NovelToon NovelToon
Two Bad

Two Bad

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Murid Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Bad Boy
Popularitas:740
Nilai: 5
Nama Author: Aalgy Sabila

"Yang kalian lakukan salah."

Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aalgy Sabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dating?

...———...

Gue cemburu

Gue cemburu

Gue cemburu

Gadis bermata sipit itu terdiam dengan pikirannya yang melayang pada dua kata yang diucapkan si bule di lampu merah tadi.

"Mau beli apa?"

Hening.

"Mayra?"

Fero menoel bahu Mayra pelan yang disambut dengan senyuman Mayra. Anak-anak rambut yang keluar dari kunciran rambut Mayra terlihat membingkai indah wajah Mayra yang sedikit berkeringat. Alis yang sedikit terangkat. Perpaduan yang sempurna.

Sekarang malah Fero yang melamun menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya ini.

"Lumpia basah sama pisang ijo," ucap Mayra setelah melihat ke sudut taman yang di tempat banyak pedagang.

Untung saja Fero sudah terbebas dari lamunannya saat Mayra berucap demikian. Ia langsung saja menghampiri pedagang lumpia basah dan memesan pesanannya. Setelah mengkonfirmasi kepada pedagangnya Fero pergi ke penjual pisang ijo dan memesannya. Tak butuh waktu lama pisang ijo pesanannya jadi, dan Fero beralih kembali ke penjual lumpia basah.

"Berapa sendok pedesnya A?"

"Tiga."

Fero menunggu di sana sambil mengawasi Mayra yang sedari tadi tersenyum tanpa henti. Ada yang aneh dengan gadis itu, apa hal yang dapat membuatnya tersenyum tanpa henti?

Apakah karena masih memakai jaket si Aldi itu?! Apakah dengan memakainya Mayra dapat mencium harum tubuh mantannya itu?! Apakah dengan mencium harum tubuhnya dapat membuat Mayra mengingat momen indah mereka dulu?!

Ini tak bisa dibiarkan. Fero harus segera bertindak.

Fero berjalan dengan tergesa menghampiri Mayra sambil menenteng makanan dan minuman yang dipesannya. Diletakkannya kasar keduanya, lalu sepenuhnya duduk menghadap Mayra. Tanpa kata Fero menjulurkan tangannya pada Mayra.

"Eh, eh lo mau ngapain?!" Mayra berseru kaget. Pasalnya tangan Fero itu seperti akan melakukan sesuatu yang tak senonoh.

"Diem."

Fero kembali melanjutkan hal yang sempat tertunda karena seruan Mayra.

Mayra terdiam dengan mata melotot. Tubuhnya tambah kaku saat Fero meraba pinggangnya. Apa yang akan dilakukan Fero?! Apakah Fero akan mengajaknya melakukan hal tak senonoh? Bisakah di kamar saja jangan di taman?! Eh?

Kepalanya menggeleng dengan cepat, ia tak akan membiarkan hal itu terjadi padanya. Sampai kapanpun.

Sebelum Fero bertindak lebih jauh, Mayra tak akan membiarkan itu terjadi-

Gawat! Fero membuka sweaternya! Apa-apaan ini?! Apakah Fero tidak malu tubuhnya dapat dilihat orang lain?!

Bukankah itu lebih baik? Kamu bisa berteriak sekarang Mayra! Orang-orang dapat mendengarmu dan akan menghentikan kegiatan Fero! Mayra tak mau kalau sampai ada berita seperti sepasang manusia yang melakukan hal tak senonoh di tempat umum seperti di halte bus yang sempat viral kemarin-kemarin-dimana harga dirinya kalau ia melakukannya dengan Fero di sini? Kenapa dari tadi kamu belum berteriak-

Sepertinya Mayra tak perlu berteriak lagi. Semuanya sudah terjadi.

"Kenapa hm?"

Mayra menggeleng.

"Mukanya panik gitu?"

Mayra menggeleng. Lagi.

"Mikir aneh-aneh?"

Mayra menggeleng. Lagi.

"Terus kenapa?"

"Gue ...."

Fero mengangkat satu alisnya.

"Gue ... masa gue mikirnya aneh-aneh sih Fer? Gue pikir lo mau ngelakuin sesuatu yang tak senonoh ke gue," cicit Mayra, kepalanya ia tenggelamkan di lengan Fero. Sumpah Mayra malu sekali!

