Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlahan Mulai Dekat
Arya Semana tak henti-hentinya mencuri pandang pada Laila yang memang tampil anggun serta mempesona. Dia setuju jika tadi dokter Hasan mengatakan gadis di sebelahnya ini pekerja keras.
Jadi yang dipromosikan untuk didekati adalah gadis yang akhir-akhir ini telah mengetuk hatinya untuk turun membantu kesulitan yang dihadapinya.
Kok bisa kebetulan begini?
Laila bukannya tak tahu jika Arya Semana sejak tadi mencuri pandang. Kenapa sih nih orang kayak nggak pernah lihat aku ajah, curi-curi pandang, lucu.ajah.
"Kok kamu senyum-senyum sendiri?" Arya Semana mengerling, dia memang menarik dan aku sering ingin menemuinya.
"Lucu ajah kita nggak janjian kok ketemu juga di sini,"
"Itu namanya jodoh," tertawa kecil Arya Semana.
Lho kok nggak sama ceweknya, ya, dan Laila lalu teringat Riska yang dengan manja merangkul lengan Arya Semana malam itu.
Ah kenapa aku jadi terganggu dengan tingkah mereka. Sah dan wajar saja mau.apa juga kan nggak menyakiti aku, tapi kenapa aku jadi sakit sendiri.
"Laila ..."
Laila menatap Arya Semana, "Sudah makan Mas Arya,"
"Kamu?"
"Aku baru saja makan salad,"
"Boleh juga kalau mau menemani," pancing Arya Semana.
"Tapi aku nggak makan, ya, aku menemani saja," ujar Laila. Apa salahnya hanya menemani makan saja, toh dia sudah banyak menolongku, tenaga dan finansial.
Menemani makan Arya Semana membuat Laila mengambil puding saja. Sambil makan sesekali mereka mengobrol.
Kok Mas Arya.sering banget ya curi-curi pandang padaku, apa hanya perasaanku saja, ya.
Kenapa aku kok nggak bosan mandang nih cewek, ya, rasanya nyaman berada di dekatnya.
"Laila maukah kamu mendampingi aku ke pesta pernikahan Indriana." Arya Semana menatap Laila.
"Tapi Mas Arya kuat menyalami mantan?"
Arya Semana terkejut lalu menatap Laila lekat. Merasa keceplosan Laila menjadi tak enak hati
"Maaf, Mas, aku bukan ingin membuatmu sedih, maaf lagi aku mungkin nggak pengalaman patah hati ..."
"Tapi bersamamu nanti aku pasti kuat " ujar Arya Semana. Dia juga terkejut tiba-tiba saja berkata begitu.
Laila menatap Arya Semana dengan tatap bingung.
"Patah hati tak pernah tahu rasanya, nih aku ajari," ujar Arya Semana yang sudah menyelesaikan makannya. Lalu meraih tangan Laila.
Laila seperti terhipnotis menatap Arya Semana. Dan mereka saling tatap.
"Tapi kalau jatuh hati pernah?"
Laila tersipu
Arya Semana mengerling.
Dari kejauhan di samping pengantin Wanitanya dokter Hasan senyum-senyum memandang Arya dan Laila saling pandang.
"Kok senyum-senyum sendiri, Mas " bisik.istrinya.
"Bantu doa mereka semoga berjodoh ..." dengan kepalanya dokter Hasan menunjuk Arya Semana dan Laila yang saling tersenyum.
"Ya semoga saja " angguk istri dokter Hasan.
"Jadi belum tahu rasanya jatuh hati?" Goda Arya Semana yang tak ditanggapi oleh Laila, namun cukup membuat gadis itu salah tingkah dan wajahnya merona.
Pulang dari resepsi pernikahan dokter Hasan mereka menyetir mobil masing-masing.
Laila terkejut saat sampai di rumah ibunya memberitahu jika lelaki tampan bernama Arya Semana datang mencari.
Jadi dia datang ke sini sebelum datang ke pestanya dokter Hasan, kok nggak bilang aku, ya, batin Laila.
"Orangnya sopan Ibu sangat bahagia bila putri Ibu dapat jodoh lelaki seperti Nak Arya Semana," dan memang ibunya Laila sudah terlanjur berharap lelaki bernama Arya Semana akan menjadi menantu dan suami Laila.
"Bu Arya Semana itu anak Bos pemilik perusahaan tempat aku bekerja dan sudah ada ceweknya," ujar Laila mengira Riska adalah gadis pengganti Indriana di hati Arya Semana karena gayanya Riska.
