Ajudanku, Si Dingin Pembuat Panas

“kau gila, kau ingin saya mendapat masalah karenamu hah” bentak Ares sambil menghampas tangan Flo dari lengannya.

“Aughh,” karena sangking kerasnya Flo merasa kesakitan. Dia menatap Ares yang tampak marah. “Aku tahu kau marah soal ini, karena tak ada cara lain. Victor tak akan mengijinkan kita menikah mengerti. Kau sudah sepakat untuk menikah denganku kan, jadi jangan sampai kau mundur” lanjut Flo menatap menantang Ares.

“tapi tidak dengan cara seperti ini, kau sama saja merusak karirku. Bagaimana kalau orang memikir kebohongan gilamu ini sungguhan” tukas Ares masih terlihat marah. Wajahnya bahkan masih memerah menahan amarah.

“Sudahlah, kau tidak usah khawatir soal itu. Bibirmu berdarah” Flo berjalan mendekat, dia menyentuh sudut bibir Ares tapi langsung di tepis oleh pria itu.

“terserah dirimu kalau begitu, dan saat kita menikah nanti jangan memaksa diriku untuk jatuh cinta denganmu. Karena pernikahan kita hanya di atas kertas” tegas Ares dengan wajah serius.

Mendengar itu Flo malah tersenyum,

“Yakin hanya di atas kertas, aku lihat saja kau sudah jatuh cinta denganku” ucap Flo sambil tersenyum.

Ares diam kaku, dia menatap datar Flo yang tersenyum melihatnya.

“Terserah kau mau berpikiran seperti apa, tapi jangan terlalu berekspetasi nanti saat tak sesuai dengan harapanmu kau sakit hati sendiri dan menyalahkan saya” setelah mengatakan itu Ares langsung keluar dari dalam kamar Flo.

Sedangkan Flo menatap punggung Ares yang berjalan keluar dari kamarnya,

“Kita liat saja, kau menganggap hanya di atas kertas. Tapi malah kau nanti yang akan jatuh sejatuhnya padaku Ares” gumam Flo penuh keyakinan. Kedua tangannya terlipat di dada, memandang Ares yang sudah jauh berjalan keluar dari kamarnya.

…………………

Seminggu berlalu, dan kedua orang tua Ares datang kerumah Victor untuk membicarakan pernikahan Flo dan Ares.

“Iya, secepatnya juga tidak apa. Saya juga sudah mengurus semuanya, atasan Ares sudah mengurus berkas yang di perlukan” ucap Victor terihat senang bicara dengan Hanung.

“Wow, cepat juga pak Victor mengurus semuanya” kagum Hanung pada calon besannya itu.

“Apa sih yang nggak cepat kalau buat anak sendiri, saya senang Flo bisa dapat anak anda” pungkas Victor.

“Saya juga senang bisa besanan dengan Pak Victor, mimpi apa saya bisa punya besan seorang pengusaha sukse seperti bapak. Malah bukan pengusaha lagi tapi Konglomerat di negara ini” ucap Hanung merasa bangga dan memuji Victor.

“Saya malah belum ada apa-apanya disbanding dengan anda. Ini semua cuman harta warisan kalau anda kan memulainya dari nol. Jelas jauh beda sama saya” jawab Victor merendah.

“ya walaupun harta warisan, tapi kalau yang meneruskan tidak bisa menjalankannya kan tetap tak semaju ini. Ah ternyata pak Victor ini bisa merendah juga. “

Mendengar itu Victor hanya tersenyum tipis, lalu ia melihat sekilas kearah taman belakang Dimana para istri terdengar Tengah tertawa Bersama.

“Sepertinya istri-istri kita enjoy banget di luar” ucapnya.

“Istri saya memang suka banget bunga, dan malah ketemu istri anda. Ya sudah kita para pria hanya bisa mendengar dan melihat kesenangan mereka kalau sudah bertemu” kekeh Hanung.

“iya” balas Victor singkat, wajahnya terlihat serius. Lalu tatapannya kembali kearah Hanung.

“Lalu bagaimana? Kapan pernikahan anak kita di lakukan. Saya tidak mau lama-lama” ucap Victor dengan serius.

Hanung yang tadi sedikit tersenyum sambil melihat kearah taman belakang, kini beralih menatap Victor. Wajahnya juga berubah serius.

