingin. Perlahan ia menaikkan wajah untuk menghadapi Brooch yang agak cemas karena sikap Irfan ini. "Apa anda yakin anda hanya ingin pensiun? Brick ada dalam masalah akhir-akhir ini, apa anda sudah menyelesaikan masalah itu?"
Brooch tercengang beberapa saat, lalu mengusap tangannya agar tampak tenang. Sekilas ia mengeluarkan senyum. "Kau benar-benar menantu Brooch ...."
Tawa Brooch bergema kemudian, membuat Nadine yang sejak tadi diam dan mengawasi suaminya dengan rasa penasaran dibuat muak karenanya.
"Apa yang kau ragukan lagi, Irfan?" tanya Nadine yang membuat tawa Brooch terhenti. "Kau pemilik Brick, jadi apa yang masih kau khawatirkan? Kau bisa menangani masalah sesepele itu jika kau pemiliknya!"
Astaga, apa Irfan benar-benar dungu? Ketika kau adalah penguasa, apa yang tidak bisa kamu selesaikan? Kau tinggal mengeluarkan uang dan menutup mulut mereka hingga susah bernapas menggunakan uang. Ya ampun.
Irfan tampak tidak tertarik, tapi sepertinya dia tidak punya pilihan selain menurut.
"Aku tidak ingin menandatangani apapun sekarang!"
Baik Brooch maupun Nadine berang karenanya. Tangan mereka refleks mengepal dan menahan geram.
Irfan tidak peduli meski ia tahu dua lawan bicaranya ini marah. Dia paham sejauh mana urusan ini akan membawanya melihat sifat licik orang-orang ini.
"Aku akan kembali ke sisi Nadine dan bekerja untuk Brick!" Irfan menatap dua orang yang tampak lega itu dengan membatin rencana licik. "Tapi ...."
Nadine dan Brooch saling pandang, lalu menghembuskan napas lelah. "Apa?"
Irfan menatap Nadine lebih dulu kemudian Brooch. "Kalian berdua tidak bisa memaksaku mengikuti mau kalian! Aku bekerja selayaknya orang yang bekerja. Benar dikatakan benar, salah dikatakan salah!"
"Irfan! Stop bertindak tidak tahu diri!" bentak Nadine seraya berdiri. Apa maksud pria ini? Dia ingin membongkar kenyataan bahwa sekarang ia sedang memakai konsep Sania?
Irfan tertawa kecil, sementara Brooch berdecak kesal. Nadine terlalu impulsif dan tidak bisa menarik ulur kemauan lawan dengan baik. Ini merugikan jika saja Nadine berbisnis besar seperti dirinya.
"Apa kau sedang melakukan sesuatu yang membuatmu terus waspada, Nadine?"
Nadine membuang muka. Ia menyadari bahwa Irfan sedang mempermainkannya.
Nadine duduk dan tidak menatap Irfan sama sekali.
"Aku hanya ingin aku tidak terikat karena aku tahu watak kalian berdua." Irfan mengambil wine yang sejak tadi ia anggurkan. Seringai liciknya muncul. "Setidaknya aku juga bisa menggertak kalian, bukan hanya kalian saja!"
Brooch mengerti. Irfan pasti paham mengenai masalah besar yang sedang menggerogoti Brick. Namun, ia tidak bisa mundur lagi atau semua akan dibongkar oleh Irfan saat ini juga.
Namun, Brooch kini paham bahwa Irfan bukan pria bodoh seperti yang ia kira. Agak menyesal karena ia baru menyadari itu sekarang. Coba saja ia tahu dari awal, pasti Irfan sudah membawa Brick terbang setara dengan Apple ataupun Tesla.
Irfan memikirkan hal ini semalaman penuh. Talia yang ia percaya memegang perusahaan barunya juga membantunya menemukan masalah didalam Brick yang memaksa Brooch terus mendesaknya menjadi wakil direktur Brick.
"Banyak komplain mengenai produk Brick, plagiarisme, dan pemalsuan produk. Bahkan kini Lembaga Perlindungan Konsumen sedang melakukan sidak untuk produk Brick yang diduga menggunakan bahan baku dibawah standar yang seharusnya."
Talia mengatakan itu sore ini usai mencari tahu semalam penuh.
"Intinya, ketika Brick jatuh, Brooch sudah mengamankan hartanya di tempat aman, menikmati hari tua dengan baik tanpa beban berat lagi."
Irfan menarik sudut bibirnya usai menyesap wine buatan tahun 1889. Ekor matanya melirik Brooch dan Nadine bergantian.
"Jika Anda berdua setuju, saya akan bekerja mulai besok, tanpa perkenalan atau formalitas yang membosankan!" Irfan berkata seraya meletakkan gelas wine yang sudah kosong. Ekor matanya lagi-lagi melihat tangan Brooch yang bergerak gelisah. Atmosfer ruangan juga berubah makin dingin dan tegang.
"Saya hanya ingin bekerja!" Irfan menatap Brooch tajam, lalu beralih ke Nadine seperti sedang mengejek. "Dan kau menepati janji!"
___
Gak mau banyak omong, sempat update ya update, gak sempat tolong maafkan!😭 kadang udah ngebet mau update banyak, tau-tau RL beneran gak bisa disambi-sambi😭 Aku padahal pengen nulis banyak-banyak, tamat, dapet uang, tapi nyatanya zonk!😭