"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
Edgar sedang perjalanan ke kantor bersama Theodore, asistennya. Pagi ini dia ada rapat penting dengan perusahaan Norenc Corporation. Theodore mengambil jalan pintas agar cepat sampai diperusahaannya.
Namun tiba-tiba Theo melambatkan laju mobilnya membuat Edgar mengerutkan keningnya.
"Ada apa The?"
"Itu tuan, di depan ada gadis menghadang mobil kita."
Edgar memajukan tubuhnya untuk melihat, dan benar saja. Tak jauh didepan jalan sana ada seorang yang terlihat seperti pelajar tengah melambai-lambaikan tangannya.
"Saya harus gimana tuan?" tanya Theo.
"Abaikan saja."
Theodore kembali melajukan mobilnya, namun gadis didepan sana rupanya tak menyerah. Terpaksa Theo menghentikan mobilnya.
"Sepertinya mobilnya mogok tuan." ucap Theo.
Edgar melirik sebentar mobil gadis itu yang berada ditepi jalan. Namun dia tak peduli sama sekali, dia kembali membaca laporan di tablet yang dipegangnya.
"Jalan Theo. Kita sudah terlambat."
Theo mengangguk, saat mobilnya hendak melaju lagi tiba-tiba gadis itu kembali berdiri didepan mobilnya.
Melihat itu, Edgar menggeram kesal. Dia meletakkan tabletnya ke jok mobil dengan kasar
"Anda mau kemana Tuan?" tanya Theo.
"Biar saya hadapi gadis itu." ucapnya setengah kesal.
Edgar segera membuka mobilnya kemudian keluar sambil melayangkan tatapan tajamnya.
"Astaga, Om Edgar."
Edgar membelakan matanya saat melihat siapa gadis yang menghadang mobilnya. Edgar menyesal telah keluar dari mobil untuk menghadapi gadis itu. Seketika dia berbalik hendak masuk ke dalam mobilnya lagi.
"Eh eh, tunggu dulu om." Odelia segera menahan lengan Edgar yang hendak masuk ke mobil.
"Saya sudah terlambat."
"Sama om, Odel juga. Tolongin Odel dulu dong, mobil Odel mogok nih."
Edgar melepaskan cekalan tangan Odelia pada lengannya.
"Saya pengusaha bukan montir, jadi saya tidak bisa memperbaiki mobil kamu."
Odelia membelakan matanya saat mendengar jawaban Edgar, seketika gadis itu tertawa membuat Edgar mengerutkan keningnya.
"Maksud Odelia nggak gitu om."
Edgar menaikkan sebelah alisnya.
"Odelia boleh ikut mobil Om?"
"Tidak." jawab Edgar tegas.
Namun Odelia tak kehabisan ide, dia sengaja menarik lengan Edgar menuju mobilnya.
"Mau ngapain kamu? Saya tidak ingin terlibat apapun dengan kamu."
"Ish, om jahat banget sih sama cewek cantik."
Edgar memutar bola matanya malas. Setelah Odelia mengambil tas serta ponselnya, dia segera berlari menuju mobil Edgar dan masuk begitu saja.
Melihat kelakuan gadis itu yang lancang masuk begitu saja ke dalam mobilnya membuat Edgar mendengus kasar.
Karena tak ingin terlambat ke kantor, dia segera masuk ke dalam mobil. Namun dia lebih memilih duduk didepan daripada bersebelahan dengan gadis itu.
"SMA Manggala ya om." ucap Odelia pada sopir Edgar.
Theodore menahan tawanya saat melihat wajah masam Edgar. Dia segera melajukan mobilnya untuk mengantarkan gadis itu terlebih dahulu.
"Om, kenapa tadi malem nggak bales chat Odel?" tanya Odelia.
Theodore menoleh ke arah Edgar yang tengah fokus menatap jalanan.
"Saya merasa tidak menerima pesan dari siapapun." jawab Edgar cuek.
Odelia mencondongkan tubuhnya ke depan. "Masa? Odelia sempet spam telepon juga loh."
Theo merasa ada yanh janggal dari pembicaraan bos dan gadis dibelakangnya ini.
"Pukul berapa kamu ngirim pesan ke tuan Edgar?" tanya Theo penasaran.
"Sekitar jam tujuh malem lebih sih."
"Om, nanti bales chat aku ya. Please." mohon Odelia.
Theo membelakan mata saat mendengar jawaban Odelia, jam yang Odelia bilang sama persis dengan jam dimana tadi malam ada seseorang yang mengirimnya pesan serta spam telepon.
Tak lama mobil Theodore sampai di depan gerbang SMA Manggala.
"Keluar." usir Edgar.
