NovelToon NovelToon
Cerita Kita

Cerita Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Idola sekolah
Popularitas:630
Nilai: 5
Nama Author: cilicilian

kisah cinta anak remaja yang penuh dengan kejutan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cilicilian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada apa?

Di dalam kelas, Dara duduk di bangkunya, memandangi papan tulis yang masih bersih. Pikirannya melayang, mengingat kejadian tadi pagi saat ia bertemu Zian. Ia merasa frustasi, entah setan apa yang merasukinya sampai-sampai ia mengajak Zian untuk makan siang bersama di kantin. Ia benar-benar tidak suka dengan Zian, namun entah kenapa ia malah setuju untuk makan siang bersamanya. Ia merasa bodoh dan gemas pada dirinya sendiri.

Tanganya mengusak rambutnya dengan kasar, mencoba untuk menenangkan dirinya. "Kacau lo, Ra! Padahal gue lagi nggak mood buat makan sama Zian! Bisa-bisanya ngajak Zian buat makan siang?" Dara bergumam, suaranya terdengar frustasi. Ia merasa sangat bodoh dan menyesal telah setuju untuk makan siang bersama Zian.

Dara menelungkupkan wajahnya di atas lipatan kedua tangannya, merasakan keputusasaannya. Ia merasa sangat frustasi dan tidak tahu harus berbuat apa Di saat itu juga, Andra muncul di ambang pintu kelas, memperhatikan Dara yang sedang gusar. Ia melihat Dara yang sedang menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya. Ia merasa khawatir pada Dara. Ia ingin menenangkan Dara.

Tangan Andra terulur, merapihkan rambut Dara yang sedikit berantakan. "Masih pagi, bukannya rapih, lihat rambut kamu udah kayak sarang burung," ujarnya, mencoba untuk mencairkan suasana dengan sedikit ledekan. Ia tersenyum singkat, menunjukkan bahwa ia hanya bercanda.

Dara menatap Andra, wajah keduanya sangat dekat. Di dalam hatinya, ia merasa sedikit terpesona dengan ketampanan Andra yang terlihat lebih jelas dari jarak sedekat ini. "Ternyata Andra tampan juga kalau dilihat dari dekat," gumamnya dalam hati.

Sementara itu, Dela dan Sella baru saja memasuki kelas dan melihat pemandangan yang cukup mengejutkan. Mereka melihat Andra yang sedang merapihkan rambut Dara.

Keduanya terlihat sangat dekat, menciptakan suasana yang sedikit romantis. "Masih pagi kali jangan pacaran dulu" Sella menegur mereka, suaranya terdengar menyindir. Teguran Sella membuat Dara dan Andra terkejut dan langsung salah tingkah.

Andra segera melepaskan tangannya dari rambut Dara, sedangkan Dara buru-buru memalingkan wajahnya, mencoba untuk menetralkan raut wajahnya yang tampak gugup. Ia merasa sedikit malu karena telah dipergoki oleh Dela dan Sella.

Dela dan Sella duduk di depan Dara. Mereka menatap Dara dan Andra secara bergantian, tatapan mereka menunjukkan rasa penasaran. "Ada hubungan apa lo berdua?" Dela bertanya, suaranya terdengar tidak suka.

"Hubungan apa? Nggak ada apa-apa," Dara menjawab dengan wajah datar, mencoba untuk menutupi rasa gugupnya. Ia merasa sedikit risih dengan pertanyaan Dela.

Sella mendekat ke arah wajah Dara, mencoba untuk melihat apakah ada kebohongan di wajah Dara. "Lo nggak bohong, kan?" tanyanya, suaranya terdengar sedikit curiga. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Dara dan Andra. Ia merasa perlu untuk mengorek informasi lebih lanjut. Ia sangat penasaran dengan hubungan Dara dan Andra.

Dara menggelengkan kepalanya, mencoba meyakinkan Dela dan Sella. "Emang hubungan apa? Gue sama Andra cuma temen," jelasnya, suaranya terdengar sedikit tergesa-gesa. Ia merasa sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan Dela dan Sella.

Sella dan Dela mengerutkan dahi mereka, tampak tidak percaya dengan penjelasan Dara. "Temen?!" jawab mereka berdua bersamaan, nada suara mereka menunjukkan keraguan. Mereka berdua tahu betul bahwa Dara tidak mudah berteman dengan orang lain.

"Lo bilang Andra temen lo?" Dela bertanya lagi, suaranya terdengar penasaran. Ia masih belum yakin dengan penjelasan Dara.

Dara menganggukkan kepalanya, mencoba untuk tetap tenang. "Iya, cuma temen."

"Waktu pertama kali lo lihat Andra kayak musuh deh, sekarang malah bilang temen," Dela kembali bertanya, suaranya terdengar sedikit penasaran. Ia masih mencurigai adanya hubungan spesial antara Dara dan Andra. Perubahan sikap Dara yang begitu drastis membuatnya semakin curiga.

Sella dan Dela sama-sama tahu bahwa Dara bukanlah tipe orang yang mudah berubah. Kemarin Dara terlihat sangat tidak suka dengan Andra, bahkan bisa dibilang sangat membencinya.

Namun, hari ini Dara mengatakan bahwa Andra adalah temannya. Perubahan sikap Dara yang begitu drastis membuat mereka berdua semakin penasaran dan curiga. Mereka berdua saling berpandangan, keduanya sama-sama berpikir bahwa pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Dara dan Andra.

Andra yang sedari tadi hanya terdiam, kini menatap Dela dan Sella. Ia merasa sedikit kesal dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang terus-menerus mengorek hubungannya dengan Dara. "Memang kenapa? Manusia juga bisa berubah, kali," ujarnya, suaranya terdengar sedikit ketus. Ia merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Dela dan Sella.

