Rank 1 Terpopuler / Tamat dalam tagar #Spiritual (1/1/2022)
Menikah untuk Ibadah dan kebahagiaan orang tuanya, itulah tujuan awal Kinan menerima lamaran seorang dokter yang datang padanya. Akan tetapi bukan bahagia yang Kinan dapatkan, melainkan sebuah pengkhianatan.
Perasaan Kinan hancur, terluka dan kecewa.
Hingga seorang laki-laki bernama Dude Danuarta datang. Niat awal hanya memberikan selamat pada suster yang sudah merawat anaknya.
Namun takdir bekerja tanpa perkiraan. Pria itu malah menawarkan diri untuk menikahi Kinan Adelia. Pria yang Kinan tahu sudah memiliki pasangan dan seorang anak.
Takdir Cinta Kinan ~
Karya Apple Cherry
Murni dari pemikiran author.
Jangan dicopas tanpa izin. Terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apple Cherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
033 : Salah Paham
Kinan mengendalikan pikiran-pikiran buruk yang mulai menguasai otaknya. Nama Selina Angelin terus saja muncul bersamaan pesan yang masih jelas terekam di pikirannya.
Rasanya baru kemarin, hubungannya dengan Dude dimulai dan mereka berjanji untuk berteman dengan baik. Memulai hubungan sebagai pasangan, dan berusaha saling menjaga, saling menghargai satu sama lain. Tapi, isi pesan dari perempuan yang bernama Selin Angelin sangat mencurigakan, baginya jika itu rekan kerja apa perlu mengutarakan rindu?
Suara adzan memecah lamunan Kinan, daripada terus berpikiran buruk, Kinan langsung mengambil air wudhu dan salat. Dude masuk ke dalam kamar ketika Kinan hendak masuk ke dalam kamar mandi.
"Saya ke masjid dulu, ya, Ki."
Kinan mengangguk, dia tidak bersuara. Menurutnya, Dude tetap laki-laki yang baik, hanya saja sikap Dude yang berubah malah menggiring Kinan berpikiran buruk setelah tidak sengaja membaca pesan singkat dari perempuan bernama Selina Angelin.
Pikiran Kinan mulai kacau, bahkan setelah selesai menunaikan salat isya. Kinan langsung berbaring di atas ranjang, menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut dan memejamkan mata. Dude masuk ke kamar, dia mengganti bajunya dengan pakaian tidur, lalu menarik selimut dan tidur di sebelah Kinan.
Kemarin, masih sangat jelas dalam ingatajn Kinan, sikap manis Dude yang mengecup puncak kepalanya. Apakah dia terlalu dini untuk berbunga-bunga sementara dia belum lama mengenal pria itu? Tidak, apakah dia lagi-lagi di bohongi oleh laki-laki? Tapi kalau iya, kenapa Dude tega.
Pernikahan mereka bahkan baru berjalan hampir dua minggu, dan Kinan besok baru mulai bekerja lagi seperti biasanya. Apa yang harus dia katakan pada ibunya jika dia berpisah dengan Dude? Jadi, siapa wanita bernama Selina Angelin itu? Kenapa Dude menyimpan nomor gadis itu?
Dude juga hanya diam sambil menatap lurus langit-langit. Mereka berdua sama-sama sedang memikirkan sesuatu yang menganggu pikiran mereka masing-masing.
Kinan mulai merasa sesak, apalagi Dude langsung mematikan lampu tidur dan bergerak membelakanginya. Ya, Kinan menyadari itu, dan kali ini dia tidak dapat menahan diri lagi, dia menangis meski tanpa suara, dan itu rasanya sangat amat menyakitkan. Apakah dia harus terluka lagi kali ini? Tapi, kenapa Dude tidak mau jujur padanya?
Malam itu pun terasa amat panjang bagi Kinan. Seolah jarum jam tidak bergerak sama sekali. Kinan menunggu pagi datang dengan dada yang sesak menahan agar isak tangisnya tidak terdengar.
Kinan tanpa sadar ketiduran, subuh pun datang membuat Kinan perlahan membuka matanya. Dude terlihat baru saja akan bersiap untuk salat subuh berjamaah di masjid.
"Ki, kamu udah bangun?"
Kinan mengangguk, lagi-lagi dia tidak bersuara. Tapi, Dude tidak banyak bertanya, dia sendiri sedang berusaha mengumpulkan keberanian, dia memutuskan akan berbicara dengan Kinan hari ini sambil mengantar Kinan ke tempat kerjanya.
"Saya ke masjid dulu ya, Ki."
Kinan mengangguk lagi. Dude pun segera berangkat ke masjid.
Dengan mata yang agak sembab, tapi Dude pasti melihatnya mata Kinan begitu hanya karena efek bangun tidur. Padahal semalam Kinan menangis dalam diam, yang tahu hanyalah Allah dan dirinya sendiri.
Meski hatinya masih sakit dan belum lega karena Dude belum menjelaskan apa-apa. Kinan tetap berusaha untuk menjadi istri yang baik. Selepas salat subuh dia menyiapkan sarapan dibantu oleh pelayan. Dude yang baru saja mengenakan pakaian duduk di meja makan. Begitu juga Kinan yang sudah rapi bersiap untuk berangkat kerja.
"Hari ini kamu mulai kerja lagi, Ki?" tanya Dude.
"Ya," jawab Kinan singkat.
Dude menghela napas berat. Situasi ini sangat tidak nyaman. Tapi, Kinan begitu mungkin saja kesal karena dia bersikap tidak biasa sejak kemarin, itu yang ada di pikiran Dude saat ini.
