NovelToon NovelToon
Lesson After Class

Lesson After Class

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gadis nakal / Dosen / Diam-Diam Cinta / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: SweetMoon2025

Yurika Hana Amèra (Yuri), mahasiswi akhir semester dua yang mencari tempat tinggal aman, tergiur tawaran kosan "murah dan bagus". Ia terkejut, lokasi itu bukan kosan biasa, melainkan rumah mewah di tengah sawah.

Tanpa disadari Yuri, rumah itu milik keluarga Kenan Bara Adhikara, dosen muda tampan yang berkarisma dan diidolakan seantero kampus. Kenan sendiri tidak tahu bahwa mahasiswinya kini ngekos di paviliun belakang rumahnya.

Seiring berjalannya waktu, Yuri mulai melihat sisi asli sang dosen. Pria yang dielu-elukan kampus itu ternyata jauh dari kata bersih—ia sangat mesum. Apalagi ketika Kenan mulai berani bermain api, meski sudah memiliki pacar: Lalitha.

Di tengah kekacauan itu, hadir Ezra—mahasiswa semester empat yang diam-diam menaruh hati pada Yuri sejak awal. Perlahan, Ezra menjadi sosok yang hadir dengan cara berbeda, pelan-pelan mengisi celah yang sempat Yuri rindukan.

Antara dunia kampus, cinta, dan rahasia. Yuri belajar bahwa tidak semua yang berkilau itu sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SweetMoon2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Garis Batas yang Mulai Kabur

​“Saat kita hanya berdua seperti ini. Bisa? Saya jenuh semua-semua terlalu formal. Kamu bisa memanggil nama saya, Yuri.” Kenan berkata dengan nada rendah, tatapannya tulus.

​“Baik, P—pak. Eh… Maaf. Kenan? Bara?” tanya Yuri, sambil sedikit memiringkan kepalanya. Nama panggilan Bara ia rasa cocok.

​“Itu jauh lebih baik,” senyum Kenan mengembang, membuat kerutan lelah di wajahnya sedikit menghilang.

​“Kalau begitu selamat istirahat. Kalau ada apa-apa, hubungi saya. Pintu besi nggak saya gembok, kamu bisa gedor pintu belakang ya kalau saya telat merespon. Malam, Yuri.”

​“Malam, Bara,” Yuri mulai membiasakan diri memanggilnya dengan nama. Detak jantungnya jelas nggak karuan. Ini dosen muda yang selama ini di gilai banyak teman-temannya. Mereka bisa sedekat ini? Seakrab ini? Seakan-akan tembok formalitas kampus sudah mulai runtuh tanpa disadari. Dia merasakan kehangatan yang asing namun menenangkan setelah kejadian buruk yang menimpanya.

***

​Di lain tempat, Ezra akhirnya bisa terbebas dari acara tim basket yang berlarut hingga malam. Ia segera mengendarai motornya pulang, membersihkan diri, dan terus mencoba menghubungi ponsel Yuri.

Malam sebelumnya, dia sudah memberitahu tim basket bahwa dia ada urusan pribadi yang sangat mendesak, tapi entah kenapa rapat mendadak itu seolah menahannya, membuatnya semakin gelisah.

​Tuuut. Tuuut. Tuuut.

​Tersambung. Ezra merasa kaget sekaligus lega. Jantungnya berpacu lebih cepat. Ia melihat jam di ponselnya, sudah pukul sembilan malam. Ia mondar-mandir di dalam kamar, diserang dilema antara ingin tahu dan takut mengganggu.

​Tiba-tiba, layar ponselnya menyala. Nama Yuri ada di sana. Dengan segera, ia mengangkat panggilan tersebut.

​“Halo, Bang Ez,” lirih Yuri, suaranya terdengar lembut dan sedikit serak.

​“Halo, Honey. Apa kabar, sayang?” Ezra menahan dirinya agar tidak memberondong pertanyaan secara langsung ke Yuri.

Ia memaksa suaranya terdengar santai, meskipun di dalam hatinya badai kecemasan masih bergemuruh hebat karena ia nggak bisa menemui Yuri kemarin dan juga hari ini.

​“Baik, Abang. Maaf, ponselku kemarin mati.”