“Saya sih ikut saja Keputusan Ares dan Flo mau kapan, kalau pak Victor ingin menentukan harinya juga nggak masalah” pungkas Hanung.

Victor hanya mengangguk, lalu tangannya memegang dagunya seperti Tengah berpikir.

“kalau dua minggu lagi bagaimana?” ucapnya meminta pendapat.

Mendengar itu Hanung melebarkan matanya,

“Apa? Nggak kecepetan kalau dua minggu lagi? Lalu berkas-berkas pernikahannya bagaimana? Mereka juga belum pengajuan di kantor dinas Ares” kaget Hanumg dengan Keputusan cepat Victor tersebut.

“tidak melakukannya tidak apa, biar aku urus soal itu. Tidak perlu ada pengajuan menikah, sepertinya Flo juga sibuk tidak bisa hadir ke tempat itu”

Hanung diam saja, dia menatap Victor.

“Apa semua orang kaya begini, menyuap seseorang agar di mudahkan” batin Hanung. Walaupun dia seorang pejabat ia anti di suap. Tapi, memang banyak di sekililingnya takluk dengan uang dan kekuasaan orang yang lebih tingga. Intinya apapun dengan uang masalah terselesaikan.

“Kalua soal itu aku nggak bisa memutuskan sekarang, soalnya Ares orang yang mematuhi aturan. Meskipun dia anakku, tapi aku takut mengambil Keputusan soal hidupnya” ucap hanung.

“Oke, anda diskusi dulu dengan Ares. Tapi saya minta tidak lebih dari dua minggu mereka harus menikah” tukas Victor seperti tak ada keringanan.

“Bisa gawat kalau sampai lebih dua minggu, pasti kehamilan Flo bakal terlihat nanti, dan reputasiku bakal hancur” batin Victor.

…………………..

Matahari sore bersinar dengan indahnya, langit terlihat keemasan menampakkan senja yang terlihat begitu indah. Ares Tengah berlari di sebuah taman, angin bertiup mengenai sela-sela rambut cepaknya itu. Dia terlihat begitu menikmati lari sorenya saat ini. Tapi kenyamannya itu harus terganggu secara tiba-tiba.

“Lari nggak ngajak calon istri mau cari mangsa baru kah?” ucap Flo yang tiba-tiba menyamai langkahnya saat ini.

Ares sedikit kaget lalu menghentikan langkahnya.

“kau? Kenapa kau disini?” kagetnya sambil melihat kearah Flo.

“ikut lari denganmu lah, aku disini bakal jadi pengawalmu dari mata-mata mereka yang minta di tusuk” tukas Flo sambil menatap mata-mata jelalatan Perempuan-perempuan yang ada di taman itu.

Ares malah terlihat jengah, dia Lelah sedari beberapa hari lalu Flo seperti terus saja memepet dirinya seakan tak memberikan celah.

“Sebenarnya apa mau mu?” tanya Ares menatap Flo yang malah seperti megejeknya dengan menirukan dirinya.

“Mau ku ya mengikuti kemanapun kau pergi, kau ajudanku seharusnya kau selalu ada di dekatku bukan enak lari sore begini” tukas Flo selesai menirukan Ares bicara.

Ares mengusap wajahnya kasar,

“terserah dirimu lah, saya capek” ucapnya dan akan berlari lagi tapi Flo menahan tangannya.

“Kenapa sih kau selalu bilang terserah, sekali saja hangat denganku” pinta Flo. “bukannya kita akan menikahkan. Seharunya hubungan kita jadi lebih baik. Kau suka denganku kenapa harus mengelak kerasa perasaan itu” lanjut Flo mengutarakan apa yang ada di pikirannya.

Ares mendengar ucaan Panjang Flo itu terdiam, dia tertegun melihat Perempuan di depannya seperti Frustasi dan dia bilang apa tadi? Kalau dia menyukainya, perasaan itu saja ia belum pasti suka atau apa.

Flo menatap Ares yang hanya diam mendengar ucapannya, dia mendongak menatap wajah datar pria di depannya.

Ares mengamati wajah Flo yang menatapnya dengan mata indahnya, Perempuan itu seperti mengharapkan sesuatu darinya.

Tiba-tiba dari arah belakang Flo ada seorang anak yang bermain skuter. Sontak Ares yang melihat itu langsung menarik Flo kedalam pelukannya.

***