 
                            Kenzo Tanaka — penguasa bisnis raksasa, pria yang menganggap dunia hanyalah papan catur untuk egonya.
Namun pada puncak kejayaannya, langit menjatuhkan vonis: sebuah kecelakaan misterius menghancurkan segalanya.
Ketika membuka mata, Kenzo tak lagi berada di penthouse mewah Tokyo…
melainkan di tubuh seorang anak kecil bernama Kazuki, di sebuah desa miskin yang penuh lumpur dan kesederhanaan.
Dari CEO yang dipuja menjadi bocah tak berdaya — Kenzo harus menghadapi dunia yang sama sekali tak mengenalnya, dunia yang memaksanya belajar arti rendah hati, kehilangan, dan… penebusan.
Apakah ini hukuman Tuhan, atau kesempatan kedua?
Dan bisakah seorang pria yang terbiasa menjadi dewa, belajar menjadi manusia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eagle Ofgod, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 “Serigala, Pasar, dan Ide Besar Pertama”
...Setelah berhasil mencabut sekitar selusin lobak dengan susah payah, Kenzo (atau Kazuki, seperti yang dipanggil di sini) memutuskan bahwa pekerjaan fisik itu membosankan, tidak efisien, dan sangat tidak menguntungkan. Tubuhnya pegal-pegal, tangannya kotor, dan ia hanya menghasilkan lobak, bukan Yen....
..."Ayah, apa yang kita lakukan dengan lobak-lobak ini?" tanya Kenzo, berusaha terdengar natural. Padahal di benaknya ia sudah membuat simulasi *supply chain* dan *market analysis* untuk produk lobak....
...Haru tersenyum. "Kita makan sebagian, Kazuki. Sisanya akan Ibu bawa ke pasar besok pagi, bersama sayuran lain."...
..."Pasar?" Mata Kenzo berbinar. Pasar berarti transaksi. Transaksi berarti uang. Ini adalah bahasa yang ia pahami. "Berapa banyak yang kita dapatkan dari semua ini, Ayah?" ia menunjuk ke ladang yang luas....
...Haru terdiam sejenak, menggaruk kepalanya. "Yah, tergantung. Kalau panen bagus dan tidak ada hama, mungkin cukup untuk membeli benih baru dan sedikit garam. Kalau ada sisa, mungkin bisa beli kain baru untuk bajumu."...
...Kenzo melongo. Cukup untuk benih dan garam? Kain baru? Untuk seluruh kerja keras ini? Di dunia modern, dia bisa membeli sebuah *supercar* dengan uang yang ia hasilkan dalam waktu yang sama, tanpa perlu kotor-kotoran. Ini adalah inefisiensi yang keterlaluan!...
..."Tidak ada yang lain?" tanya Kenzo, tidak percaya. "Tidak ada yang namanya... uhm... investasi? Pengembangan produk? Pemasaran?"...
...Haru tertawa terbahak-bahak. "Investasi? Itu bahasa apa, Nak? Kita berinvestasi waktu dan tenaga kita ke tanah, dan tanah akan memberikannya kembali. Itu saja. Pengembangan produk? Kita menanam apa yang tumbuh. Dan pemasaran... Ibu hanya perlu menaruh di meja pasar dan orang-orang akan datang. Mereka butuh makan."...
...Kenzo menggelengkan kepalanya. Otaknya yang cerdas, yang biasa merancang strategi bisnis global bernilai triliunan Yen, kini dihadapkan pada model ekonomi yang sangat primitif. Ini seperti kembali ke era batu, tapi dengan lobak....
..."Ayah, apakah semua orang di desa ini juga melakukan hal yang sama?" tanya Kenzo, pandangannya menyapu ke seluruh desa....
..."Tentu saja," jawab Haru, menunjuk ke gubuk-gubuk lain. "Kita semua petani. Beberapa berburu, ada yang membuat kerajinan kayu, ada yang pandai besi. Tapi sebagian besar dari kita bertani."...
...Kenzo mulai berpikir. Jika semua orang petani, maka suplai lobak dan sayuran lainnya akan melimpah. Harga akan rendah. Ini bukan model bisnis yang bagus. Ia harus mencari sesuatu yang berbeda, sesuatu yang bisa memberikan nilai lebih....
...Ia mengamati sekeliling lagi. Gubuk-gubuk yang sama, ladang yang sama, pakaian yang sama. Tidak ada tanda-tanda kemewahan, tidak ada inovasi. Tidak ada *demand* yang tidak terpenuhi yang bisa ia eksploitasi. Setidaknya, belum....
..."Kazuki, kenapa kau melamun terus?" Midori muncul dari gubuk, membawa minuman dalam cawan kayu. "Minumlah. Pasti haus setelah bekerja."...
...Kenzo menerima cawan itu. Minuman itu terasa seperti air dan sesuatu yang pahit. "Ibu, apakah di desa ini ada... sesuatu yang tidak dimiliki desa lain? Atau sesuatu yang kita punya tapi desa lain butuh?"...
