Kisah ini menceritakan tentang pernikahan di usia yang terbilang masih sangat belia, ALZAIRA KIANA PUTRI gadis cantik yang banyak di idolakan kaum Adam di sekolahnya. Zaira seorang siswi di SMA Darma Bangsa dia termasuk primadona di sekolahnya. banyak para siswa yang mencoba mendekatinya namun selalu saja ditolaknya karena Zaira di larang berpacaran oleh ayahnya yaitu HENDRA WIRATMAJA.
HENDRA melarang putri kesayangannya berpacaran karena ia dan sahabatnya yaitu SAMUEL AFRIZAL DINATA sudah merencanakan untuk menjodohkan anak-anak mereka.
BAGASKARA AFRAZA DINATA anak sulung dari pasangan Suami istri Samuel dan Maria, Azka pria tampan berumur 25 tahun. Azka mempunyai adik perempuan yang bernama FARISA MELIANI DINATA dan seumuran dengan Zaira yaitu berusia 17 tahun.
Bagaimana reaksi Ziara setelah tau bahwa dirinya sudah dijodohkan dengan pria yang jauh lebih dewasa dari dirinya. akankah ia menerima perjodohan yang direncanakan oleh kedua orangtuanya.
simak kelanjutan ceritanya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianshen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zaira dan Adik Kelas
Pagi menyapa dua insan yang masih terlelap dibalik selimut saling berpelukan. entah berapa kali Azka meminta mengulangnya sehingga membuat Zaira benar-benar kelelahan di buatnya.
Suara dering telepon berbunyi diatas nakas membuat dua insan yang kelelahan tersebut harus memaksakan diri untuk membuka matanya.
" emmmm... " Zaira menggeliat dan perlahan membuka kedua matanya dan saat itu pula ia merasakan ada yang berat menindih tubuhnya apalagi kalau bukan tangan kekar Azka suaminya. Zaira meraih ponselnya yang terus saja berdering dan langsung menggeser tombol warna hijau.
" Hallo..!" ucap Zaira dengan suara serak has bangun tidur.
" Hallo Za, loe dimana, kenapa semalam tidak pulang? kak Azka membawa loe kemana sih ? dan sekarang kenapa loe belum juga berangkat ke sekolah?" tanya Lia beruntun membuat Zaira terkesiap saat mendengar Lia bilang sekolah.
" Astaghfirullah, jam berapa sekarang?" tanya Zaira panik.
" Jangan bilang kalau loe baru bangun tidur Za?" tebak Lia
" hehe .. iya, yaudah ya gue mau siap-siap dulu" sahut Zaira
" Kak Azka?" tanya Lia
" Dia masih tidur, gue juga mau bangunin laki gue dulu, dah bye!" Zaira memutuskan sambungan teleponnya dan langsung beranjak dari tempat tidur dan sebelum pergi ke kamar mandi Zaira menyempatkan membangunkan Azka terlebih dahulu.
" Mas bangun kita sudah kesiangan, ayo cepat bangun mas!" Zaira mengguncang pelan badan Azka sampai bangun.
" Akhhhhh... ini sudah jam berapa sayang, rasanya mas malas kemana-mana ingin disini saja sama kamu!" bukannya bangun Azka malah menarik tangan Zaira dan membuat Zaira jatuh di atas tubuh Azka.
" Mas ihhh... sudah jam 6:30 cepat bangun. aku sudah kesiangan!" kesal Zaira dan langsung memberi pukulan ke lengan Azka.
" Iya..iya ampun sayang. iya aku bangun" Azka melepaskan tangan Zaira dan dengan cepat Zaira langsung berlari kedalam kamar mandi.
Zaira mandi dikamar mandi yang ada di kamarnya dan Azka terpaksa harus keluar dan mandi dikamar sebelah. karena bila menunggu Zaira yang ada malah kesiangan.
Zaira sudah rapih dengan seragam sekolahnya begitu juga dengan Azka sudah rapih dengan baju kemejanya.
" Mas kita sarapan dulu ya tadi mbok Iyem sudah membuatkan kita sarapan" ajak Zaira sebelum keduanya keluar dari kamar.
Azka tersenyum dan dengan cepat mengecup bibir Zaira yang tengah berdiri menunggunya.
