Yoga Permana, 22 tahun, pekerja biasa yang hidupnya terasa hampa setelah patah hati dan gagal move on dari cinta pertama. Pelariannya? Menulis webnovel… meski lebih sering buka Facebook daripada nulis.
Suatu malam, saat mencoba menulis prolog novel barunya Pe and Kob, laptopnya rusak, lalu menariknya masuk ke dalam dunia novel yang bahkan belum ia selesaikan.
Kini terjebak di dunia isekai hasil pikirannya sendiri, Yoga harus menjalani hidup sebagai karakter dalam cerita yang belum punya alur, belum punya nama kerajaan, bahkan belum punya ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Batasan Mana Dan Fisik (4)
Sabtu siang di tanah lapang tempat para protagonis bermain, tanpa James dan Natasya.
Tahun 666 bulan 6 tanggal 17, hari dimana aku terbebas dari hukuman Liria bersama Dave.
Ryan Shevchenko, keluarga bangsawannya berstatus Raden.
Suara batinku bergumam pada diri yang lain.
Ya, kamu benar, jika dalam fantasi barat, dia setingkat Viscount. Namun dia tak seperti premis yang kamu buat, dia kutulis tidak memiliki wilayah, hidup di dalam wilayah Tumenggung... Sifatnya sangat merakyat.
Jelas Agoy padaku.
Di tanah lapang kini kami hanya berdua, aku dan Ryan, karena James membantu ayahnya berdagang, dan Natasya sedang bersama dengan ibunya berbelanja.
Niat awal, aku ingin berlatih di alam terbuka, namun langkah kakiku menuju tanah lapang.
“...Lala.” ketus Ryan, “Kenapa tidak pulang saja?”
Aku menaikan alis, mendelik pada Ryan “Kamu ngusir aku?” dengan posisi tolak pinggang pada Ryan.
“Bukan, maksudku hanya kita berdua disini, rasanya bosan.” lanjut Ryan.
Aku tersenyum, sepertinya jiwa dewasa Ryan enggan bermain dengan anak kecil, “Yasudah ikut aku berlatih saja.”
“Berlatih?” Ryan terheran, wajahnya menoleh menatapku “Denganmu?”
Dengan senyum semakin melebar terpancar dari wajahku, aku mendapatkan momen untuk memahami Ryan lebih dekat.
“Ya, kita akan berlatih.”
“Ikut saja denganku, kita berlatih di hutan.”
Ryan mengenalkan nafas, dengan pedang kayu dipinggang sebelah kiri, tangannya bersandar pada pedang.
“Hah... Hutan itu berbahaya Lala.”
Tentu saja dia akan menolak, sebagai pria dewasa di dalam jiwanya, membahayakan seorang anak kecil bukan pilihan yang bijak.
“Ya sudah aku berlatih sendiri saja,”Aku tahu kamu itu kuat, kamu akan ikut jika aku pergi sendiri.
“Lakukan sesukamu, Lala.” dingin Ryan pada Lala.
Aku melangkah meninggalkan Ryan. Menuju hutan kecil di dekat tanah lapang.
Kugunakan Ki, dari kejauhan Ryan mengikuti perlahan.
Sok dingin tapi khawatir sama temannya.
Sembur batinku.
Hahahaha, dia itu sebenarnya penyayang loh, Lala.
Menikah saja dengan Ryan.
Ejek Agoy padaku, entah berapa kali ia mengejek, cukup membuat diriku kesal dengan ucapan yang aneh dari dirinya.
Bisa tolong aku gak?
Tanyaku pada Agoy.
Tolong apa?
Jawab Agoy menimpali.
Tolong Diam!!
Ucapku cepat dengan kesal.
Dilatar waktu sekarang kami belum berburu di hutan bersama dengan para protagonis kecil, Ryan pastinya terawas denganku.
Cukup dalam memasuki hutan kecil, jarak Ryan terlalu jauh untuk aku gunakan Ki, kugunakan Mana dalam diriku, menggabungkannya dengan Ki.
“Sewu.”
Jarak Ryan terdeteksi, diatas dahan pohon terhalang dedaunan, Ryan mengamatiku dalam keheningan.
“Hah disana kamu rupannya, baiklah amati saja.”
Aku terduduk sila, menyilangkan kaki, lalu bersemedi.
Merasakan Mana sekitar.
“Hmm cari hewan yang mudah diburu dulu.”
Baru saja ku jelajahi hutan dengan Sewu, anjing hutan berdiri dibelakangku, bersembunyi di dalam semak-semak.
Tubuhnya lebih besar dari anjing pelacak, namun lebih kecil dari serigala. hidungnya pesek.
“Astra Sewu.”
Aku mencoba menggunakan Astra Sewu, bukan pada anjing hutan, melainkan pada Ryan, namun jarak menghalangi pendalaman inti Mana milik Ryan.
