Setelah tujuh belas tahun, perusahaan Wijaya Group di nyatakan bangkrut. Setiap orang mempertanyakan penyebab kebangkrutannya, tetapi pihak keluarga Wijaya merahasiakan penyebab sebenarnya pada publik.
Allandra Wijaya (23th), anak dari Andra Wijaya, yang merupakan pewaris Wijaya Group merasakan kehidupan yang jungkir balik. Dari yang serba ada menjadi tidak memiliki apa-apa, hingga pacarpun dia tidak punya. Raya meninggalkannya setelah perusahaan WG di nyatakan gulung tikar.
Perasaan bersalah karena selama ini tidak serius berlatih menjadi pewaris dan lebih menggunakan banyak waktunya untuk bermain-main, Allan berniat untuk membuat perusahaan keluarganya kembali bangkit. Saat itulah dia bertemu dengan Sabilla (28th). Wanita simpanan pengusaha kaya Suryo Saputro.
Sabilla yang kesepian dan membutuhkan seseorang yang mencintainya akhirnya meminta Allan untuk menjadi suaminya. Keduanya pun sepakat menikah. Bagaimana kehidupan pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Baik
Allan terjaga dari tidurnya. Sudah pukul tujuh lewat beberapa menit. Sabilla masih terlelap mendekapnya. Dia berhasil membuat rasa sakit yang menyerang wanita itu berkurang. Allan terus menatapnya, tanpa riasan wajah Sabilla tetap cantik. Ingin rasanya Allan mengganggu tidur istrinya, tapi mengingat semalam, lelaki itu mengurungkan niatnya. Dia bergegas turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat selesai, Sabilla belum juga bagun. Allan bergegas ke dapur dan menyiapkan sarapan praktis untuk istrinya. Roti tawar isi telur mata sapi dan sedikit selada dan tomat. Allan juga menghangatkan susu. Lelaki itu menyiapkan sarapan khusus untuk Sabilla dan membawanya masuk ke dalam kamar.
Sabilla sudah bangun, wanita itu sedang duduk bersandar pada headboard. Melihat Allan datang, Sabilla menyambutnya dengan senyuman. Lelaki itu meletakkan baki yang di bawanya ke atas nakas lalu duduk di samping istrinya.
"Selamat pagi, Sayang."
"Pagi juga, Sayang."
"Gimana keadaan kamu? Sudah baikan?" Sabilla mengangguk
"Berkat kamu, terima kasih, sudah menemaniku tidur sampai pagi. Sepertinya, tubuhku sudah terbiasa denganmu. Bahkan, rasa sakit di tubuhku hilang, saat bersamamu. Padahal, biasanya bisa sampai tiga hati, baru sembuh." Sabilla menarik lengan Allan dan mendekapnya erat. Dia menampakkan kemanjaan pada pria yang ada di sampingnya itu.
"Syukurlah kalau kehadiranku bisa membuat kamu menjadi lebih baik. Sekarang, kamu harus makan. Aku sudah siapkan sarapan buat kamu." Allan mengambil piring berisi potongan roti dan menyodorkannya pada wanita itu.
"Seharusnya aku yang siapin sarapan buat kamu, Allan. Ini tugasku sebagai istri." Sabilla mulai melahap rotinya.
"Sabilla, keadaanmu sedang tidak baik. Mana mungkin aku tega membiarkanmu membuat sarapan sendiri. Meskipun itu tugas istri, apa salahnya suami gantikan saat istrinya sedang sakit?" Allan menatap dalam istrinya di iringi senyuman yang begitu tulus. Pria itu melihat bagaimana Sabilla menikmati hasil masakannya.
"Kamu bukannya harus ke kantor?" Sabilla mengingatkan Allan tentang pekerjaannya.
"Aku sudah bilang akan telat datang. Hari ini aku harus datang ke kantor dengan Bima. Dia harus mulai berlatih, sebelum benar-benar bekerja. Papaku mau dia bekerja dengan serius. Jadi, aku harus melatihnya dulu." Allan menjelaskan.
"Kamu peduli sekali dengan sahabatmu itu. Ada cerita di balik persahabatan kalian?" Sabilla penasaran.
"Dia satu-satunya teman yang tetap berada di sisiku, saat aku terpuruk. Dia juga banyak membantuku. Karena itulah, aku berniat membantunya untuk mendapatkan pekerjaan." jelasnya.
"Ternyata begitu, memang benar-benar langka, teman yang tulus. Caramu membalas budi sudah bagus, jangan lepas teman sebaik itu, Allan. Terima kasih untuk sarapannya, ini benar-benar enak." puji Sabilla. Membuat Allan senang mendengar pujian yang di berikan oleh istrinya.
"Minum dulu susunya, keburu dingin." Allan menyodorkan gelas berisi susu hangat pada Sabilla. Wanita itu mulai meneguknya. Mendadak dia berhenti meminum, Allan yang memperhatikan dapat membaca perubahan raut wajah istrinya.
"Apa aku boleh minta tolong?" tanyanya beberapa saat setelah terdiam.
"Boleh, tentu saja boleh. Memangnya kamu mau minta bantuan aku untuk apa?" Allan mengambil gelas di tangan Sabilla yang telah habis isinya lalu meletakkan kembali ke atas baki.
"Aku baru ingat kalau pembalutku habis. Apa tidak apa-apa kalau aku minta tolong kamu untuk belikan?" tanya Sabilla ragu-ragu.
"Oh, beli pembalut..., oke aku bisa belikan sekarang. Aku bereskan ini dulu dan setelahnya aku langsung pergi ke mini market. Kamu biasanya pakai merk apa?" Allan menunjukkan sikap tenang. Tentu saja, sedikitpun dia tidak merasa keberatan untuk membelikan istrinya pembalut.