" Iya sayang ayok!" Azka langsung menarik tangan Zaira dan membawanya turun untuk sarapan sementara Zaira hanya geleng-geleng kepala atas sikap manis suaminya itu.
Zaira dan Azka kini tengah duduk di meja makan untuk sarapan. Zaira menyendokkan nasi dan lauk pauknya ke atas piring Azka setelah itu baru menyendok untuk dirinya sendiri
Waktu sudah menunjukkan pukul 6: 50 itu tandanya mereka hanya memiliki waktu 10 menit untuk sampai di sekolah.
Azka dan Zaira kini tengah berada di dalam mobil untuk saja letak rumah baru Zaira letaknya tidak terlalu jauh dari sekolahnya. dan dengan kecepatan tinggi Azka mengemudikan mobilnya. " Mas jangan cepat-cepat aku takut!" Zaira kini benar-benar merasa tegang karena Azka mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat.
" Tenang saja sayang kalau tidak begini kita akan benar-benar terlambat" sahut Azka sambil fokus mengemudi.
Zaira hanya bisa mendengus kesal walaupun yang dikatakan Azka ada benarnya tapi mengemudi dengan kecepatan tinggi selain mempersingkat waktu juga bisa membahayakan dirinya serta pengguna jalan lainnya.
Mobil Azka kini sudah terparkir di parkiran sekolah dan hal itu tentu saja membuat Zaira semakin memberengut pasalnya sedari tadi sebelum sampai di sekolah Zaira meminta Azka untuk menuruninya di jalan tempat biasa tapi dengan tegas Azka menolaknya.
Zaira turun dari dalam mobil Azka melihat kesekeliling suasana sudah sangat sepi karena bel masuk sekolah memang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. tidak lama Azka pun turun dan menyusul Zaira yang sudah lebih dulu pergi dari area parkiran.
" Yang tunggu !" Azka menarik tangan Zaira hingga langkahnya terhenti.
" Mas ini disekolah sebaiknya kita jaga jarak dan jangan membuat yang lain curiga" bisik Zaira seraya melepaskan tangan Azka yang mencekal pergelangan tangannya lalu pergi.
" Di sini tidak ada siapa-siapa sayang yang lain pasti sudah pada masuk." ucap Azka santai mengikuti Zaira.
Dan tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah menatap tajam ke arah mereka dengan tangan mengepal kuat.
" Cihh" Desisnya lalu pergi dengan kesal.
" Pulang sekolah tunggu mas" titah Azka
" Iya , yaudah sana jalan duluan" Zaira tengak tengok takut ada yang melihat keberadaan mereka berdua.
" Mas antar kamu ke kelas" tanpa beban Azka terus saja mensejajarkan langkahnya dengan Zaira dan tentu saja ucapannya tadi menghentikan langkah Zaira yang langsung menatap horor.
" Selamat pagi pak Bagaz!" ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
" Kak Irfan"ucap Zaira terkejut
" Selamat pagi!" sahut Azka malas
" Zaira loe datang terlambat?" Irfan menatap lekat Zaira ada perasaan senang karena Zaira datang terlambat itu artinya ada kesempatan untuknya bisa dekat dengan Zaira.
" Gu-, " ucapan Zaira terpotong
" Iya Zaira datang terlambat karena tadi mobilnya kempes di jalan dan kebetulan saya lewat" ujar Azka berbohong. Zaira menoleh ke Azka wajah santainya membuat Zaira tidak habis pikir dengan suaminya ini yang ternyata pandai mencari alasan.
" Owh.." Irfan hanya menggut-manggut.
" Yaudah kamu kembali sana ke kelas, sebentar lagi jam pelajaran saya kan?" Titah Azka kepada Irfan
" Iya pak tapi saya mau keliling dulu memeriksa keadaan siapa tahu ada lagi murid yang datang terlambat" sahut Irfan " Za loe ikut gue, permisi pak!" pamit Irfan
" Biarkan Zaira masuk ke kelasnya, dia terlambat itu bukan karena disengaja kan jadi biarkan dia pergi ke kelasnya" Azka dengan tegas mengatakannya membuat Irfan menghentikan langkahnya
" Maaf pak tapi ini adalah tugas saya sebagai ketua OSIS untuk mendisiplinkan murid-murid yang sudah datang terlambat!" ucap Irfan yang ikut berkata tegas. melihat suasana yang menjadi sedikit menegang membuat Zaira akhirnya ikut bicara.
