Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 23
Sandra dan Mama Reni mengunjungi sebuah butik ternama. Membeli beberapa pakaian untuk sang Mama. Sang Mama sedang sibuk bersama beberapa pekerja butik, melihat lalu memiliki pakaian yang cocok dengannya.
"Kau di sini?."
Sandra menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari belakangnya. "Ibu Juwita?."
"Iya, aku mau menemui sahabatku?."
"Kau sendiri?."
Sandra menunjuk ke arah Mamanya yang diikuti Juwita dan dia mengerti.
"Kau ada waktu?."
"Ada."
"Bisa kita bicara?."
"Baik."
Lalu mereka meninggalkan butik, duduk di sebuah cafe yang berada tepat di depan butik. Jadi Sandra bisa melihat sang Mama dari tempatnya. Dua cangkir kopi panas telah terhidang, keduanya masih saling diam. Setelah beberapa menit barulah Juwita yang pertama kali bicara.
"Kau tidak mencintai Damian?."
Sandra segera menggeleng sembari tersenyum.
Juwita menatap tajam mata Sandra. "Lalu apa yang kau lakukan bersamanya? Menjalin hubungan di belakangku."
Walau salah tapi Sandra tidak gentar membalas tatapan Juwita. Karena sekarang dia benar-benar pergi dari hidup Damian. "Saya minta maaf, itu kesalahan saya bukannya Pak Damian."
Juwita tersenyum. "Tidak mungkin kau tidak memiliki perasaan pada Damian. Dia pria tampan, baik, penyayang."
Sandra menggeleng, menegaskan dirinya tidak memiliki perasaan yang dikatakan Juwita. "Saya hanya bersenang-senang saja."
Sanggah Juwita tidak kalah tegas. "Tapi kau membalas ciumannya penuh perasaan, segalanya terlihat di sana."
Kini Sandra terdiam, tidak bisa mengatakan apa-apa lagi karena dia memang sangat mencintai Damian.
Juwita kembali tersenyum. "Kalau kau mencintai Damian kenapa mau menikah dengan Leo?."
"Tentu saja karena saya mencintainya."
"Benarkah?."
"Hmmm."
Juwita membatin. "Tapi Damian sangat mencintai dirimu.
Juwita dan Sandra kembali lagi ke butik lalu Mama Reni mengajak putrinya pulang karena sudah mendapatkan apa yang dibutuhkannya.
Sepulangnya dari butik Sandra melamun di dekat jendela apartemennya. Tidak menyesal dengan apa yang telah diputuskannya. Tapi cintanya pada Damian yang belum sedikitpun berkurang. Perasaannya masih terkurung pada pria beristri itu.
Mama Reni mendekati Sandra lalu ikut duduk di sebelah putrinya. "Tadi itu istrinya Damian?."
"Iya, Ma."
"Apa yang kalian bicarakan?." Apa dia memarahimu?."
Sandra menggeleng sembari menatap wajah Mamanya. "Aku malu telah menyakitinya, dia perempuan yang sangat baik."
"Syukur kalau kau menyadarinya dan sekarang lebih baik kau fokus pada pernikahanmu dan Leo. Jangan mengecewakan pria baik itu."
"Aku tahu, Ma."
*
Kebahagiaan Leo dan Sandra sudah berada di depan mata, hanya tinggal dua hari lagi mereka akan melangsungkan pernikahan. Semua persiapan sudah selesai dan mereka hanya tinggal duduk manis saja.
"Aku deg-degan."
Sandra menimpali. "Aku juga."
Keduanya pun tertawa pelan.
Drt Drt
Tawa Leo masih terlihat kala menerima telepon dari Pak Arya. Namun sedetik kemudian tawa itu menghilang sampai sambungan telepon berakhir. Leo masih terdiam dengan pikiran yang cukup mengganggunya. Sentuhan lembut Sandra pada tangan Leo menyadarkannya. Dia pun menatap Sandra, dengan tatapan matanya perempuan itu menanyakan ada apa.
Leo segera menggeleng dengan senyum yang sedikit dipaksakan. "Tidak ada apa-apa, aku baik-baik saja. Ini hanya telepon biasa."
Sandra ikut tersenyum namun masih ada yang mengganjal di dalam hatinya. Tapi dia tetap bungkam, menunggu Leo yang mengatakannya sendiri.
"Aku harus pulang."
"Iya, kau hati-hati."
"Jaga diri baik-baik."
