Hito diperlakukan secara tidak adil oleh keluarga istrinya. Segala hal buruk ia dapatkan, tetapi pria itu tetap setia demi cintanya.
Namun, seiring berjalannya waktu. Hito semakin tidak dianggap. Secara terang-terangan sang istri berselingkuh dengan pria lain.
Hito direndahkan, dan dianggap pria sampah yang hanya menumpang. Namun, mereka semua tidak menyadari jika Hito, adalah seorang penguasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Pengawal
"Aku tidak terima dengan segala yang telah kamu lakukan!" teriak Jeni ketika melihat Hito menuju mobilnya.
Sebelum masuk, Hito memandang kembali wanita yang pernah menjadi ibu tirinya. Ia mengelengkan kepala, lalu masuk ke dalam mobil dengan disusul oleh James. Mobil yang dibawa James susah diambil alih oleh sopir yang mengantar Hito tadi.
"James ... eksekusi Jeni secepatnya. Aku bosan menghadapi dendam kesumatnya," kata Hito.
"Pindahkan ke mana, Tuan?" tanya James.
"Negara C saja. Pindahkan di desa dan jangan sampai dia kembali lagi ke negara ini."
James mengangguk, "Baik, Tuan. Lalu sekarang, Anda mau di antar ke mana?"
"Kita ke tempat pelatihan saja. Sudah lama aku tidak berkunjung."
James mengangguk mengiyakan ucapan Hito. Mobil melaju ke pusat pelatihan para pengawal yang bekerja melindungi klan Hutomo. Sudah lama memang Hito tidak berkunjung. Semenjak ia diusir dari rumah dan mengambil alih klan sendiri.
Mobil sampai di gedung pusat pelatihan. James keluar terlebih dulu, baru membuka pintu untuk atasannya. Dari lantai dua beberapa pria tampak berlari untuk turun. Mereka memakai jas berlambang naga putih di lengan.
Suara bel berbunyi. Anggota pengawal naga putih keluar dan berbaris menyambut kedatangan Hito.
"Selamat datang, Tuan," ucap pemimpin dari pengawal.
"Aku kemari ingin melihat kalian saja, dan juga mencari pengawal wanita untuk istriku," kata Hito.
Pengawal itu bergeser dari hadapan Hito. Ia menunduk, lalu mempersilakan Hito dan James untuk masuk ke dalam. Pusat pelatihan yang dilatih oleh pria dan wanita profesional. Pusat pelatihan itu resmi karena memang didirikan untuk kepentingan klan.
Alat-alat berat untuk melatih otot tubuh tersedia. Pelatih yang menguasai ilmu beladiri
serta senjata, berada di pusat pelatihan itu. Bukan sembarang gaji yang ditawarkan untuk menjadi pengawal klan. Pertahun mereka bisa mendapatkan sepuluh juta dollar. Ya ... pengawal itu dibayar dengan dollar.
Hito dibawa ke gedung sebelah. Di sana tempat para wanita-wanita tangguh berlatih. Biasanya, wanita yang berstatus pengawal akan di tempatkan pada kantor, rumah sakit, hotel, maupun pusat perbelanjaan milik klan.
Suara teriakan memerintah terdengar. Wanita dengan bentuk tubuh aduhai tengah berlatih fisik bersama-sama. Bukan sembarangan pria masuk ke gedung sebelah. Hanya orang berkepentingan saja yang diperbolehkan. Jika ketahuan, maka nyawa taruhannya.
"Siapa yang paling terkuat di antara mereka?" tanya Hito.
"Di antara wanita itu ada Sharon dan Lily. Mereka berdua sangat lihai dalam beladiri dan memainkan senjata," ucap pria yang menjadi pemimpin pusat pelatihan.
"Panggilkan aku keduanya," pinta Hito.
"Siap, Tuan." Pria itu bergegas menuju kumpulan wanita yang tengah berlatih. Keringat yang membanjiri tubuh mereka memang sangat menggoda mata pria. "Sharon, Lily ... kalian kemarilah."
Latihan dihentikan. Sharon dan Lily yang dipanggil namanya segera menghadap. Sharon, wanita berusia dua puluh lima tahun. Tinggi badannya sekitar seratus tujuh puluh sembilan sentimeter. Kulit dan rambutnya kecoklatan. Mata tajam, hidung mancung dengan bibir sedikit tebal.
Lily, berusia satu tahun lebih muda dari Sharon. Tinggi tubuh hanya berbeda sembilan sentimeter dari rekannya. Kulitnya putih, rambut hitam, mata sipit, hidung mancung kecil dengan bibir tipis. Keduanya anak yatim piatu yang diberi pendidikan dan pelatihan. Sejak umur lima belas tahun, keduanya berada di pusat pelatihan.