" Iya gue ikut loe untuk mempertanggung jawabkan keterlambatan gue hari ini" sahut Zaira membuat Azka menoleh dan menatapnya tajam.
Apa-apaan ini pikir Azka, ia sudah memberikan alasan yang tepat agar isteri kecilnya ini cepat masuk ke kelasnya dan tidak berdekat-dekatan dengan laki-laki lain, ini malah isterinya sendiri yang bilang akan ikut dengan ketos yang menurut Azka sok kecakapan.
" Maaf pak saya permisi" Azka menggeram kesal ketika Zaira melewatinya begitu saja.
" Permisi pak Bagaz" Irfan pun melangkah pergi. Sontak tangan Azka terkepal kuat darahnya mendidih melihat Zaira berjalan mengekor di belakang Irfan tapi tidak dengan Irfan hal ini justru membuatnya bersorak gembira di dalam hati.
Irfan membawa Zaira ketengah lapangan dan disana sudah ada Yoga dan Rangga yang sedang mengumpulkan beberapa murid yang kedapatan datang terlambat.
" Wahh... ada angin apa nih princess kita datang terlambat?" ucap Yoga tersenyum mengejek.
" Bukan urusan loe" sarkas Zaira memutar bola matanya jengah dan tanpa di suruh langsung ikut berbaris dengan siswi lainnya yang juga datang terlambat.
" Wihhhh... cantik-cantik galak amat!" ucap Yoga yang diacuhkan oleh Zaira
Tanpa basa-basi Irfan menyuruh semua murid yang datang terlambat hari ini untuk membersihkan sampah, ruang peralatan olahraga dan juga kamar mandi. Karena hari ini jadwal kelas Irfan jam pelajaran pertama itu olahraga jadi Irfan menyuruh Zaira untuk membersihkan dan merapikan ruang peralatan olahraga, dengan begitu Irfan merasa akan ada kesempatan untuknya mendekati Zaira nanti.
Zaira dengan malas melangkah ke ruang peralatan olahraga bersama dua orang siswi kelas 10. Setelah sampai di ruangan tersebut tiba-tiba tubuh siswi kelas 10 yang bernama Nia hampir saja terjatuh jika Zaira tidak cepat menangkap tubuhnya yang seketika lemas.
" Loh dek kamu kenapa, sakit?" tanya Zaira yang mendudukkan Nia ke kursi yang ada di ruangan tersebut.
Siswi tersebut menggeleng pelan " Terima kasih ka" ucapnya lirih.
" Dia mungkin kelelahan kak karena sudah beberapa hari ini harus mundar-mandir ke rumah sakit dan pulang sekolah harus pergi bekerja" ucap Lala sahabat Nia menjelaskan. Lala turut datang terlambat karena tadi menemani Nia menebus obat untuk ibunya terlebih dahulu dan karena mengantri akhirnya membuat mereka datang terlambat
" La..!" Nia menggeleng tidak ingin kalau Lala sampai menceritakan semuanya lebih jauh lagi kepada kakak kelasnya yang satu ini karena selama ini dia anggap Zaira adalah saingannya. Nia sebenarnya menaruh hati kepada Irfan namun sayang dia tahu kalau Irfan menyukai Zaira dan dia bukanlah tandingannya.
" Kerja?" tanya Zaira
" Iya kak, untuk membantu ibunya berobat Nia harus bekerja mencari uang karena mereka hanya tinggal berdua saja kak" jawab Lala menceritakan tentang Nia tidak sadar kalau sebenarnya Nia sedari tadi menahan kesal dengan sikap sahabatnya itu yang sembarangan menceritakan tentang dirinya kepada orang lain tanpa menghiraukannya.
" La" lagi-lagi Nia berusaha agar Lala menghentikan ceritanya.
"Memang ibunya sakit apa?" Zaira sedikit penasaran.
" Ka, sebaiknya kita bersihkan ruangan ini sebelum kak Irfan datang!" ucap Nia mengalihkan pembicaraan lalu beranjak dari duduknya namun belum sempat melangkah Nia kembali merasakan pusing membuat ia hampir terjatuh lagi.