Bukannya melakukan hal yang dibayangkannya, Fero justru melepaskan jaket Aldi yang masih melingkar di pinggangnya dan menggantinya dengan sweater miliknya yang dipakaikan langsung di tubuh Mayra yang panjangnya sepaha lebih, dapat menutupi noda merah yang ada di roknya.

Fero tertawa, ia tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan Mayra. Semesum itukah dirinya sehingga Mayra memikirkan hal yang aneh-aneh tentangnya?

Kamu lupa Fero. Saat pertama kalian bertemu, bukankah kamu langsung menciumnya?

"Kalau gue mau, gue gak balak lakuin di taman yang rame kayak gini. Tapi di ruangan yang lebih tertutup, biar gak ada yang denger," ucap Mayra tepat di telinga Mayra.

Mayra melotot kesal, ia menjauhkan tubuhnya dari Fero. "Sinting!"

Mayra melotot kesal, ia menjauhkan tubuhnya dari Fero. "Sinting!"

Fero semakin tertawa keras, ia hanya bercanda. Ternyata ada hal yang dapat membuat Mayra malu. Ia kira urat malu Mayra memang putus tak menyisakan apapun. Ternyata masih ada beberapa helai yang tertinggal.

"Ngapain lo ngajak gue ke sini?" tanya Mayra mengalihkan pembicaraan. Ia malu sekali kawan. Jangan dibahas lagi, jangan baca part sebelumnya.

Fero berdehem dan menyerahkan makanan milik masing-masing. "Gue mau ngomong."

"Dari tadi juga ngomong," ucap Mayra sambil membuka sterofoam lumpia basah miliknya.

"Bukan. Gue mau minta maaf."

Mayra menatap Fero tepat di matanya. Ia mengerti Fero meminta maaf atas hal apa, tapi  ...  Ia ingin sedikit menjaili Fero. Biasanya ia akan selalu menjadi sosok yang pengertian untuk segala tingkah Fero. Namun untuk kali ini, ia ingin Fero sedikit berusaha.

"Minta maaf?" tanya Mayra datar.

Fero mengangguk.

"Emang lo ngapain?"

Fero bergerak dengan gusar. Ia bingung ingin berkata apa, karena jujur ia belum pernah ada di posisi ini. Lalu ...  perkataan Tino tadi terngiang di kepalanya.

"Jadi cowok jangan gengsi."

Oke. Fero akan praktekan.

"Gue minta maaf soal yang tadi. Gue ... gue udah nuduh lo. Sorry," ucap Fero pelan.

Mayra rasanya ingin tertawa melihat ekspresi Fero yang menggemaskan—kebingungan, takut, juga malu bercampur aduk di wajah si bule.

"Lo maafin gue kan?"

Mayra bergeming saja. Ia seolah hanya peduli pada makanan miliknya, tak menggubris Fero sama sekali.

Fero menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kenapa Mayra malah mengacanginya? Apakah karena lumpia basah yang dimakannya itu lebih menarik darinya? Kalau seperti itu lebih baik ia singkirkan saja makanan berbahan toge itu, meresahkan sekali.

"Fero! Lo ngapain sih?!"

Mayra melotot pada Fero. Bagaimana gak melotot, Fero dengan seenak jidatnya mengambil lumpia basah yang sedang dimakannya dan melemparnya ke tong sampah. Menyebalkan sekali! Apakah Fero punya masalah dengan si lumpia basah? Lantas kenapa Fero juga membelinya?!

"Gue gak suka," ucap Fero datar.

"Lo ... " Mayra menghela napas panjang. Yang tadinya ingin menjaili, sekarang malah kesal beneran, "lo gak suka gue makan lumpia basah? Kenapa lo gak bilang dari tadi, kalau lo punya masalah sama si lumpia basah bilang! Apa masalahnya?"

"Gue gak suka lo cuma merhatiin makanan itu kalau gue lagi ngomong sama lo."

Mayra mendelik tajam, "Emang lo siapa mau gue perhatiin?"

...———...

"Saya tidak suka putri saya dekat dengan anak Anda," ucap seorang pria yang berusia lima puluh tahun itu.

"Anda tidak berhak mengatur mereka, terserah mereka. Baik Fero maupun Mayra sudah besar, mereka berhak menjalani kehidupan sesuai keinginannya masing-masing," balas pria yang lebih muda darinya.

"Mereka memang sudah besar, tapi saya tidak mau putri saya dalam bahaya."