“Sepertinya mustahil untuk digunakan dalam jarak segini.”
Anjing hutan siap menerkam diriku, namun sebelum hewan itu keluar dari semaknya.
Whooosshh.
Suara angin mencapai telingaku karena Sewu.
Zrekk
Kuamati apa yang terjadi, kulihat dengan Sewu mengarah pada Ryan, posisi tangan Ryan seperti pria yang sudah melakukan sebuah lemparan.
Darah mengalir, punggungnya berlubang menembus kulit dibawah dadanya. Diatas tanah dekat anjing hutan itu, dahan runcing tertancap diatas tanah.
Gi-gila, usia baru empat tahun, udah sejago itu memburu secara senyap!
Anjing hutan mati tanpa merasakan sakit, Ryan bermaksud melindungi Lala diam-diam—melindungiku.
Ryan secara halus membantuku menyimpulkan teknik yang aku ciptakan sendiri.
“Ki.” mempertajam indra perasa, gerak dan suara sekecil apapun, seperti hal yang aku lakukan saat mengencangkan otot kaki.
“Sewu.” penggabungan Ki dengan Mana, memperluas seluruh indra hingga kedalam Mana lingkungan sekitar, dan mendeteksi jarak dari Mana sekitar.
“Astra Sewu.” Merasakan apa yang dirasakan target, penggunaan Sewu tingkat lanjut, merasakan inti Mana seseorang.
Seperti menjadi nyawa dari tubuh target, niat dan batin terdeteksi ke dalam diri sendiri, seribu panca indra melalui diri individu lain.
Menyadari keunggulan Astra Sewu yang tak lain terobosan langkah yang besar didalam benakku.
Goy, bagaimana jika Astra Sewu kugunakkan untuk membaca pikiran seseorang? Maksudku seperti aku dan kamu... Dalam dunia batin.
Batinku pada Agoy, sementara Agoy terbingung dengan pertanyaanku yang tak jelas.
Hah, apa maksudmu? Kalo ngomong tuh yang jelas!
Lagi-lagi kesal namun kutahan.
Maksudku, seperti telepati sihir langka itu, bedanya telepati untuk sihir komunikasi dalam pikiran, bukan seperti kita.
Aku bermaksud untuk mendengarkan suara hati target tanpa diketahui.
Ketusku, dan Agoy menjabarkan segalanya.
Hah, seharusnya kamu menyadarinya sedari awal kemarin malam, aku tak memberitahumu agar kamu berpikir kritis...
Aku terheran tentang apa yang harus aku sadari. Namun Agoy tetap melanjutkan ucapannya di dalam dunia batin.
Saat kepalamu terpenggal, kamu merasakan ketakutan dari tubuh yang terpisah dengan kepala.
Itu tandanya indramu masih berbagi perasaan.
Menggunakan Astra Sewu sama saja dengan target yang berbagi indra, bukan hanya niat dalam hati seseorang, kamu juga bisa memakai indra penglihatan dari mata seseorang, masuk kedalam pikiranmu.
Aku terkejut dengan potensi teknik yang kuciptakan sendiri, awalnya hanya untuk merasakan niat dari target untuk kehidupan akademi, namun terasa kompleks dengan Agoy disisiku.
Yang benar saja... Sehebat itu?!
Agoy menyela kekagumanku.
Itu sebabnya aku terkagum pada dirimu, kamu memikirkan teknik yang asal, ternyata potensi dari teknik tersebut sangatlah luas.
Sebagai penulis asli, semua pengetahuan fisika dan biologi di dunia sihir seperti ini, entah mengapa aku mengetahui segalanya.
Aku terpukau kepada Agoy.
“Hah... Yang benar saja kamu sehebat itu.”
Agoy menimpali kembali.
Harus kamu ingat, aku bukan tuhan yang mengerti semua hati makhluk hidup, masa depan ataupun masa lalu yang terjadi. Beberapa aku ketahui, namun beberapa juga tidak.
Yang benar-benar aku ketahui adalah yang tertulis dalam naskah, yang tidak tertulis aku tak mengerti.
Aku berdiri, Ryan masih terjaga diatas dahan.
Jadi, kamu mengetahui Astra Sewu karena terikat batin denganku ya, kamu mengetahui segala potensi diriku.
Ujarku, pada Agoy.
Sembari melangkahkan kaki mengarah ke hewan buruan selanjutnya yang ku deteksi dengan Sewu, Agoy bergumam.
Tepat sekali, kamu mengerti maksudku yang begitu panjang kujelaskan.
Kakiku melangkah cepat, membuat Ryan terkejut dengan kecepatan anak berusia empat tahun, dia mengikutiku dari kejauhan, melompat dari dahan ke dahan.
Aku merasakan hangat dalam hatiku, sebagai Lala Rosalia.
“Hah... Apa-apaan ini, Ryan yang memperhatikanku membuat jantungku berdegup kencang.”
Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.