Gabriella anashtasia
Nona muda kaya yang harus menggantikan posisi sang kakak untuk menjadi CEO Tanwarin Corp.
Dalam tugasnya, Gabriella mendapatkan ancaman dari orang orang yang ingin menjatuhkannya.
Suatu kejadian membuat Gabriella bertemu dengan Akin, seorang pria tangguh dan berani.
Pertemuan yang membuat Akin mendapat tawaran menjadi seorang bodyguard untuk menjaganya.
Karena suatu keadaan,membuat Akin harus menerima tawaran itu dengan suatu persyaratan yang dia berikan.
Akankah perjalanan Akin menjadi seorang bodyguard akan segampang itu???
Apakah dia akan sanggup bertahan menjadi seorang bodyguard dalam keluarga yang penuh ancaman???
Akankah akan tumbuh cinta diantara nona muda dan bodyguardnya???
Ikuti terus keseruan Akin, bodyguard yang harus sabar menghadapi keluarga nona mudanya.
Kisah ini mengandung perselisihan antar dua keluarga yang berbeda pendapat.
salam Sijack🥰.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sijack, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 34: Hutan(2)
Akin dan Gabriella kembali melangkah memasuki hutan mengikuti arahan Akin. Hari sudah menjelang siang. Terik matahari mulai menyengat dikulit mereka.
"Akin,Mau sampai kapan kita berjalan seperti ini!!"
Keluh Gabriella sambil menghentikan langkah kakinya.
"Aku hauss!!" Keluhnya lagi.
Berjalan terlalu lama didalam hutan tanpa minum dan makan membuatnya kehilangan energinya. Apalagi dia belum minum sama sekali dari semalam.
Akin menoleh kearah Gabriella yang sudah tertunduk lemas.
"Kita harus menemukan sungai." Ucap Akin tiba tiba.
Mendengar itu Gabriella mengangkat kepalanya menatap Akin dengan tatapan bertanya tanya.
"Untuk apa kita mencari sungai???"
Seketika Gabriella melotot setelah menebak apa yang mau dilakukan Akin disungai.
"Jangan bilang...."
"Ya,kita akan minum air sungai." Akin menjawab dengan santai. Tidak sadar bahwa Gabriella sudah melongo mendengar idenya.
"Tidak,aku tidak mau minum air sungai!!" Tolaknya tidak setuju dengan ide yang diberikan Akin.
Bagaimana kalau dia sakit perut nanti???
Atau hal yang lebih parah lagi??
Gabriella tidak mau jika itu sampai terjadi,apalagi sekarang mereka didalam hutan.
Siapa yang akan menolongnya nanti??
"Apa anda mau mati kehausan dihutan ini???"
Gabriella terdiam sambil menggelengkan kepalanya.
Dua pilihan yang sulit baginya.
"Yasudah,makanya kita cari sungai. Hanya itu saja yang dapat menolong kita. Daripada kita mati konyol hanya gara gara kehausan."
Setelah berucap sepertu itu Akin kembali menarik tangan Gabriella untuk mengikuti langkahnya.
Mereka semakin memasuki hutan untuk menemukan sungai untuk bertahan hidup.
Akin tiba tiba menghentikan langkahnya membuat Gabriella otomatis ikut berhenti disampingnya.
"Ada apa??" Tanya Gabriella dengan tatapan herannya. Dia melihat Akin memasang telinga seakan akan mendengar sesuatu.
"Anda dengar,Nona??? Itu seperti suara air mengalir." ucap Akin antusias dengan raut sumringah. Merasa perjalanan mereka sejauh ini tidak sia sia.
Akin semakin menajamkan pendengarannya untuk memastikannya lagi.
Gabriella mengikuti apa yang dilakukan Akin.
"Tidak ada." Jawab Gabriella. Dia benar benar tidak mendengar apapun.
Setelah Akin yakin bahwa itu suara sungai dia segera menarik tangan Gabriella lagi.
"Kok aku tidak mendengarnya." Gumam Gabriella.
Gabriella kembali mengikuti langkah Akin karena tangan mereka yang diborgol menjadi satu.
Akin mulai mengikuti instingnya dan berjalan menuju bunyi yang didengarnya.
