Tharion, sebuah benua besar yang memiliki berbagai macam ekosistem yang dipisahkan menjadi 4 region besar.
Heartstone, Duskrealm, Iron coast, dan Sunspire.
4 region ini masing masing dipimpin oleh keluarga- yang berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan di Tharion.
Akankah 4 region ini tetap hidup berdampingan dalam harmoni atau malah akan berakhir dalam pertempuran berdarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryan Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Act 17 - Beyond the sea
Beberapa jam setelah kejadian itu Celeste akhirnya sadarkan diri dan berjalan keluar dari kamarnya.
"Celeste!" ucap Galland yang melihat Celeste berjalan terhuyung.
Celeste terlihat sangat lemas dan pucat, suaranya hilang karena cengkraman James begitu kuat sehingga membuat tenggorokan nya bengkak dan tidak dapat berbicara.
"Tenanglah, semua baik baik saja" ucap Galland sambil membantu Celeste duduk di meja makan.
Celeste membuat isyarat untuk bertanya apa yang terjadi pada James namun Galland terlihat tidak mengerti apa yang ingin di ucapkan oleh Celeste.
"Tenggorokan mu pasti terluka, tunggu sebentar akan aku ambilkan air" Galland beranjak dari duduknya dan pergi kedapur untuk mengambil air.
Tak selang beberapa lama Sandel kembali setelah mencari kayu bakar hutan dan kaget melihat Celeste yang sudah sadar.
"Celeste!" dia berlari kearah Celeste yang sedang duduk di meja makan.
Sandel memeluknya dengan erat dan Celeste hanya bisa tersenyum tipis dengan bibir pucatnya.
"Syukurlah kau tidak apa-apa, kami semua sangat menghawatirkan mu" ucap Sandel.
Dia pun duduk disebelah Celeste dan mulai bercerita tentang keadaan James setelah dia membawa Celeste kembali ke rumah.
Sandel bercerita dengan sedetail mungkin kepada Celeste dan Celeste pun mendengarkan dengan seksama.
Ditengah cerita Galland datang membawa air untuk Celeste.
"ini minumlah" ucap Galland.
Mendengar cerita Sandel Celeste pun beranjak dari kursinya namun kembali terduduk karena tubuh nya masih terlalu lemas untuk bangun.
Sandel pun membantu Celeste untuk berdiri dan memopong nya menuju kamar tempat James berada.
-
Ketika mereka memasuki ruangan, Ser Garrick masih berada disana menjaga James dengan wajah khawatirnya sedangkan James masih tidak sadarkan diri dengan tubuh yang sangat panas dan keringat yang sangat dingin.
Celeste perlahan berjalan mendekati James dibantu oleh Sandel, Galland mengambil kursi dan menaruhnya disamping tempat tidur agar Celeste bisa duduk.
Dengan mata berkaca kaca Celeste memandangi tubuh James yang tampak tak berdaya, pria yang terlihat kuat dimatanya kini berubah menjadi seorang yang terlihat sangat rapuh.
Celeste memegang tangan James sambil meneteskan air mana di pipinya, panas dari kulit James tidak membuat Celeste melepaskan genggamannya.
Celeste hanya menunduk sambil menempatkan tangan James di dahi nya dan menangkis tersedu sedu, suara tangisannya terdengar di ruangan yang sunyi diiringi oleh suara ombak yang saling bersahutan.
Ser Garrick, Galland dan Sandel sama sekali tidak bisa mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya, mereka seperti mendadak membisu melihat Celeste menangis.
"James, bangunlah!" Ucap Celeste dengan suara seraknya sambil menahan sakit di tenggorokan nya setiap dia mengeluarkan kata-kata.
Entah kenapa, melihat James terbaring lemah seperti itu membuat Celeste merasa seperti tertusuk pedang tepat di dadanya.
Dadanya terasa sesak dan perasaan nya seperti campur aduk diapun tidak dapat menahan air matanya.
Celeste yang dulu terlihat seperti wanita tangguh yang tidak pernah meneteskan air mana meskipun dalam keadaan genting kini menangis tersedu sedu dihadapan pria yang dicintainya.
"Sudahlah" Ucap Sandel sambil menepuk pundak Celeste dengan sangat lembut.
"Dia pasti akan kembali seperti sebelumnya, kita semua tahu bahwa James bukan orang yang lemah" ucap Sandel berusaha menghibur Celeste.
Celeste pun memegang tangan Sandel yang masih berada di pundaknya dan menoleh padanya.
Dia hanya mengangguk dengan mata nya yang bengkak karena menangis.
"Ugh, perasaan apa ini" ucap Sandel dalam hati.
"Luka yang dia alami pada tenggorokannya sangat parah sampai dia tidak dapat mengucapkan apapun, tapi demi membangunkan James dia menahan rasa sakit itu hanya agar James mendengar suaranya dan bangun" lanjutnya.
Sandel melepaskan tangannya dan beranjak dari ruangan itu dengan mata berkaca kaca.
"Aku akan keluar untuk mencari udara segar" ujarnya sambil berjalan keluar meninggalkan mereka berempat di ruangan itu.
-
Sandel pun keluar dengan terburu buru khawatir Galland dan yang lain melihat matanya sudah mulai berair menahan air mata.
"Jika kau menangis akan ku pukul kau!" ucap Zein yang tengah duduk di depan rumah sendirian sambil menatap kearah pepohonan.
Sandel yang kaget sedikit melompat kesamping dan memandang zein dengan pandangan kesal sambil mengusap matanya.
"S-siapa yang kau bilang akan menangis? Dan apa yang kau lakukan disini?" ucap Sandel.