Leo bangkit lalu meraih tangan Sandra. Sandra pun ikut bangkit dan mengikuti Leo sampai pintu.
"I love you, Sandra."
Sandra hanya tersenyum karena tahu belum bisa membalas perasaan Leo. Leo pun pergi sembari menutup pintu apartemen.
Keesokan paginya.
Leo dan Pak Arya sudah bertemu di bandara, mereka akan melakukan perjalanan bisnis untuk hari ini saja sebelum besok Leo cuti menikah. Leo tidak bisa menolak ajakan Pak Arya karena pria itu sudah memberikan uang yang sangat banyak untuk membantu pernikahannya dengan Sandra.
"Maaf, kau jadi harus mengundurkan cutimu."
"Tidak apa-apa, Pak Arya."
"Kita tidak lama, hanya beberapa jam saja."
"Iya, Pak."
Beberapa jam kemudian.
Leo dan Pak Arya sudah berada di kota Batam, mereka langsung ke tempat tujuan. Di sana memang sudah ada beberapa orang yang menunggunya. Pembicaraan pekerjaan pun terjadi, lancar dan tidak ada masalah. Hingga Pak Arya dan Leo memutuskan untuk kembali pada hari itu juga.
Pak Arya memilih sebuah hotel yang letaknya tidak jauh dari bandara supaya memudahkan keberangkatan mereka.
"Kita bisa istirahat di sini sebelum nanti sore terbang."
"Baik, Pak."
Leo duduk dan segera membuka ponselnya. Dia menghubungi Sandra yang beberapa kali mengirimkan pesan padanya.
"Maaf aku baru buka ponsel."
"Tidak apa-apa."
"Kau di mana?."
Leo terdiam sejenak sebelum akhirnya dia jujur pada Sandra.
"Maaf."
Sandra tertawa pelan. "Tidak apa-apa, aku tahu dirimu sangat bertanggung jawab terhadap pekerjaan."
"Mungkin nanti malam kau tiba di rumah."
"Iya, kau hati-hati."
"Iya, Sandra sayang."
Sandra dan Leo mengakhiri obrolan itu dengan tawa bahagia.
Senyum Sandra belum pudar dari wajahnya, walau belum bisa mencintai Leo tapi dia sudah merasa bahagia dengan keberadaan pria yang akan menjadi suaminya itu. Tapi sayang senyum itu dengan cepat pergi dari wajah Sandra kala melihat kebersamaan Damian, Aurora dan Juwita yang melintas di depan matanya. Dia terdiam dengan hati yang sangat sakit.
Mama Reni datang menghampiri dengan membawa makanan. "Sudah lupakan pria itu. Dia sudah bahagia bersama keluarganya. Sekarang kau juga harus bahagia dengan Leo, pria itu sangat baik."
"Iya, aku tahu tapi rasanya sangat sakit."
"Hmmm, tapi kau harus bisa menguasai perasaanmu."
Sandra menghela napas panjang.
Mama Reni dan Sandra segera menghabiskan makanannya setelahnya mereka berjalan-jalan sebelum mall tutup. Di keramaian itu mereka kembali bertemu saat Damian dan Sandra berada di tempat penjual es krim. Mereka tidak saling bertegur sapa, bertingkah seolah tidak saling mengenal.
Penjual es krim pun bertanya pada mereka. "Kau mau rasa apa Pak, Bu?."
Jawab keduanya. "Vanilla."
Kemudian mereka saling terdiam lagi, hanya senyum manis dari si penjual es krim.
"Ucap keduanya bersamaan." Punyaku ukuran large."
"Kalian seperti sepasang kekasih saja."
Barulah Damian dan Sandra saling menoleh, sejenak menatap wajah satu sama lain.
Damian buka suara. "Sebenarnya ada yang mau saya bicarakan."
"Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan."
Damian memegangi tangan Sandra. "Ini sangat penting dan kau harus tahu."
"Sandra melepaskan tangannya. "Aku tidak mau tahu."
Mereka pun kembali bersitatap sebelum penjual es krim memberikan pesanan mereka.
"Papa."
Aurora datang di tengah mereka kemudian Sandra segera pergi dari sana. Kembali hatinya semakin sakit. Mood Sandra menjadi sangat buruk setelah bertemu dengan Damian dan keluarga kecilnya. Dia menjadi lebih sensitif, mungkin juga karena pernikahannya yang sudah di depan mata.
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