"Memangnya Anda selama ini selalu ada untuknya sehingga mengkhawatirkannya sedemikian rupa?"

Ayah dari empat orang anak itu terdiam. Tak bisa lagi membalas perkataan pria yang merupakan mantan kekasih istrinya.

"Lihat? Anda tak bisa menjawab. Itu saja sudah membuktikan bahwa Anda memang tidak tau apapun soal putri Anda."

"Gue punya alasan, lo gak akan ngerti Ando," ucap Kriss tajam. Ia tak lagi menggunakan kesopanannya. Baik dulu maupun sekarang Ando selalu menyebalkan.

"Apa yang gue gak ngerti?" Tanya Ando datar.

Kriss menatap Ando dengan tajam. Keduanya ada di kantor milik Ando, Kriss langsung mendatanginya. Ingin mengucapkan beberapa patah kata padanya.

"Semua masalah keluarga gue dimulai dari lo, sejak lo pacaran sama Mauren."

Ando mengernyitkan alisnya tak mengerti. "Apa?"

Kriss berdiri sambil kembali merapihkan jasnya. "Saya sangat berterima kasih karena Anda sudah menolong putri saya beberapa hari yang lalu. Dan ingat, jangan biarkan putra Anda mendekati putri saya."

Setelah mengucapkan itu Kriss keluar dari ruangan Ando. Tapi ....

"Apakah karena Anda masih cemburu pada saya dan Mauren? Mauren sudah meninggal, Anda tak perlu cemburu lagi."

Krisa memegang handel pintu depan erat, lalu berucap, "Mauren tak pernah meninggal."

...———...

Emang lo siapa mau gue perhatiin?

Emang lo siapa mau gue perhatiin?

Emang lo siapa mau gue perhatiin?

Fero langsung terdiam kaku. Benar. Memangnya siapa dirinya ingin diperhatikan oleh Mayra? Teman kah? Mereka berdua tak bisa dibilang teman, mana ada teman yang berciuman di awal pertemuan? Orang pacaran saja tak akan ada yang berciuman di awal pertemuan, lantas apa hubungan mereka berdua?

Tanyakan pada dirimu sendiri Fero, apa hubungan yang kau inginkan bersama Mayra?

"Gue mau jadi orang yang lo perhatiin."

Mayra mengangkat alisnya. Ada apa dengan Fero? Kok ngomongnya ngawur? Mau bercanda? Tapi kok mukanya itu lempeng abis?

"Gue mau jadi orang yang selalu ada saat lo butuhin."

Mulai geser nih otaknya si bule. Makin lama makin halu.

"Gue mau jadi orang yang lo repotin."

Fiks, Fero otaknya ketinggalan di tukang lumpia basah. Mayra harus mengambilnya dengan segera. Karena kalau tidak segera diambil, pasti Fero makin ngawur.

"Eh, lo mau kemana?" tanya Fero heran. Apakah ucapannya ada yang aneh sehingga Mayra memilih pergi?

"Mau ngambil otak lo," ucap Mayra sambil berusaha melepaskan cekalan Fero di pergelangan tangannya.

"Diem."

Mayra kembali duduk dan cemberut. Fero ini gimana sih, Mayra baik mau ngambilin otaknya malah disuruh diem kan nyebelin.

"Lo ngerti gak apa yang gue omingin?"

"Lo ngomongnya ngawur, gue gak percaya."

Fero memegang kedua bahu Mayra dan menariknya agar menghadapnya sepenuhnya. "Liat mata gue."

Mayra melihat kedua bola mata Fero dengan seksama. Ia bisa melihat mata bernetra coklat itu, hanya ada kejujuran di dalam sana, jadi ....

"Lo ngerti maksud gue tanpa harus gue omongin lagi kan?"

Mayra mengerjap pelan. "Gue ... gue ngerti. Tapi .... "

"Tapi apa?"

"Gue Bingung."

"Bingung kenapa?"

"Gue masih ragu," ucap Mayra pelan.

Fero menarik napas. "Gue juga, tapi gue mau mencoba. Kita bisa coba."

"Hubungan bukan buat dijadiin ajang percobaan Fero," ucap Mayra tajam.

"Kita sendiri gak tau apa yang sekarang kita lakuin, sekarang kita coba—ralat, kita jalanin semua ini tapi dengan sebuah hubungan yang jelas."

———

1
Curtis
Terharu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!