"Aku hanya tidak sanggup melihat saudara seperjuangan ku terbaring lemah tersiksa ditempat tidurnya" ucap zein pelan.
Mendengar itu Sandel pun beranjak duduk disebelah zein.
"Ya, aku pun begitu" ucapnya.
"Itu dia adikmu pulang" ucap Zein melihat aurora berjalan dengan cepat bersama dengan seorang wanita tua.
"Siapa wanita yang berjalan dengan adikmu itu?" Tanya Zein.
"Entahlah" ucap Sandel bangun dari kursinya.
Aurora pun sedikit berlari ketika memasuki halaman rumah.
"Apakah dia sudah bangun?" tanya Aurora.
Sandel menggelengkan kepalanya.
"Kesini nyonya ikuti aku!" ucap Aurora.
Mereka pun memasuki rumah dengan cepat.
Melihat ada terlalu banyak orang di ruangan, Aurora memerintahkan yang lain untuk segera keluar.
Ser Garrick membantu Celeste untuk bangun agar mereka dapat memeriksa keadaan James yang masih tak sadarkan diri.
"Aku dan Celeste akan tetap berada disini!" ucap Ser Garrick.
"Baiklah, sisanya keluar!" ucap wanita tua itu.
Aurora membantu Celeste untuk duduk dan memeriksa keadaan tenggorokan nya sementara wanita tua itu memeriksa keadaan James.
"Berapa lama dia sudah begini?" tanya wanita itu.
"Mungkin beberapa jam" ucap Ser Garrick.
Kemudian wanita itu membaca semacam mantra sambil meletakan tangan di kepala James dan James pun terlihat seperti akan bangun.
Namun semakin kencang mantra yang dibacakan oleh wanita itu semakin keras juga tubuh James bergetar.
Dengan satu teriakan mantra wanita itu pun seperti terdorong kebelakang sebelum akhirnya ditangkap oleh Ser Garrick.
"Kau tidak apa apa?" ucap Ser Garrick.
"I-ini bukan sihir biasa!" ucap wanita itu gugup.
"Aku sudah lama sekali tidak melihat sihir semacam ini!" lanjutnya.
"Kau bilang kakak mu melihat seekor rubah sebelum ini terjadi?" tanya nya.
"Y-ya, dia bilang dia melihat rubah putih bermata merah" Jawab Aurora.
"Sihir ini biasa digunakan untuk membunuh target secara perlahan, namun sihir ini tidak dapat digunakan oleh sembarang orang, hanya orang yang memiliki kekuatan sihir besar yang dapat melakukan ini!" ucap wanita itu.
"Lalu apakah kau bisa menyembuhkan nya?" tanya Ser Garrick.
"Tidak, sihir semacam ini sudah jauh berada diluar jangkauan ku" jawabnya.
"Namun, aku bisa memberitahukan siapa yang bisa menangkal sihir semacam ini" ucapnya.
"Terdapat sebuah pulau bernama Shattered isle jauh disebelah timur laut iron coast, disana terdapat kota kecil bernama Veyloris port, kota itu di pimpin oleh keluarga Veyloris yang sering datang ke kota ini untuk berdagang, dari sana kalian bisa bertanya dimana orang bernama Kaelen Thalvane" ucapnya.
"Thalvane?" ucap Ser Garrick.
"Apa kau tahu soal dia?" tanya Aurora.
"Ya, dia adalah salah satu keluarga paling berpengaruh di Heartstone dan termasuk kedalam list keluarga terkuat meskipun tidak terlibat dalam politik Heartstone secara langsung" jawabnya.
"Satu satunya cara untuk menyembuhkannya hanyalah itu" wanita itu kembali berbicara.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan mu!" ucap Aurora sambil memegang tangan wanita itu.
Wanita itu mengangguk dan segera pergi dari rumah itu untuk kembali ke kota.
"Jadi kita akan ke pulau itu?" tanya Zein yang dari tadi mendengar kan dari depan pintu.
"Kita tidak punya pilihan lain" ucap Ser Garrick.
"Aku akan mempersiapkan semuanya!" ucap Zein beranjak pergi.
sementara itu Ser Garrick melihat keadaan Celeste yang terlihat sangat lemah sehingga tidak memungkinkan dia untuk ikut.
"Celeste, sebaiknya kau istirahat saja disini" ucap Ser Garrick.
Namun Celeste memandang Ser Garrick dengan tatapan tajam seakan bersikeras ingin tetal ikut dalam perjalanan ini.
Melihat itu Ser Garrick hanya bisa mengikuti karena kondisi James semakin lama semakin parah dan harus segera dibawa.
-
Mereka pun selesai melakukan persiapan dan langsung pergi menuju pelabuhan, disana mereka menemui seorang pria bernama Jeyra Veyloris.
"Kami ingin menyebrang!" ucap Ser Garrick memberikan kantong berisi uang kepada pria itu.
pria itu sama sekali tidak berbicara dan memerintahkan mereka semua untuk naik ke kapal.
Udara dingin dari laut menusuk kedalam kulit Ser Garrick yang tengah memandangi laut, bau asin tercium diudara dan suara benturan ombak pun terdengar.
Ser Garrick memikirkan masalalu dimana pertama Kali dia bertemu dengan anggota keluarga Thalvane yang terlihat seperti orang orang yang sangat berbahaya.
"Memegang posisi besar meskipun tidak memiliki pasukan" ucapnya dalam hati.
"Sebenarnya siapa mereka ini!" Ujarnya sambil terus memandangi laut di kapal yang mulai berlayar melawan arus ombak yang menabrak kapal itu dengan keras.
Karena kebnyakan novel pke bantuan ai itu bnyak yg pke tanda itu akhir2 ini.
Tapi aku coba positif thinking aja