" Kalau loe sakit tidak usah di paksain sebaiknya sekarang loe ke ruang UKS aja gih, biar ini gue yang urus!" Zaira menepuk bahu Nia pelan. " Loe udah sarapan?" tanya Zaira.
" Belum kak" jawab Lala yang langsung mewakili Nia karena memang mereka belum sempat sarapan tadi pagi terlebih Nia yang malah belum makan dari kemarin.
Nia menepuk lengan Lala menyuruhnya untuk berhenti bicara. " Dia apalagi kak belum makan dari kemarin" sambungnya lagi.
" La, udah deh stop" Nia kesal karena lagi-lagi Lala begitu ember mulutnya hari ini padahal biasanya dia tidak pernah seperti itu.
" Udah deh Ni, loe emang benarkan belum makan?" Lala tidak peduli dengan Nia yang menggeram kesal. " Loe jarang makan karena loe ngirit kan untuk biaya nyokap loe berobat tapi selama ini loe bilang ke gue dan juga teman-teman kalau Loe lagi diet padahal loe bohong kan. ?" tambah Lala lagi yang sudah menangis karena sudah tidak kuat melihat sahabatnya begitu menderita sementara dia sebagai sahabat tidak bisa membantu apa-apa karena perusahaan ayahnya juga sedang bermasalah jadi dia juga harus mengirit pengeluaran. Lala pun seakan tidak peduli lagi dengan kemarahan Nia nantinya karena dengan lancangnya ia menceritakan masalah pribadi sahabatnya kepada orang lain. Lala hanya kesal karena beberapa hari ini Nia selalu beralasan diet ketika diajak makan di kantin padahal Lala yang akan mentraktirnya tapi karena Nia tidak ingin menyusahkan sahabatnya apalagi dia juga tahu kondisi keluarga Lala saat ini juga sedang tidak baik jadi Nia lebih memilih untuk berbohong.
" Cukup La!" bentak Nia membuat Zaira terkesiap dan merasa bersalah.
" Sorry semua salah gue, karena udah banyak nanya. gue terlalu kepo sampai tidak memikirkan perasaan loe. sekali lagi gue minta maaf ya!" ucap Zaira yang merasa bersalah.
Nia terdiam merasa bersalah karena sudah membentak sahabat baiknya yang selama ini sudah banyak membantunya.
" Maafin gue La!" Nia meraih tangan Lala yang menangis, Lala pun menoleh dan akhirnya kedua sahabat itu pun menangis dengan saling berpelukan.
" Gue juga minta maaf karena udah lancang. gue juga gak tau kenapa hari ini gue kok bisa ember banget cerita ke kak Zaira tentang masalah pribadi Loe. maafin gue ya Ni!" tutur Lala dalam pelukan Nia dan Nia pun mengangguk sebagai jawaban.
" Udah jangan pada nangis dong, gue jadi ikutan haru nih!" Zaira menghapus air matanya yang lolos gitu aja merasa terharu dengan pemandangan yang ada di hadapannya.
Nia dan Lala pun melerai pelukannya lalu menghapus air mata mereka masing-masing dan keduanya pun tersenyum.
" Udah ya acara mewek-meweknya, sebaiknya loe bawa sahabat loe ini ke ruang UKS dan setelah itu loe beliin dia sarapan!" ucap Zaira.
" Gak kak Za, saya baik-baik saja kok masih bisa untuk membereskan hukuman ini!" sahut Nia yang merasa tidak ingin dirinya menyusahkan orang lain.
" Tubuh sempoyongan gitu juga, sudah sana gak usah ngeyel gue bisa nyelesain ini semua. soal kak Irfan loe tenang aja nanti gue yang urus." ucap Zaira.
" Tapi kak..." ucap Nia terpotong.
" Loe tenang aja, gue bisa sendiri!" Zaira tahu maksud ucapan Nia yang pasti merasa tidak enak dengan dirinya.
" Terima kasih ya kak!" Nia dan Lala pun melangkah keluar dan Zaira pun tersenyum tipis menanggapi ucapan itu.
Baru beberapa langkah tiba-tiba ponsel Nia berbunyi dan Nia pun menghentikan langkahnya mengangkat panggilan tersebut.
..." Iya hallo!"...