​Ada helaan napas berat yang Ezra ambil, seolah membuang seluruh beban kegelisahan yang ia rasakan selama ini. Perasaan yang ia rasakan sekarang nano-nano, campuran lega, khawatir, dan rindu.

​“Boleh aku tahu. Kamu di mana sekarang, Hon?” tanyanya pelan.

​“Di kosan. Ini mau tidur.”

​Ezra terdiam sejenak. Kosan? Kenapa dia nggak memberi kabar sejak kemarin?

“Oh, oke. Selamat istirahat, sayang. Besok bisa kita bertemu?”

​“Iya. Agak siangan saja ya. Aku mau tidur yang banyak, karena sudah libur semester.”

​“Iya, besok kita ketemu waktu makan siang, oke? Sleep tight, Honey.”

​Panggilan Yuri dimatikan. Ezra menatap layar ponselnya yang gelap. Dia terduduk di ujung ranjang. Debaran jantungnya menggila. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ia ucapkan—apa yang terjadi, kenapa ponselnya mati, kenapa ia tak bisa dihubungi—tetapi suara lirih Yuri, suara lembut yang menenangkan itu, membuatnya urung. Dia jelas nggak tega. Dia takut Yuri akan menjauh darinya kalau sikap posesifnya kambuh.

​“Hah,” desahnya, frustrasi karena harus menahan diri, membiarkan teka-teki itu menggantung di udara.

***

​Yuri terbangun karena panggilan alam. Ia melihat di ponselnya masih pukul 5 pagi. Pagi sekali, matahari juga belum muncul. Langit masih gelap dan sunyi.

​Setelah dari kamar mandi, matanya terasa lebih segar, rasa kantuknya sudah hilang. Dia oleskan salep dingin di beberapa bagian tubuhnya yang ada luka memar. Rasa nyeri itu sudah jauh berkurang, hanya menyisakan rasa pegal dan memar kebiruan yang harus ditutupinya.

Lanjut dia buka semua gorden rumah. Niatnya nanti dia mau minta tolong Bi Ati untuk membersihkan rumahnya dengan upah tersendiri. Yuri mulai merapikan beberapa bagian yang sedikit berantakan saat ia tinggal pergi kemarin.

​Dia menyeduh susu cokelat hangat dan beranjak ke luar kamar. Ada kursi panjang taman di samping rumah ini. Dia ingin menikmati sunrise yang pasti sebentar lagi muncul, pikirnya.

​Yuri berjalan perlahan, masih dengan pakaian tidur tipisnya dengan celana pendek di atas lutut. Rasa dingin langsung menghampiri kulitnya, tetapi dia malah menikmati, dingin sejuk yang menenangkan. Udara pagi yang bersih terasa memurnikan paru-parunya.

​Dia duduk perlahan, mengangkat kedua kakinya ke atas kursi dengan pandangan lurus ke depan. Fokus melihat samar-samar cahaya matahari mulai muncul di kejauhan sana. Cantik. Sangat cantik. Pemandangan itu membawanya sejenak keluar dari kesibukan dan rasa sakitnya.

​Kenan, yang baru saja bangun dan sedang membuka pintu lantai dua menuju balkon, sempat terdiam. Ia melihat siluet Yuri di bawah sana, sendirian.

"Yurika?" lirihnya dari atas. Segera dia turun ke bawah sambil membawa selimut tipis. Ia merasa ada tanggung jawab sendiri atas Yuri, meski ia sendiri nggak tahu mengapa.

​Langkah kaki Kenan yang terburu-buru terdengar jelas di telinga Yuri, tetapi dia mengabaikannya, terlalu terhipnotis oleh proses alam di depannya. Derit suara pintu besi terbuka lebar.

​“Yurika,” panggilnya untuk memastikan. Yuri yang merasa terpanggil hanya menoleh sekilas dengan senyum teduh dan kembali melihat matahari yang perlahan muncul. Kenan mendekat, dia sampirkan selimut tipis di kakinya yang terangkat itu.

​“Lihat sunrise?” Kenan ikutan duduk di sampingnya, suaranya pelan dan agar nggak mengganggu fokusnya. Yuri hanya mengangguk kecil tanpa menoleh, fokusnya melihat sunrise pertamanya di sini, di rumah baru yang dia sewa.