Dude lalu meraih ponselnya, Jantung Kinan langsung berdegup kencang melihat Dude memerikaa ponsel. Dari semalam, setahu Kinan, Dude belum menyentuh ponselnya sendiri.
"Batere low." Kemudian Dude memasukkan ponselnya ke dalam saku jas setelah melihat layar yang hitam karena habis daya.
Ya, boro-boro memikirkan baterai ponsel, sampai saat ini saja Dude masih memikirkan hal yang sama.
"Ki, biar saya antar kamu ke rumah sakit, ya?" tawar Dude dijawab gelengan halus dari Kinan.
"Kinan naik angkutan umum saja, Mas."
"Jangan, Ki. Kamu kan sudah menikah. Kamu harus saya antar," balas Dude.
Kinan tersenyum. "Kita memang menikah, Mas. Tapi, nyatanya kita masih merasa asing satu sama lain. Maaf, Mas. Kinan berangkat duluan. Assalamu'alaikum." Kinan masih meraih tangan Dude lalu menyaliminya.
Namun kata-kata Kinan itu membuat Dude terdiam, dia merasa amat bersalah pada Kinan.
Secepatnya Dude menyusul Kinan, tapi istrinya itu tidak terlihat lagi.
"Astaga, kamu di mana, Ki? Kamu naik kendaraan apa? Kenapa cepat sekali kamu menghilang?"
Karena tidak melihat keberadaan Kinan, akhirnya Dude memutuskan untuk mencari Kinan ke tempat kerjanya. Dia merasa sangat bersalah karena sudah membuat Kinan tidak nyaman dengannya.
Padahal Kinan bersembunyi dibalik pohon besar yang ada di seberang jalan. Dia merasa sedih, rasanya teramat sakit kalau teringat kembali isi pesan dari perempuan yang bernama Selina Angelin.
"Apa aku nggak boleh merasa cemburu? Kinan seharusnya kamu sadar pernikahan ini mungkin saja tidak akan bertahan. Dia dari awal hanya menolong kamu dari rasa malu, kalau dia mau, dia bisa menceraikan kamu kapan pun, kan?"
Kinan lalu berjalan menuju jalan raya yany tidak jauh dari rumah Dude. Dia kemudian menaiki angkutan umum yang menuju ke tempat kerjanya. Padahal bayangan Kinan sangat indah, dia di antar ke tempat kerja oleh suaminya, lalu pulangnya pun dijemput. Sepulang kerja mereka mampir untuk sekedar makan dan mengobrol berdua. Tapi nyatanya tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya, sama seperti yang di alami Kinan sekarang ini.
Dude langsung menuju ke rumah sakit tempat Kinan bekerja, tapi diperjalanan dia malah dikejutkan dengan pesan dari Selina yang baru sempat dia baca. Ya, Dude sambil mengisi baterai ponsel nya di mobil.
"Astaga!" Sontak Dude mengerem mendadak, dia amat terkejut dengan isi pesan itu. Dude belum sampai ke tahap menyadari bahwa istrinya sudah lebih dulu membaca cuplikan pesan itu semalam.
Dude juga lupa masih menyimpan nomor Selin, padahal seharusnya dia memblokir nomor perempuan itu. Walau pun Dude berkata akan tetap menganggap Selin sebagai teman.
"Kamu sudah memiliki istri, De. Kamu harus memblokir nomornya."
Namun sialnya, Selin malah lebih dulu menelepon Dude begitu melihat Dude sedang online.
Dude menggeram tertahan, apa yang harus dia lakukan sekarang. Kalau dimatikan apa itu tidak terlalu berlebihan? Akhirnya Dude memilih mengangkatnya dan meminta Selin menjauh setelah itu.
"Hallo."
Hallo Dude, how are you? I miss you, why you don't reply my message?
(Halo, apa kabar? Aku rindu kamu, kenapa kamu tidak membalas pesanku?)
"Maaf, Sel. Sebaiknya kamu jangan mengirimi saya pesan seperti itu lagi. Kamu tahu, kan, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Saya juga sudah menikah."
Bukannya malu, tapi Selin malah menertawakan ucapan Dude.
Ah, sorry, honey. But there is something wrong? I just say that i miss you. Hey, come on! Baby. Are you okay?
(Maaf sayang. Tapi adakah yang salah? Aku hanya mengatakan aku kangen, ayolah sayang. kamu baik-baik saja?)
"Saya sudah katakan baik-baik, Sel. Jadi saya harap kamu tidak banyak basa-basi."
Sebelum Dude menutup panggilan itu, Selin langsung meminta maaf.
Oke Dude, i'm so sorry. Tapi aku kira kita teman? Kamu yang bilang, kalau aku mulai tertarik dengan agama kamu, maka aku boleh cari kamu, iya kan?
"Apa maksud kamu? Bukannya kamu memutuskan tidak percaya Tuhan?" tanya Dude.
Ya, tapi perlahan aku mulai tertarik dengan Tuhan kamu, Dude. Jadi, apa kamu mau bantu aku?
Dude terdiam sebentar. Tapi dia segera menggeleng. "Tidak bisa, Sel. Maaf kali ini saya tidak bisa seperti dulu. Saya harus menjaga perasaan istri saya. Maaf juga saya harus tutup panggilan ini. Jangan hubungi saya lagi."
Ditempatnya sekarang, Selin malah tersenyum penuh arti. "Impressed. Aku akan pulang ke Indonesia dan berkenalan dengan wanita yang sangat kamu hargai itu, Dude. Sepertinya aku harus banyak belajar darinya."