"Eh, biji salak! Lo racunin apa temen gue sampe mau deket-deket sama lo?!" Sella tiba-tiba menuduh Andra, tatapan matanya tajam dan penuh curiga. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Andra.

Andra tampak berpikir sejenak, kemudian menjawab dengan santainya. "Emmm, racunin perhatian sama kasih sayang aja, sih," ujarnya, nada bicaranya terdengar sedikit menggoda. Ia sengaja menjawab dengan sedikit bercanda untuk mengalihkan pertanyaan Sella.

Dela dan Sella langsung merasa muak mendengar jawaban Andra yang terdengar lebay. "Huek!" keduanya bereaksi dengan ekspresi jijik. Jawaban Andra memang terdengar sedikit berlebihan dan tidak masuk akal. Namun, di balik jawabannya yang bercanda, tersimpan sebuah kebenaran yang tersirat. Ia memang telah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada Dara, dan hal itulah yang membuat Dara berubah sikap terhadapnya.

Bel masuk berbunyi, menandakan dimulainya jam pelajaran pertama. Hari ini, mata pelajaran pertama mereka adalah olahraga. Ketiganya, Dara, Dela, dan Sella, bersiap untuk menuju lapangan.

"Males banget gue. Tulang-tulang gue belum siap buat olahraga," Dara mengeluh, wajahnya tampak lesu. Ia terlihat kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran olahraga.

Ketiganya berjalan menuju lapangan, namun tanpa mereka sadari, Andra diam-diam mengikuti mereka dari belakang.

"Makanya lo dibanyakin olahraga biar tumbuh ke atas," Sella mengejek Dara, nada suaranya terdengar sedikit menggoda.

Dara melirik Sella dengan tajam. "Tajem banget omongan lo…" balasnya, suaranya terdengar sedikit kesal.

"Eh, ngomong-ngomong kemarin abang gue nanyain lo, tahu, Ra. Katanya lo di-telepon nggak aktif? Lo juga kemarin nggak berangkat," Dela menambahkan, suaranya terdengar sedikit khawatir. Ia tahu bahwa Dara sedang memiliki masalah.

Dara mengubah raut wajahnya menjadi datar, mencoba untuk menyembunyikan perasaannya. "Nggak papa. Gue lagi pengin me time aja." ujarnya, suaranya terdengar dingin. Ia mencoba untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan mereka. Ia merasa tidak ingin bercerita tentang masalahnya.

"Idih, sok-sokan me time lo. Kadang aja lo ngeluh ke abang atau minta ke kita buat ditemenin. Tumben banget ngomong me time." Sella berkata, suaranya terdengar sedikit heran. Ia merasa bahwa Dara sedang menyembunyikan sesuatu.

Dara mempercepat langkahnya, meninggalkan Dela dan Sella yang masih saling berpandangan. "Dara kenapa, Sell?" Dela bertanya, suaranya terdengar heran. Ia merasa aneh dengan sikap Dara yang tiba-tiba pergi begitu saja.

Sella mengangkat bahunya, menunjukkan bahwa ia juga tidak tahu apa yang terjadi pada Dara. "Nggak tahu, Del. Gue juga bingung, emang ada yang salah, ya, sama omongan gue?" tanyanya, suaranya terdengar ragu-ragu. Ia merasa mungkin ada sesuatu yang salah dengan ucapannya yang membuat Dara kesal.

Dela menggelengkan kepalanya. "Kayaknya nggak, Sell. Atau mungkin Dara lagi datang bulan, ya? Makanya dia sensitif banget." ujarnya, mencoba untuk menebak apa yang terjadi pada Dara. Ia menduga bahwa Dara sedang mengalami masa menstruasi dan karena itulah ia menjadi lebih sensitif.

Dari belakang, Andra mempercepat langkahnya, mengejar Dara yang sudah berjalan cukup jauh. Ia merasa khawatir dengan Dara. Ia ingin memastikan bahwa Dara baik-baik saja.

Andra terus mempercepat langkahnya hingga ia berhasil mendekati Dara. Ia mencekal lengan Dara, mencegah Dara untuk pergi lebih jauh. Ia melihat Dara hendak pergi ke lantai atas, tempat yang biasanya digunakan untuk menghindari kegiatan sekolah.

"Mau ke mana, Ra? Ini udah mau dimulai jam olahraganya," Andra bertanya, suaranya terdengar sedikit khawatir. Ia tidak ingin Dara membolos pelajaran.

Dara menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Andra. Air mata mulai membasahi pipinya. "Gue mau ke atas, Dra, Mau bolos," ujarnya, suaranya terdengar lirih dan sedikit terisak. Entah kenapa saat ini hatinya merasa lelah.

Andra melihat Dara menangis, perasaannya langsung khawatir. "Ra, kalau pikiran kamu sedang kacau lebih baik kamu ke UKS aja, ya?" ujarnya, suaranya lembut dan penuh perhatian. Ia ingin Dara pergi ke UKS untuk menenangkan diri.

Dara menghapus air matanya. "Nggak jadi, deh, Dra. Gue mau ikut olahraga aja. Biar pikiran gue tenang," ujarnya, suaranya terdengar sedikit lebih tenang. Ia memutuskan untuk tetap mengikuti pelajaran olahraga. Ia berharap dengan berolahraga, ia bisa melupakan masalahnya sejenak.

"Emang nggak papa, Ra?" Andra bertanya lagi, menunjukkan rasa khawatirnya. Ia ingin memastikan bahwa Dara benar-benar baik-baik saja. Ia ingin Dara merasa nyaman dan aman bersamanya. Ia ingin selalu ada untuk Dara, mendukung dan menemani Dara melewati masa-masa sulitnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!