​Keduanya diam. Hening. Fokus melihat kemunculan sang matahari. Dua kepala dengan isi kepala yang berisik masing-masing, namun dalam keheningan yang nyaman, seolah mereka sudah saling mengenal lama.

​“P—pak, eh, Bara, ke kampus hari ini?” tanya Yuri, mencoba memecah keheningan dengan nada hati-hati.

​“Iya, nanti jam delapan saya ke kampus. Buat mengecek hasil ujian kalian. Mau ikut?”

​“Nggak, aku kan sudah libur,” jawab Yuri sambil meminum habis susu cokelatnya yang sudah mendingin.

​“Kamu mau pulang kampung?”

​“Iya, akhir pekan ini.”

​“Oh… Oke. Selamat berkumpul dengan keluarga ya.” Kenan tersenyum lembut.

​“Iya, Pak, eh, Bara.”

​Kenan hanya tersenyum gemas. Dia mengacak rambut Yuri perlahan dan menoel pipinya. Kontak fisik yang nggak terduga itu membuat wajah Yuri memanas seketika.

​“P—pa… Bara!” rengek Yuri, melotot nggak terima, tetapi ada tawa kecil terselip di suaranya. Kenan langsung tertawa lepas dan bangkit dari duduknya.

​“Masuk, yuk. Mau sarapan bareng? Saya bisa masak nasi goreng yang enak. Itu keahlian saya di dapur.”

​“Wah… Boleh!”

​Hari ini ternyata Bi Ati nggak datang, dia izin mau ambil rapor anaknya. Saat Yuri mulai cerita rencana bersih-bersihnya sambil menunggu Kenan selesai masak nasi goreng untuk mereka berdua.

​“Besok saja kamu minta tolong Bi Ati buat beres-beres. Hari ini istirahat dulu, kamu baru selesai sakit kan? Kondisi kamu belum sepenuhnya pulih,” Kenan mengingatkan dengan nada penuh perhatian.

​“Iya, Pak.”

​“Hey…”

​“Ah, iya lupa. Bara,” Yuri tertawa dengan ceria, meskipun rasa ngilu masih dia rasakan sedikit di tubuhnya.

​Yuri menikmati paginya yang sedikit berbeda. Kehangatan kosan baru dan keakrabannya yang mendadak dengan dosen mudanya ini menjadi hal baru yang menyenangkan. Rasa nyaman itu menjadi penyembuh yang nggak terduga.

​“Gimana?” tanya Kenan saat Yuri mulai menyendok nasi gorengnya.

​“Enak nasi gorengnya. Besok-besok bisa nih dimasakin lagi,” canda Yuri.

​“Boleh. Kamu tinggal bilang saja. Saya nggak keberatan,” jawab Kenan dengan nada santai, sorot matanya yang tajam di kampus kini berubah menjadi hangat. Dan ada sesuatu yang lain.

​***

​Saat ini Yuri dan Ezra baru selesai makan siang di salah satu resto chinese food di dalam mal. Rencana beres-beres berubah menjadi rencana belanja. Yuri ingin membeli beberapa barang untuk oleh-oleh keluarganya di Australia.

​“Enaknya beli apa, Bang?” tanya Yuri, salah satu tangannya digenggam erat oleh Ezra. Hangat. Kehangatan yang dirindukan Yuri, yang seolah menghapus segala kecemasan.

​“Bisa makanan, sayang, atau hiasan khas Indonesia yang unik?”

​“Boleh deh. Kita cari saja semua. Gimana?.”

​Hampir satu jam mereka keluar masuk toko dan membeli beberapa barang yang Yuri rasa keluarganya suka. Yuri juga ada membelikan beberapa pernak-pernik khas anak basket untuk Ezra, dan ia menyukainya.

​“Han, tiket pesawat sudah Mama kamu bagi?” tanya Ezra saat keduanya sudah di dalam mobilnya, bersiap pulang. Jalanan sedang padat.

​“Sudah. Ini Abang lihat?” Yuri menunjukkan tiketnya. Ezra melihatnya, memindai dengan cepat.

​“Oh, kamu berangkatnya Jumat malam? Nanti aku antar ke bandara, ya. Aku pastikan kamu aman.”