Hingga tak terasa apa yang didengar nya tidaklah salah.Terlihat sungai yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.
"Akhirnya kita menemukan sungai!!" Akin memekik senang. Apa yang dicarinya benar benar ketemu.
Gabriella hanya terdiam tidak seantusias Akin. Dia masih ragu untuk meminum air sungai itu.
Akin kembali melangkah dengan Gabriella yang mengikutinya dibelakang. Gabriella hanya pasrah mengikuti Akin. Memang tidak ada cara lain untuk bertahan hidup selain meminum air itu.
Keduanya sampai dipinggir sungai yang mengalir tidak terlalu deras. Hanya sebuah sungai kecil yang terdapat batu batu berukuran sedang disekitarnya.
Tanpa menunggu lama Akin segera meminum air sungai itu tanpa rasa jijik sama sekali. Gabriella hanya mengerutkan keningnya melihat apa yang dilakukan Akin.
"Akkhhh... segarnyaaa!!"
Akin puas dengan meminum air sungai itu. Hilang sudah dahaga yang ditahanya sejak semalam.
Akin menoleh kearah Gabriella yang masih berdiri sambil menatapnya saja.
Akin paham dengan tatapan yang diberikan nona mudanya itu.
"Anda tidak perlu jijik,Nona. Lihatlah airnya bersih!! Tidak ada yang perlu ditakutkan."
"Benarkah??"
Gabriella menjawab dengan ekspresi yang masih sama.
Akin mengangguk meyakinkan. Setelah berpikir sejenak Gabriella ikut menundukkan dirinya dan mengambil air sungai itu dengan tangannya yang tak diborgol. Dia menatap air yang berada ditangannya sejenak sebelum meminumnya. Hingga akhirnya air itu masuk juga kedalam mulutnya. Gabriella meneguk air itu dengan terpaksa sambil menutup kedua matanya.
Setelah merasa air itu sudah masuk sempurna kedalam tenggorokannya Gabriella kembali membuka matanya dan mengedipkan matanya.
"Bagaimana???" Tanya Akin menebak lewat ekspresi nona mudanya.
"Tidak buruk" seru Gabriella.
Setelah mengucapkan itu Gabriella kembali mengambil air itu dan meminumnya. Akin terkekeh melihat nona mudanya yang minum seperti orang rakus. Akin menggeleng pelan melihat tingkah nonanya. Untuk minum saja nonanya harus berpikir terlebih dahulu.
"Wahhh...akhirnya tenggorokanku sudah tidak kering." Ucap Gabriella setelah puas memanjakan tenggorokannya dengan minum.
Saat ini posisi Gabriella sedang berjongkok. Sedangkan Akin sudah berdiri sambil menatap nona mudanya.
"Sepertinya kita tidak bisa keluar dari sini sekarang." Ungkap Akin membuat Gabriella menatapnya dengan tatapan bertanya tanya.
"Kenapa???" Aku tidak mau berlama lama disini!!"
Saut Gabriella. Bermalam dihutan bukanlah hal yang pernah terbayang olehnya. Meskipun banyak orang yang ingin menyingkirkannya,tapi tidak pernah sampai membuatnya tersesat didalam hutan seperti ini.
"Nona,sekarang sudah sore. Tidak memungkinkan kita mencari jalan keluar kalau sudah malam. Lebih baik kita mencari tempat untuk bermalam saja." Usul Akin.
Gabriella berpikir sejenak. Logikanya mulai kembali. Benar kata Akin,jika mereka mencari jalan keluar malam hari itu tidak memungkinkan dan juga lebih beresiko.
"Baiklah,aku setuju denganmu. Tapi kita mau bermalam dimana??"
Itulah yang dipikirkan Akin sekarang. Dimana mereka akan beristirahat???.
"Sepertinya jika kita berjalan sedikit lagi mungkin kita akan menemukannya." Ucap Akin.
Gabriella mengangguk pertanda setuju dengan Akin. Sekarang dia hanya akan mengikuti Akin saja. Terlalu lama berjalan membuatnya lelah sehingga sudah tidak dapat berpikir lagi.
Keduanya kembali berjalan untuk menemukan tempat bermalam didalam hutan itu.