"Ketimbang jadi sadboy, mending ajarin aku caranya bercinta."
Guyonan Alessa yang tak seharusnya terucap itu membawa petaka.
Wanita sebatang kara yang nekat ke Berlin itu berteman dengan Gerry, seorang pria sadboy yang melarikan diri ke Berlin karena patah hati.
Awalnya, pertemanan mereka biasa-biasa saja. Tapi, semua berubah saat keduanya memutuskan untuk menjadi partner bercinta tanpa perasaan.
Akankah Alessa dapat mengobati kepedihan hati Gerry dan mengubah status mereka menjadi kekasih sungguhan?
Lanjutan novel Ayah Darurat Untuk Janinku 🌸
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Tak Bisa Kubayangkan
...“Aku nggak bisa membayangkan kalau Alessa pergi meninggalkan aku.” — Gerry Anderson...
Hari demi hari berlalu. Alessa memutuskan untuk membatalkan honeymoon mereka selama di Indonesia. Mereka akan honeymoon saat Alessa sudah menjalani operasi tuba falopi yang tersumbat. Dan Gerry menyetujui permintaan istrinya.
Hari ini, semua keluarga besar Harrison berdiri di teras rumah dengan perasaan sedih. Melepaskan Alessa dan Gerry tentu saja membuat rumah itu kehilangan dua orang yang baru saja datang.
“Sering-sering kembali ke Jakarta ya,” ucap Katty sambil matanya berair. Ia memeluk Alessa dengan perasaan yang bahagia. Memeluk Alessa saat itu seperti sedang memeluk anak menantunya, karena Gerry yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.
Alessa mengangguk pelan. Tak ada penyesalan yang ia rasakan karena datang ke rumah itu. Walaupun ada Lea, namun wanita itu hanya masa lalu dan tak mengganggu hubungannya dan Gerry. Bahkan, ia dan Lea kini semakin dekat dan bersahabat. Apalagi ada Hugo yang membuat mereka semakin lengket.
“Ntar gue bawa Lea dan Hugo ke Berlin,” ucap Luca yang tak sampai hati melihat istrinya sedih karena harus berpisah dengan Alessa.
Pagi itu, perasaan haru pun kian berlalu. Alessa dan Gerry kembali ke Berlin dan langsung mencari apartemen yang dapat mereka tempat sambil menjalani perawatan untuk Alessa. Saat datang berkonsultasi dengan dokter, kabar baiknya Alessa dapat segera melakukan operasi tanpa harus menunggu lama.
Tepat di hari Alessa akan melakukan operasi, wanita itu didorong di atas ranjang pasien menuju ke ruang operasi. Gerry dan Luther mengikuti ranjang operasi dengan perasaan yang cemas dan tentu saja sangat gelisah.
“Daddy … doakan aku,” pinta Alessa dengan mata yang berair. Tangan kanannya menggenggam erat tangan Luther.
“Iya, Sayang. Daddy tunggu kamu di luar ruang operasi. Kamu harus berjuang dengan dokter di dalam sana, ya!”
Alessa tersenyum. Kini ia melihat ke arah Gerry yang sejak tadi terdiam membisu. Pria yang sangat ia cintai itu tak dapat menutupi kekhawatirannya di depan Alessa. Alessa memegang tangan Gerry dari sebelah kiri.
“Hei, jangan sedih,” ucap Alessa lembut.
Gerry hanya diam dan tak berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk pelan dan terus berjalan membantu suster mendorong ranjang pasien di lorong rumah sakit.
“Sayang, aku nggak akan mat—”
“Jangan ucapkan kalimat itu!” Gerry langsung bersuara saat Alessa hampir mengatakan ‘mati’. Padahal, wanita itu hanya bercanda. Karena ini hanyalah operasi biasa. Bukanlah operasi yang akan mengancam nyawa.
“Aku akan baik-baik saja,” ucap Alessa sambil tersenyum.
Waktu pun berlalu. Kini Alessa sedang menjalani operasi. Luther duduk dengan cemas di kursi tunggu yang ada di depan kamar operasi. Sementara Gerry, pria itu sibuk seperti setrika panas. Ia bergerak ke sana ke sini tak tentu arah, jalan bolak balik di depan ruang operasi sambil terus melihat jam di tangannya.
“Ini sudah lebih dari satu jam!” ucap Gerry sambil duduk di samping Luther. Ia menghela nafas dengan sangat kasar karena gelisah. “Ada yang nggak beres!”
Luther memegang bahu menantunya itu. “Dia akan baik-baik saja. Anak itu kuat.”
Gerry menatap Luther yang memberikan kekuatan padanya. Tanpa sadar, airmata mengalir di pipinya. Ia tak mampu menutupi rasa takut akan kehilangan istri yang ia cintai itu. Entah kenapa, rasanya begitu sesak dan menyakitkan.
Melihat Gerry yang menangis saat itu, Luther mengerti. Airmata pria tak semudah itu keluar jika bukan karena sesuatu yang sangat berharga. Luther memeluk tubuh Gerry dan menepuk pelan punggung pria itu.
“Aku nggak bisa membayangkan kalau Alessa pergi meninggalkan aku,” isak Gerry terbawa suasana. “Padahal ini hanya operasi biasa. Tapi kecemasan yang kurasakan saat ini luar biasa membuat aku ketakutan.”
Luther menghela nafas lega. Pria yang anaknya pilih bukanlah pria sembarangan. Karena Gerry, benar-benar mencintai anaknya dengan sepenuh hati. “Dia akan baik-baik saja. Aku yakin kalian akan bahagia dan segera memiliki anak.”
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung .......
eh tapi udah punya suami Deng🤣🤣🤣
Thor lanjut ceritanya bagus banget 👏🏻👏🏻
masih banyak jaln menuju Roma..
😀😀😀😀❤❤❤❤❤
Alessa kan kak??
❤❤❤❤❤
ampuuunnn..
manis sekali lhoooo..
jadi teehura..
berkaca2..
❤❤❤❤❤❤
akhirnya mumer sendiri..
😀😀😀😀😀❤❤❤❤