Istri Supernatural Bos Mafia

MENINGGALKAN apa yang terjadi di bawah.

Saat ini di kamar Lafira, dua pria berpakaian hitam sudah meninggal dunia akibat ditembak oleh banyak timah panas. Salah satunya terpental hingga jatuh ke anak tangga dan mungkin tergeletak di lantai utama.

Gadis itu hanya diam sepanjang waktu dan memperhatikan mereka dengan cibiran. Wanita berpakaian serba hitam tadi kini memuntahkan darah dan tidak mampu menembus pikiran Lafira apalagi mengambil alih tubuhnya. Gadis itu terlalu kuat. Kemampuannya, dia tidak tahu apa kemampuannya.

"Kamu ... Siapa kamu sebenarnya?" tanya wanita itu gemetar. Tubuhnya lemas dan salah satu peluru telah menembus pahanya.

Sementara di kamar mandi sendiri, Shena yang menahan rasa sakit yang luar biasa di bahu kirinya pun memegang smartphone dengan tangan berlumuran darah. Dia mengetik beberapa kata di layar pesan dan mengirimnya pada Sion.

Tak butuh waktu lama, Sion mengirim pesan di mana dirinya berada. Shena sendiri hanya bisa mengetik apa adanya. Lalu panggilan dari Sion pun segera diterima olehnya.

"Bagaimana kondisimu sekarang?" tanya orang diseberang telepon.

"Kurang baik," bisik Shena agar tidak diketahui oleh orang-orang di luar.

Suara tembakan masih terjadi diiringi oleh teriakan kesakitan dari wanita berpakaian serba hitam. Shena hanya membiarkan panggilan telepon tetap terhubung agar pihak di seberang sana bisa tahu apa saja yang terjadi di rumah saat ini. Terutama tentang Lafira.

Di kamar tidur.

Lafira telah membelokkan semua peluru ke arah wanita itu, menembakkannya tepat di betis. Akhirnya wanita berpakaian serba hitam itu terjatuh akibat tidak bisa menahan rasa sakit di kedua kakinya yang kini mengeluarkan banyak cairan merah.

Dengan keringat dingin membanjiri tubuh, wanita berpakaian serba hitam itu menatap Lafira dengan perasaan tidak percaya. Apakah dia masih manusia? Bisakah kemampuannya lebih besar daripada para tetua organisasi? Pikirannya.

"Siapa kamu ...? Siapa? Kenapa aku tidak pernah tahu ada orang yang memiliki kemampuan seperti itu?" tanya si wanita berpakaian serba hitam itu, wajahnya memucat.

Lafira tersenyum dan menggerakkan kursi rodanya sedikit. Semua anak buah wanita itu sudah meninggal. Kini hanya menyisakan keduanya saja yang saling berhadapan. Gadis itu tahu jika kemampuan si wanita hanyalah merasuki pikiran orang, sehingga tak ada rasa sulit yang dialaminya.

"Tidak perlu tahu siapa aku," jawab Lafira datar. "Tapi aku sudah berkata, jika kamu tidak bisa menangkapku maka aku yang akan menangkapmu," imbuhnya.

Wanita berpakaian serba hitam itu tertawa mengejek. "Menangkapku? Bahkan kedua kakimu tidak mampu berjalan, kamu bahkan cacat. Bagaimana kamu bisa berdiri dan menangkapku? Gadis, kamu terlalu naif!" cibirnya.

"Kamu benar. Aku terlalu naif sejak awal hingga kedua kakiku lumpuh seperti ini. Aku sudah bersumpah jika mereka yang membuatku seperti ini akan mendapatkan balasannya. Tapi sebelum itu, aku bahkan tidak suka jika ada orang yang datang, apalagi untuk menangkap Domian. Kalian tidak bisa menangkapnya selagi aku masih hidup!" jelas gadis itu segera menunjukkan ekspresi marah.

"Kamu— sombong!"

Tiba-tiba saja wanita berpakaian serba hitam itu merinding tanpa alasan. Hawa di sekitarnya turun ke titik beku di mana suasananya menjadi aneh. Lafira menyipitkan matanya dan tersenyum yang lebih mirip dengan seringaian.

Kali ini wanita berpakaian serba hitam itu mencoba untuk mundur sedikit demi sedikit saat merasa jika ada sesuatu yang mulai muncul dari tubuh gadis itu. Setidaknya sebuah bayangan. Wanita itu melihat sebuah bayangan seekor kucing berwarna hitam muncul dari belakang Lafira. Bayangan itu besar dan memiliki mata merah menyala.

Ketika bayangan seekor kucing besar itu menyeringai hingga menunjukkan empat taring tajamnya, wanita berpakaian serba hitam tersebut akhirnya menggeleng kepala dan beringsut mundur semakin cepat, terlibat panik.

"Ti-tidak mungkin! Tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Kamu tidak mungkin memiliki peliharaan supernatural! Siapa kamu sebenarnya? Seberapa kuatnya kamu?!" Wanita itu terlihat banjir keringat dingin. Hidupnya pasti akan selesai kali ini jika sudah ditatap oleh bayangan kucing hitam besar itu.

"Sudah kubilang, kamu tidak perlu tahu. Kebetulan peliharaanku sangat lapar!" Lafira terkekeh dan menggerakkan tangan kanannya hingga bayangan kucing besar berwarna hitam itu melompat ke arah si wanita sambil membuka mulutnya lebar-lebar.

Akhir si wanita berpakaian serba hitam itu berteriak histeris dan kehilangan nyawa di tempat. Seolah-olah jiwanya telah direnggut paksa oleh sesuatu. Selama itu terjadi, terdengar suara geraman seekor kucing. Suaranya juga di dengar oleh Shena yang ada di kamar mandi.

Wanita bersetelan pakaian kantor itu pun bertambah pucat dan ingin tahu makhluk apa yang dimaksud si wanita berpakaian serba hitam tadi. Kenapa begitu ketakutan? Sejak kapan Lafira punya hewan peliharaan?

Suasana di luar tampak sunyi. Shena memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi dan mengintip ke luar. Ia langsung melihat Lafira yang telah terduduk di lantai dan memuntahkan darah segar. Lalu jatuh pingsan.

"Tidak ... Nona!!" Shena terkejut dan melupakan smartphone-nya yang masih dalam keadaan hidup. Sehingga ia lupa jika Sion masih menelponnya.

Wanita bersetelan kantor itu meletakkan smartphone di sisi lain dan menghampiri Lafira dengan kepalanya yang pusing akibat kehilangan banyak darah. Ia khawatir dengan kondisi Lafira yang pucat pasi. Apa yang sebenarnya terjadi?

Di seberang telepon, tempat Domian berada saat ini ....

Pria berjas hitam itu duduk di kursi kebesarannya. Saat ini dia berada di kantor cabang Mora Enterprise yang lain dan mengurus beberapa pekerjaan yang tertunda sebelumnya. Ia bahkan telah membubarkan rapat begitu saja.

"Bos," kata Sion segera mengakhiri panggilannya setelah mendengar suara Shena yang berteriak memanggil Lafira.

"Siapkan helikopter. Aku ingin tiba di sana dalam waktu sepuluh menit dari sekarang," perintah pria itu dengan ekspresi dinginnya yang terlihat tidak bersahabat.

"Tapi, Bos ... Soal ini ..." Sion tampak tidak yakin.