"Om, apa om singel?" tanya Odelia out of topic.
Theo terkekeh kecil disela kekesalannya pada bosnya.
"Keluar." usir Edgar lagi.
"Odelia nggak mau keluar sebelum om jawab pertanyaan Odel tadi."
"Odelia, tuan Edgar ini sebenarnya-"
"Saya duda." jawab Edgar memotong pembicaraan Odelia.
Theodore terkejut, bagaimana bisa bossnya bilang duda padahal statusnya masih sah menjadi suami orang
Respon yang diberikan Theo berbanding terbalik dengan respon Odelia. Gadis itu tersenyum dengan lebar sambil memegangi dadanya.
"Aww, nggak papa lah duda. Yang penting kaya raya."
"Babay om duda tampan."
Blam.
"Tuan, apa anda memberikan nomor saya pada Odelia tadi?" cecar Theo.
"Kenapa kamu cerewet sekali seperti gadis tadi? Ayo cepat jalan."
Theo mendengus sebal kemudian melajukan mobilnya menuju kantor. Diam-diam Edgar tersenyum tipis, sangat tipis hingga Theo pun tak menyadarinya.
"Apa katanya tadi, om duda tampan? Hah, dasar bocil." batin Edgar.
"Jangan lupa anda masih berstatus suami orang tuan, jika orang lain mendengarnya mereka bisa salah paham."
Edgar menghela nafas pelan. "Biarkan saja, toh sebentar lagi saya juga jadi duda beneran. Siapa yang tahan dengan istri seperti Alysa." ucap Edgar.
Theo mengangguk. "Saya turut prihatin tuan."
"Sialan kamu." umpat Edgar.
Theo hanya tertawa, tak lama kemudian mobil mereka sampai di kantor LS Corporation. Theo keluar lebih dulu lalu membukakan pintu untuk bossnya, dia juga mengambil tas serta tablet yang ada dijok belakang.
Mereka berdua masuk ke kantor langsung menuju ruang rapat. Saat masuk, rupanya tamu dari Norenc Corp sudah datang.
"Maaf atas keterlambatan saya Tuan Alan, tadi ada sedikit masalah kecil." ucap Edgar.
"Tidak papa tuan Edgar. Kalau boleh tahu masalah apa? Apa kalian baik-baik saja."
"Tentu tuan, kami baik-baik saja. Tadi kami menolong seorang siswi yang mobilnya mogok."
"Mulia sekali hati anda tuan Edgar. Kenapa bisa pas sekali, tadi putri saya mobilnya juga mogok dijalan."
"Kalau begitu, mari kita mulai saja rapatnya."
Sementara disekolah, Odelia berjalan menuju kelasnya dengan senyum yang tak pernah luntur. Dia berjalan sambil melompat-lompat kecil.
"Seneng banget gue." gumam Odelia.
Sampai di kelas tepat bel masuk berbunyi, dia segera pergi ke tempat duduknya.
"Lo tadi nelponin kita ngapain Del? Mana ditelpon balik nggak diangkat lagi." tanya Zara.
"Tadi mobil gue mogok."
"Terus?" tanya Cessa.
Odelia tak kunjung menjawab, dia justru senyum-senyum seperti orang gila.
"Lo kesambet apa ege?" heran Zara.
"Gue dianterin sekolah sama om ganteng." jawab Odelia sambil tersenyum lebar.
"APA?"
"GIMANA BISA?"
Pekik Cessa dan Zara bersamaan.
"Bisa dong. Dan kalian tahu nggak kalo gue kemarin ketemu dia di mall. Aaaaa gue happy banget."
"Terus terus?" tanya Cessa semakin penasaran.
"Ya gue tanya namanya siapa, dan di kasih tahu."
"Terus?'
"Lo kaya tukang parkir anjr, teras terus mulu dari tadi." cibir Zara.
"Kalian tahu nggak yang paling gongnya lagi?"
"Apa Del?" tanya keduanya bersamaan.
"GUE DAPET NOMOR TELPONNYA." Seru Odelia.
Cessa dan Zara kompak menutup telinga mereka.
"Gue seneng banget Ces Ra, emang ya kalo jodoh tu nggak bakal kemana."
"Gue tebak, pasti tadi lo maksa kan minta dianterin ke sekolah?" tanya Zara.
Odelia mengangguk. "Iyalah, kesempatan nggak boleh disia-siain."
"Tapi Del, dia bukan laki orang kan?" tanya Cessa.
Lagi-lagi Odelia mengangguk. "Bukan, itu sih aman."
Zara dan Cessa kompak menghela nafas lega.
"Karena dia udah jadi duda." ucap Odelia lagi.
"WHAT??? DUDA?"