"Merk apa saja. Tolong beli varian untuk siang dan malam. Sebelumnya maaf, kalau permintaanku sedikit merepotkan." Sabilla tersipu. Dia sebenarnya sangat malu meminta Allan melakukan permintaannya itu. Allan mengulurkan tangannya, sedikit mengacak rambut Sabilla.
"Aku sudah bilang, kamu boleh memintaku melakukan apa saja. Jadi jangan sungkan." Allan meyakinkan Sabilla. Lelaki itu bisa melihat istrinya merasa nyaman dengan perlakuan yang dia berikan.
"Kalau begitu, aku pergi dulu." Allan membawa piring dan gelas kotor ke dapur dan mencucinya. Setelah itu, dia bergegas keluar untuk membeli pembalut yang di butuhkan oleh Sabilla.
Sesampainya di minimarket, Allan sedikit kebingungan memilih merk apa yang bagus. Hingga akhirnya ada seorang karyawan minimarket yang melintas dan lelaki itu menanyakan merk yang bagus dan paling banyak di pakai.
"Sst, lihat cowok tampan itu, dia mau beliin pembalut buat pasangannya. Udah ganteng, pengertian lagi, ya ampun, aku mau dong jadi pacar keduanya." ujar salah satu pengunjung. Allan pura-pura tidak mendengar pembicaraan mereka.
"Uwwu banget ya, beneran sweet banget dia. Pacarku mana mau di suruh beli begituan." komentar teman pengunjung yang melihat Allan. Lelaki itu segera bergegas ke kasir dan membayar lalu cepat-cepat keluar, agar terhindar dari pembicaraan mereka berdua.
"Allan!" secara kebetulan, Raya keluar dari mobil dan berjalan ke arah minimarket yang baru saja di kunjungi oleh Allan. Lelaki itu memandang ke arah Raya sekilas.
"Kebetulan ketemu, kamu pasti mau belanja bulanan, silakan. Aku sudah selesai dan akan pulang." Allan mengabaikan Raya, tetapi mata gadis itu terfokus pada kantong plastik yang ada di tangan lelaki itu.
"Ka-kamu beli pembalut? Buat siapa?" tanyanya kemudian, Allan berbalik dan memandang Raya dengan tatapan tidak senang.
"Aku beli apapun dan buat siapa, itu bukan urusanmu. Aku kira setelah apa yang kamu lakukan padaku, kamu tidak perlu lagi ikut campur dengan urusanku."tandasnya dengan penuh penekanan.
"Siapa yang membuatmu seperti ini? Kamu sudah di rendahkan olehnya dengan menyuruhmu membeli pembalut dan kamu menurutinya. Dia pasti perempuan yang galak. Daripada dengannya, kenapa kamu tidak kembali saja padaku?" Allan tertawa mendengar perkataan Raya. Tentu saja dugaan mantan pacarnya itu tidak benar. Dia melakukan semua ini bukan karena penekanan.Dia memang tulus ingin memenuhi kebutuhan istrinya.
"Jangan cepat berasumsi kalau kamu tidak tahu yang sesungguhnya. Lagipula lebih baik bersama dia daripada bersama orang yang meninggalkanku saat aku terjatuh. Sudahlah, wanita kesayanganku sudah menunggu. Bicara denganmu hanya membuang waktu. Selamat belanja." Allan berbalik dan berjalan cepat menuju mobilnya. Sementara Raya memandanginya sampai mobil Allan berlalu.
"Sebenarnya, siapa wanita yang bisa membuat Allan begitu menurut? Aku penasaran dan harus segera mencari tahu. Kenapa aku jadi merasa menyesal karena sudah melepaskan Allan? Hufh! Aku memang bodoh, padahal Allan selalu memperlakukan aku dengan baik. Masih adakah kesempatan untuk memilikinya sekali lagi?" celotehnya pelan, sebelum akhirnya Raya masuk ke mini market untuk membeli kebutuhan bulanannya. Di dalam pikirannya, Raya masih memikirkan, siapa wanita beruntung yang telah menggantikan posisinya di hati Allan.
Dan papa Andra dari jauh berusaha memantau dan melindungi Allan dan Billa
Apapun dikasihkan Allan.
Jangan marah2 dulu apalagi sampai menyakiti hati perempuan yang bagaimanapun telah menolongmu dari keterpurukan
Entah kenapa bisa menjadi istri siri simpanannya pria yg sdh beristri. Pasti ada alasannya.
febbi
kasian nasib febby bertahun2 mencintai dan mnyayangi anak yang tidak menghargainya dan suami yang tidak mencintainya dan tidak bisa move on dari SILA, miris nasib febby bertahun dijadikan pelarian tampa sama sekali dincinta
maaf thor ap author tidak merasa terlalu tega terhadap sosok FEBBY, hanya karena sosok (SILA) terlalu penting jadi perasaan wanita lain tidak author penting, febby hanya dijadikan pelarian andre bertahun2, dari awal febby diperlakukan tidak adil, dicampakkan andre, saat andre butuh pelarian dia ambil lagi febby dan febby dibuat kayak orang bodoh Terima saja terpelakukan seperti apapun, hanya karena andre sosok pebinor (seperti kebanyakan novel pebinor dipuja dan diistimewakan) semua kelakuan andre dibenarkan
coba sila pemeran utama di novel sebelum diperlakukan seperti febby sudah pasti tau jawabannya, ditinggal pergi saja sila tergoda dan hamil anak pebinor