Tampak ibunya Laila terlihat kecewa. Laila tak mau ibunya jadi sedih lalu didekatinya "Bu kalau jodoh itu tak kemana, tadi aku bertemu dengan mas Arya Semana di resepsi dokter Hasan, oh ya salamnya Ibu sudah Laila sampaikan "
Tiba-tiba saja raut muram ibunya Laila kembali cerah, "Apa katanya?"
"Salam juga sama ibu harus jaga kesehatan,"
Arya Semana yang sudah berada di kamarnya jadi senyum. Bisa ketemu di pesta dokter Hasan padahal tak janjian. Pas mau dikenali sama cewek nggak tahunya dia gadisnya, kok bisa kebetulan, ya.
Masa sudah punya karier bagus tapi tak pernah jatuh hati, apalagi patah hati, batin Arya Semana ingat akan pengakuan gadis itu tadi. Teringat ucapan dokter Hasan kalau Laila selama ini sibuk mengurus ibunya
Laila juga begitu tengah memikirkan Arya Semana, ih, jadi malu ketahuan deh nggak pernah punya pacar.
kok rasanya semakin lama semakin nyaman, ya kalau dekat dia, tapi aku nggak boleh punya harapan yang lebih selain hanya berteman. Aku nggak boleh banyak berharap. Dia tak kan terjangkau untukku.
Dan Laila memang merasa dirinya bukan gadis yang tepat untuk seorang Arya Semana, apalagi ingat saat Riska merangkul lengannya. Semakin merasa jika bukan dirinya selera Arya Semana.
Sadar Laila.
Bangun Laila.
Terus mandi.
Biar sadar.
Sungguh Laila jadi gugup saat siang hari Arya Semana datang ke restaurant mencarinya. Rasa gugup itu terlihat pada wajahnya yang sedikit merona.
"Apa aku mengganggu?" Arya Semama duduk di kursi. Entah bagaimana ingin ngopi berdua gadis itu.
"Hanya sedikit kaget saja,"
Kejujuran sikap Laila membuat Arya Semana tersenyum, "Lagi sibuk?"
"Biasalah restaurant," duh kenapa aku jadi segugup ini, sih, padahal ini kan bukan kali pertama aku bertemu mas Arya, batinnya yang memang merasakan sesuatu sejak semalam bertemu di pesta pernikahan dokter Hasan.
"Sedang apa?" Arya Semana tiba-tiba juga seperti kehabisan kata-kata.
"Sedang dengan Anda,"
"Oh ya," Arya Semana tertawa kecil.
"Kebetulan lagi istirahat,"
"Bisa dong temani aku ngopi,"
"Oke," aku nggak boleh gugup, "Bagaimana kalau double shot espresso"
"Boleh," angguk Arya Semana.
"Ada gangguan pencernaan?"
"Nggak ada,"
"Tapi jangan sering-sering minum doppio khawatir mengganggu kwalitas tidur,
"Sekali-sekalu siang begini sedikit kuat kopinya,"
Laila membawa dua gelas kopi bening yang satu double shot espresso untuk Arya Semana, dan untuk dirinya sendiri cukup single shot espresso.
"Bagaimana?" Laila menatap.Arya Semana sesaat setelah lelaki itu menikmati tegukan pertamanya.
"Pas pahitnya,"
"Tapi terlalu sering bisa mengganggu tidur, "
"Anda juga bisa jadi Barista?"
"Alhamdulillah," tersenyum Laila.
Mereka menikmati kopi masing-masing tanpa cemilan. Betul-betul hanya ngopi.
"Oh ya rupanya kita ini sudah saling mengenal dokter Hasan," ujar Arya Semana.
"Dokter Hasan banyak memberi kekuatan saat ibuku dirawat di kliniknya,"
"Sejak masa kuliah memang dia sosok perhatian,"
"Oh ya nanti malam biar aku jemput, ya,"
"Apa tak merepotkan ?"
"Aku mau direpotkan,"
Tersenyum Laila.
Dan rupanya Arya Semana tak mau diganggu sejak semalam dia tidur di rumah pribadinya. Karuan saja Riska jadi kelimpungan dua malam sejak semalam Arya Semana tak pulang, hari ini sabtu jelas jika tak ada rapat atau pertemuan atau membahas pekerjaan tak ada yang ke kantor.
Sudah coba menghubungi Arya Semana berulang kali tapi ponselnya tak aktif, karena setelah ngopi bersama Laila dia langsung menonaktifkan ponselnya, namun sebenarnya dia memiliki nomer pribadi yang hanya mama serta papanya yang tahu.
Namun tadi sebelum berpisah dengan Laila gadis itu diberi nomer privatnya itu."Kamu orang ke tiga setelah Papa dan Mamaku yang kuberi nomer itu,"
Laila terkejut menatap Arya Semana tak berkedip.
Dan Arya Semana sangat menikmati pemandangan bola mata di hadapannya.