Istri Rahasia Tuan Dewa

Karena merasa khawatir dengan keadaan Vania akhirnya Indra memutuskan untuk mengikuti taxi yang di tumpangi Vania dari belakang. Ketika tiba di depan runah Dewa taxi berhenti dan Vania hampir terjatuh karena masih pusing.

"Vani kau tidak apa-apa?" Indra mendekati Vania.

"Indra? Kenapa disini bukankah aku sudah meminta mu tidak perlu mengantarku?"

"Aku mencemaskan mu Vania"

Disaat yang bersamaan mobil Dewa tiba di depan rumah. Ia menatap tajam kearah Vania dan Indra yang berdiri di depan pagar rumah.

"Itu kak Dewa" wajah Vania berubah ceria ia tidak sabar mengabarkan kehamilannya pada Dewa. tapi alangkah terkejut Vania saat melihat Dewa keluar dari mobil tidak seorang diri. Ada mama dan Daniela juga ikut turun dari mobil yang di kendarai Dewa.

"Kak ..." Vania memeluk Dewa tapi pria itu mengacuhkannya. Tatapan Dewa penuh kebencian pada Indra yang masih berdiri di tempatnya.

"Apa ini balasan mu setelah aku memilih mu sebagai istriku?"

Mata Vania terbelalak ia tidak mengerti dengan maksud ucapan Dewa. Ia melihat wajah Dewa penuh kemarahan.

"Kak ada apa?" tanya Vania bingung.

"Jadi kau sengaja tidak menghiraukan undangan makan siang mama dan pergi dengan dia?!" Dewa menunjuk Indra yang nampak terkejut.

"Benar Dewa, Vania itu tidak tulus mencintai mu ia cuma mau harta mu setelah itu ia akan kembali pada kekasihnya itu!" kata mama.

"Mama itu tidak benar, kenapa mama setega itu pada Vania?" air mata Vania berderai kini ia tahu jika dirinya telah di permainkan oleh ibu mertua dan Daniela.

"Jadi gadis yang membuat mu tidak bisa menikah sampai sekarang adalah Vania? bukan begitu?" tanya Dewa sinis.

Indra hanya terdiam saat Vania ikut memandang ke arahnya.

"Aku dan Vania memang memiliki hubungan di masalalu tapi semua sudah berakhir Dewa, ia sudah menjadi milik mu" kata Indra.

"Tapi kalian masih saling suka? Dan bermain api di belakangku?!"

"Apa maksud kakak? Aku dan Indra tidak ada hubungan apapun lagi dan aku sama sekali tidak memiliki tujuan menyakiti kakak!" kata Vania membela diri.

"Vania aku pikir kau gadis yang lugu, polos dan aku sangat mencintai mu Vania tapi kenapa kau tega mempermainkan ku?" wajah Dewa terlihat sedih ia berjalan memasuki rumah di ikuti mama dan Daniela.

Vania menangis sejadinya, seharusnya ia membagikan kabar bahagia pada Dewa jika dirinya sedang mengandung anak mereka tapi kenyataan berbeda. kini Dewa marah besar pada Vania bahkan menuduh Vania yang bukan-bukan.

"Vania maafkan aku semua karenaku, aku akan bicara pada Dewa" kata Indra.

"Tidak perlu, pergilah" Vania berjalan perlahan memasuki halaman rumah dengan tatapan kosong dan mata yang sembab.

Vania membuka pintu utama dan ia terkejut mendapati koper miliknya ada di balik pintu. Vania menatap Laras dan pelayan yang berdiri berjajar, mereka nampak sedih dan prihatin karena sudah jelas Dewa akan mengusir Vania dari rumah.

"Pergilah Vania! Aku tidak butuh pengkhianat seperti mu!"

"Kak aku mohon jangan lakukan ini, semua hanya salah paham! Aku dan Indra tidak sengaja bertemu di depan restoran lalu aku jatuh pingsan Indra membawaku ke rumah sakit....."

"Vania masih bisa kau membuat alasan sepanjang itu padahal sudah jelas-jelas kalian adalah sepasang kekasih!" kata Daniela.

"Itu tidak benar! Kenapa kau terus memfitnah ku Daniela?!" teriak Vania.

"Pergi Vania! Aku pikir aku akan hidup bahagia bersama mu kita akan memiliki keturunan yang lucu-lucu tapi..." Dewa menghentikan ucapannya. Ia menahan tangis dan kesedihannya. Bahkan Dewa tidak menatap Vania karena takut ia akan luluh dan memaafkan pengkhianatan Vania.

"Tapi sungguh aku tidak berkhianat padamu kak Dewa" kata Vania mengiba.

Vania sampai berlutut memegang sebelah kaki Dewa agar Dewa tidak mengusir Vania dari kehidupannya.

"Kau tidak dengar Vania apa yang Dewa inginkan? Atau mama perlu membantu mu membawa koper keluar dari rumah ini? Atau kau merasa berat meninggalkan rumah ini karena ingin menguasainya?"

Vania menangis tersedu dengan perlakuan suami dan juga mama mertuanya. Ia bangkit perlahan meraih pegangan koper dengan tangan gemetar.

"Baiklah jika itu yang kakak harapkan aku akan pergi" kata Vania menatap Dewa mungkin untuk terakhir kalinya. Ia membawa koper besar itu keluar rumah Dewa.

"Dewa biarkan saja dia pergi Vania itu tidak pantas untuk mu!" kata Daniela.

"Diam kau Daniela! Kau juga sama saja pergi dari sini! Aku muak melihat wajah mu!" Bentak Dewa. Ia lalu melangkah pergi ke kamarnya.

Tidak masalah Daniela di bentak oleh Dewa sekasar itu. Yang penting rencananya telah berhasil untuk menyingkirkan Vania dari kehidupan Dewa.