​“Iya. Aku sudah nggak sabar buat ketemu sama Mama dan adik aku,” seru Yuri di kursi sebelah Ezra. Dia hanya tersenyum sambil mengambil tangan kanan Yuri dan mengecup punggungnya. Perasaan posesifnya mulai kembali, namun ia berusaha keras mengendalikannya.

​“Hari ini tidur di rumah aku ya?”

​“Rabu saja gimana? Rencananya besok aku mau beres-beres dan minta tolong bibi kosan juga bersihin rumah. Nanti aku berangkat dari rumah Abang buat ke bandaranya. Oke?”

​“Iya, apa sih yang nggak buat Honey Yuri-ku,” goda Ezra.

​“Ish… Gombal. Jantungku dugun-dugun nih,” canda Yuri sambil memukul pelan lengan Ezra.

​Keduanya tertawa seolah kemarin nggak terjadi apa-apa. Ezra juga belum tanya apapun ke Yuri. Saat keduanya bertemu tadi siang, melihat wajah ceria Yuri, Ezra urung menanyakan banyak hal. Dia takut wajah ceria itu menghilang. Dia takut ini bukan waktu yang tepat untuk menyinggung hal yang mungkin menyakitkan.

Ia rela menunda pertanyaannya demi mempertahankan senyum Yuri, saat ini tanpa dia sadari bahwa penundaan ini bisa jadi celah baru buat 'bahaya lain' yang sedang menyusup.

1
VIC
lanjut.....👋
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: siap 🫶
total 1 replies
Vanilla Ice Creamm
pembaca mau pengang Ezra atau kenan nih?
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: tolong pegang aku aja bisa nggak? 🥺
total 1 replies
WidBy
Kenan dan Yuri hmmm 😤
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: hihihi sabar Kak 🙏🫶
total 1 replies
kalea rizuky
yuri kok jd sasimo/Shame/
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: maafkan aku kak. bs cek lagi tag yg tersemat ya hehehe 🙏🫶
total 1 replies
WidBy
Kepo ini yg belum ke jawab. Kenan di perumahan itu rumah pacarnya atau rumah dia sendiri?
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Oh, iya rumah siapa ya? 🤔
total 1 replies
WidBy
Sambil nunggu update-an othor. baca dari awal lagi 🤣
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Terimakasih ya 🫶
total 1 replies
WidBy
Wah, Kenan benar-benar bermain api 🫢😤
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Biar hangat, apalgi musim hujan gini 🤭
total 1 replies
kalea rizuky
yuri jangan main api pilih salah satu jangan serakah tak baik
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: main api, bikin hangat kakak 🤭
total 1 replies
kalea rizuky
hmmm kenann kn Pejajajah kelamin thor masak dpet perawan kayak yuri ih gk rela daku
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: sabar-sabar 🤣
total 1 replies
Vanilla Ice Creamm
baca fiksi remaja... berasa kembali remaja belasan, thor 😍
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Aw... jd malu ada Kak Vanilla. Makasih kak supportnya 🫶🫶🫶
total 1 replies
WidBy
ditunggu updatenya Thor, yang banyak ya 🤣
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: sabar ya 👍🤭
total 1 replies
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
Enjoy the moment Kenan 🤭
Vita Fatimah
cerita donk Yuri, takut ada yang nyelakain lagi iiiiih
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: tenang kak...
total 1 replies
WidBy
g double up Thor? 🤣
farchahcha
Penasaran jg nih sama Pak Keenan..

Btw, aku mampir nih kak. Seru ceritanya. Semangat 😊💕💕
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Selamat datang Kak Caca, makasih support nya 😍🙏
total 1 replies
Vita Fatimah
agak curiga juga ma Kenan, noh
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Jangan curiga sama dosen tampan dong kak 🤭😄
total 1 replies
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
Hallo semua, maaf kalau kemarin aku nggak update ya. Hari ini aku double up. Ayo kasih ulasan dan komen kalian. Kalau ramai besok aku usahakan double up lagi. Happy weekend guys 😘🙏
WidBy
/Sob/ Yuri di gebukin siapa?
WidBy
Kenan mulai maju secara perlahan 🤭
VIC
ada poin sisa poin.... semua buat kamu, spy makin semangat ya, thor
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: asik. Donaturku, love sekebon Vanilla 🤗😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!