(...)
..." Apa?"...
(....)
..." Baik saya akan segera kesana, tolong selamatkan ibu saya!"...
...ucap Nia yang kembali pecah tangisnya....
" Ada apa?" tanya Lala panik
" I.. ibu kritis dan harus segera di operasi, ta..tapi...!" ucap Nia dengan isak tangisnya yang sudah pecah.
" Masalah biaya?" sambar Zaira menebak dan Nia mengangguk pelan.
Ceklekk...
Ketiganya menoleh bersamaan. " Kalian sedang apa disini, dan kamu kenapa menangis?" tanya Azka yang masuk ke dalam ruangan tersebut.
" Maaf saya harus pergi, permisi!" Nia bergegas keluar ingin meminta izin untuk segera pergi ke rumah sakit.
" Tunggu dulu!" Nia menghentikan langkahnya saat Zaira mencegahnya.
Zaira menghampiri Azka yang berdiri dengan dahi mengkerut tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi di ruangan ini.
" Pak, maaf apa pak Bagaz bisa menolong saya untuk menemani teman saya ini pergi ke rumah sakit?" tanya Zaira takut-takut.
" Rumah sakit?" Azka mengerutkan alis
" Nanti saja ceritanya, bisa atau gak ?" tanya Zaira yang sudah tidak sabaran membuat Nia dan Lala saling pandang.
" Iya .. iya bisa." sahut Azka yang terkesiap dengan sikap Zaira yang berani menurutnya.
Azka merogoh kantong celananya lalu menyerahkan kunci mobilnya kepada Zaira. " Kamu tahu kan yang mana mobil saya?" Zaira mengangguk. " Tunggu saya di mobil, saya akan ke ruang guru dulu meminta izin untuk kalian dan meminta Bu Tika untuk menggantikan saya. Siapa nama kalian dan kelas berapa?"
" Saya Kalila Anggraini dan ini Kurnia Sasmita. kami kelas 10 A1" Jawab Lala karena Nia tengah menangis mencemaskan kondisi ibunya.
" Yaudah Ayuk kita ke mobil sekarang dan pak jangan lama-lama ya!" ucap Zaira yang langsung mengajak Nia dan Lala keluar dari ruangan.
" La tolong belikan Nia makanan ya, dia harus punya tenaga untuk menjaga dan menemani ibunya bukan. " Zaira menyodorkan selembar uang biru kepada Lala.
" Tidak usah kak saya tidak lapar" sahut Nia melarang Lala untuk menerima uang yang disodorkan Zaira.
" Ambil La, cepat belikan. gue sama Nia nunggu di mobil" Zaira meraih tangan Lala dan menyerahkan uangnya dan menyuruh Lala segera pergi ke kantin.
" Kalau loe kaya gini, gimana loe bisa jagain ibu loe dan memberinya semangat untuk berjuang melawan penyakitnya. loe harus jaga kondisi kesehatan loe juga jangan sampai sakit!" tegas Zaira yang langsung memapah Nia menuju mobil.
" Kalian mau kemana?" tanya seseorang yang tiba-tiba menghentikan langkah Nia dan Zaira.
" Permisi kak, maaf gue gak bisa menjalankan hukuman gue hari ini. gue dan dia juga sudah minta izin sebelumnya sama guru BK!" ucap Zaira datar
Sementara Nia yang berada di samping Zaira malah jadi salah tingkah saat bertemu kembali dengan cowok pujaan hatinya, siapa lagi kalau bukan si ketos Irfan.
" Tapi kalian mau kemana?" tanya Irfan penasaran namun tidak di gubris oleh Zaira yang terus saja melangkah memapah Nia berjalan menuju mobil Azka.
" Za!" teriak seseorang, lagi-lagi langkah mereka terhenti. Zaira berbalik dan seorang gadis berlari menghampirinya.
" Za loe kemana aja dari tadi, kok gak masuk kelas?" tanya Lia yang sudah berada dihadapan Zaira.
" Gue telat terus si ketos ngasih gue hukuman bersihin ruang peralatan olahraga" jawab Zaira.
" Terus loe sekarang mau kemana dan dia ..?" Zaira mengerti maksud pertanyaan Lia.