"Saya, Tuan," ucap Sharon.
"Tuan muda datang. Kalian temui dia."
Pria itu berjalan kembali, ke tempat Hito berada dengan diikuti oleh Sharon dan Lily. Setelah tiba, keduanya membungkuk, memberi salam penghormatan kepada Hito.
"Saya Sharon, Tuan."
"Saya Lily."
Hito berdehem, "Kalian berdua, bertarung di arena. Aku ingin lihat kemampuan kalian."
Sharon dan Lily memberi salam penghormatan lagi. "Siap, Tuan." Keduanya menjawab serempak, lalu menuju ruang perlengkapan untuk bersiap bertarung.
Hito duduk di kursi dengan dengan diapit James dan ketua pengawal. Sharon dan Lily sudah memakai pelindung di tubuh mereka. Keduanya naik ke atas arena pertarungan, dan wasit sebagai penengah juga sudah hadir.
"Siapa yang menang menurutmu, James?" tanya Hito.
"Mereka punya kelebihan dan kekurangan. Lily bisa bergerak lincah karena tubuhnya kecil dibanding Sharon. Tapi Sharon bisa saja melumpuhkan Lily dengan tubuhnya yang besar itu."
Hito mengangguk, "Kita lihat keahlian beladiri mereka."
Sharon dan Lily mulai bertarung. Keduanya memang seperti yang ketua pelatihan katakan. Sama-sama kuat, dan pandai melakukan trik. Seolah keduanya memang tengah ingin menjadi terbaik dari yang terbaik.
Hito mengangkat tangannya ke atas pertanda ia ingin pertarungan itu dihentikan. Wasit menghentikan keduanya. Sharon dan Lily memberi hormat kepada Hito.
"Kalian berdua akan menjadi pengawal pribadi istriku," kata Hito.
"Terima kasih, Tuan," ucap Sharon dan Lily bersamaan.
Sebuah keberuntungan bagi keduanya jika bisa berdampingan dengan orang terdekat klan. Apalagi ini, adalah melindungi istri dari sang tuan muda. Biasanya hanya pengawal pria yang mendapatkan jatah itu. Namun sekarang, wanita juga mendapat kesempatan yang sama.
"Aku memberi kalian waktu tiga puluh menit," kata Hito sembari beranjak dari duduknya.
Bergegas Sharon dan Lily kembali ke kamar mereka untuk berberes barang bawaan. Hito dan James duduk di sofa menikmati secangkir teh sembari melihat bibit-bibit unggul berlatih.
"Sisa berapa menit lagi?" tanya Hito kepada sang asisten.
James melihat jam di pergelangan tangannya. "Sepuluh menit, Tuan."
"Kita kembali ke mobil," kata Hito.
...****************...
Sharon dan Lily terengah-engah untuk mencapai pintu luar. Hito sudah berada duduk di kursi depan dalam mobil. James melihat kembali jam di pergelangan tangannya.
"Masih tersisa satu menit," ucap James tersenyum, "kalian masuklah."
James masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi, sedangkan Sharon dan Lily menyusul duduk di kursi belakang.
"Jemput istriku," kata Hito.
"Siap, Tuan."
Di dalam perjalanan tidak ada saling bicara. Hito asik memainkan ponsel. James fokus menyetir, sedangkan Sharon dan Lily terlalu takut untuk membuka mulut mereka.
Tiga puluh menit James mengendarai mobil hingga sampai di kediaman mertua Hito. Di depan rumah sudah ada Xavera yang menyambut kedatangan suaminya. Ya ... suaminya itu memberitahu bahwa akan segera sampai, itu sebab, Xava menunggu di luar rumah.
Xava tersenyum melihat suaminya, tetapi senyum itu pudar tatkala memandang dua sosok wanita cantik yang juga keluar dari dalam mobil.
Hito terkekeh, "Jangan marah dulu. Mereka berdua, adalah pengawal untukmu." Hito menjelaskan terlebih dulu sebelum Xava sempat bertanya padanya.
"Apa harus?" tanya Xavera.
"Harus, Sayang. Mereka akan menemanimu ke mana pun kamu pergi," kata Hito. "Sharon, Lily ... kenalkan, ini Nyonya kalian. Xavera Wiliam Hutomo."
Sharon dan Lily memberi salam dengan membungkukkan sedikit tubuh mereka. "Senang bertemu Anda, Nyonya."
"Aku juga," jawab Xavera.
Bersambung.