" Dia anak kelas 10 A1, dia kena hukuman bareng sama gue tapi sekarang gue mau nganterin dia ke rumah sakit dulu" terang Zaira
" Dia sakit?" Lia penasaran
" Bukan tapi ibunya" Lia manggut-manggut mengerti.
" Terus Loe mau anter dia pake apa?" karena yang Lia tahu Zaira tidak boleh menyetir mobil.
" Pak Bagaz yang akan mengantar!"
" Kalau gitu gue ikut ya!" pinta Lia
" Dihh... bolos loe?" Zaira mengerutkan alis
" Ya loe aja bolos, kenapa gue gak boleh!" sahut Lia santai.
" Ehhh gue udah minta izin ya!" Zaira tidak terima
" Sama saja, sudah yuk ah cus kasihan tuh adik kelas pusing dengerin ocehan loe" ucap Lia seenak jidat membuat Zaira geleng-geleng kepala.
" Gak salah tuh!" gumam Zaira pelan tapi masih terdengar oleh Nia membuat Nia tersenyum tipis.
Kini mereka tengah duduk di dalam mobil. Lala pun sudah kembali dari kantin dan Zaira tengah memaksa Nia untuk memakan makanannya.
" Nia kamu harus paksain untuk makan. kalau kamu lemas dan lemah kaya gini ibu loe pasti akan bertambah sedih!" ucap Zaira membujuk Nia.
Nia dengan memaksakan diri memakan makanannya, yang dikatakan Zaira benar dia harus sehat dan tidak boleh sakit. entah mengapa air mata Nia meluncur gitu aja ada rasa hangat atas sikap Zaira terhadapnya.
" Loh kok loe nangis, apa makanannya gak enak?" tanya Lia yang melihat Nia makan sambil menangis.
Nia menggeleng dan Zaira yang duduk di kursi depan pun langsung menoleh kebelakang setelah mendengar ucapan Lia.
" Apa gue terlalu memaksa ya, maaf ya!" ucap Zaira yang jadi merasa tidak enak dan lagi-lagi Nia hanya menggeleng.
" Saya gak tau harus bicara apa, kak Za terima kasih!" ucap Nia disela Isak tangisnya.
" Sudah jangan seperti itu, sebagai sesama manusia kita itu sudah sepantasnya saling menolong dan sekarang loe makan lagi ya yang banyak jangan menangis lagi. beri ibu loe semangat!" tutur Zaira yang entah mengapa terlihat begitu dewasa Menurut Lia.
Azka membuka pintu mobil dan semua pandangan mata mengarah kepadanya.
" Maaf ya lama " Ucap Azka lalu menyalakan mesin mobilnya.
" Gak juga kok" jawab Zaira
" Gak lama cuma lumayan bikin semutan!" sahut dari arah belakang yang sontak membuat Azka menoleh ke sumber suara.
" Loh Mel, kok kamu ada di sini?" tanya Azka yang terkejut dengan keberadaan Lia didalam mobilnya.
" Sudah, cepat berangkat soal Lia biarin aja gak usah di urusin. kasihan Nia yang sudah mencemaskan keadaan ibunya!" Zaira menyentuh lengan Azka dan menyuruhnya segera menjalankan mobilnya.
Mobil Azka pun sudah meninggalkan area sekolah, dan Nia kini menangis cemas karena baru akan pihak rumah sakit mengatakan ibunya saat ini sedang masa kritis dan harus segera di operasi.
Nia menangis sesenggukan di pelukan sahabatnya Lala, Nia selain memikirkan kondisi ibunya saat ini juga memikirkan biaya operasi sang ibu kelak yang dia tidak tahu harus mencari uang kemana.
Zaira menatap iba kearah Nia, hatinya yang lembut tak kuasa menahan air matanya. Azka yang melihat Zaira menangis tanpa ragu meraih tangan Zaira dan menggenggamnya erat lalu mengangguk pelan. Seakan ia tahu apa yang tengah dipikirkan Zaira dan mengisyaratkan semua akan baik-baik saja.
Melihat Nia seakan Zaira teringat dengan kondisi ayahnya dulu.
Ini anak tiri nya Dokter Ariel,Duh kasihan banget Dokter Ariel,Kapan sih bahagia dgn hadis pilihannya, Outhor sih kayaknya dendam banget dengan dokter Ariel..🤭