...Midori dan Haru saling pandang, lalu tertawa. "Apa maksudmu, Nak?" tanya Haru. "Kita punya tanah dan tenaga. Desa lain juga punya. Mungkin kita punya apel terbaik di musim panen, tapi itu saja."...
..."Apel terbaik..." Kenzo mengulang. Sebuah ide kecil mulai terbentuk di benaknya. Di dunia modern, bahkan apel biasa bisa menjadi merek premium jika dipasarkan dengan benar....
..."Apakah ada orang di desa ini yang pintar dalam... membuat sesuatu? Atau memperbaiki sesuatu?" Kenzo melanjutkan, matanya berbinar. "Misalnya, membangun sesuatu yang kokoh? Atau... membuat makanan yang enak?"...
...Haru berpikir. "Ada Kakek Jiro. Dia pandai memperbaiki atap. Dan Nenek Kiku, dia membuat kue beras yang lumayan."...
...Kenzo mencatat mental. Kakek Jiro dan Nenek Kiku. Ini adalah aset. Orang-orang yang memiliki *skill*. Di dunia bisnis, ini adalah *human capital*....
...Perutnya masih kosong, kakinya pegal, dan ia masih seorang anak kecil di dunia antah berantah. Tapi Kenzo Tanaka sudah menemukan lahan bisnisnya. Ini bukan lagi tentang bertahan hidup. Ini tentang menaklukkan. Dan ia akan memulai dengan lobak, apel, dan kue beras....
...Malam tiba dengan cepat di desa. Tidak ada lampu jalan, tidak ada neon kota, hanya cahaya rembulan dan ribuan bintang yang tak pernah Kenzo lihat di langit Tokyo yang tercemar. Udara dingin menyusup melalui celah-celah gubuk. Tidak ada pemanas ruangan, tidak ada selimut *down feather* yang empuk. Hanya api kecil di tungku yang sesekali berkedip dan sehelai selimut kasar yang tidak cukup tebal....
...Kenzo meringkuk di sudut tempat tidurnya yang keras, menggigil. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya ia merasa begitu dingin, begitu tidak nyaman. Bahkan tidur di pesawat kelas satu pun tidak pernah senyaman ini....
..."Kau kedinginan, Kazuki?" tanya Midori lembut dari sampingnya. Ia dan Haru berbagi satu-satunya ranjang yang sedikit lebih besar di gubuk itu....
...Kenzo tidak menjawab. Egonya tidak mengizinkan. Seorang CEO tidak boleh terlihat lemah, apalagi di hadapan "bawahan" seperti Midori dan Haru. Tapi giginya gemeretak tanpa bisa ia kendalikan....
...Midori menghela napas. Tanpa bicara, ia bangkit dan menyelimuti Kenzo dengan selimutnya sendiri, lalu kembali ke tempat tidurnya. Kehangatan dari selimut itu, meskipun tipis, terasa seperti kemewahan. Kenzo merasa sedikit bersalah. Ini adalah selimut satu-satunya yang mereka miliki....
..."Terima kasih," bisik Kenzo, nyaris tak terdengar....
...Midori hanya menggumamkan sesuatu, mungkin sudah tertidur....
...Pikiran Kenzo melayang. Dia tidak bisa terus-menerus mengandalkan belas kasihan. Dia harus bangkit. Tapi bagaimana? Dia hanya seorang anak kecil dengan pengetahuan tentang *blockchain*, *AI*, dan *quantum computing* di dunia yang bahkan belum menemukan listrik....
..."Produksi, suplai, demand..." gumamnya. "Ada apa yang langka di sini? Apa yang bisa menghasilkan profit tinggi dengan modal rendah?"...
...Dia memikirkan desa itu. Semua orang menanam. Semua orang membuat kerajinan sederhana. Tidak ada yang menonjol. Tidak ada *unique selling proposition*....
...Tiba-tiba, telinganya menangkap suara. Suara auman pelan dari kejauhan. Kemudian, suara lolongan serigala....
...Midori dan Haru terbangun. Haru bangkit dan menyambar tombak kayu yang bersandar di dinding. Wajahnya tegang....
..."Suara apa itu, Ayah?" tanya Kenzo, merasakan bulu kuduknya berdiri. Itu bukan suara anjing tetangga. Itu adalah suara predator....
..."Hanya serigala, Nak," kata Haru, mencoba menenangkan. "Mereka kadang-kadang mendekat kalau mencari makan."...
...Midori mendekap Kenzo erat-erat. "Jangan khawatir. Gubu kita kuat."...
...Tapi Kenzo tidak tenang. Dia tahu serigala. Di dunianya, serigala ada di kebun binatang, atau dokumenter National Geographic. Bukan di luar jendelanya, mengancam nyawanya....
..."Apakah… apakah mereka berbahaya?" tanya Kenzo, suaranya sedikit gemetar....
...Haru mengangguk. "Terkadang. Mereka bisa menyerang ternak kita, atau bahkan anak-anak kecil kalau mereka kelaparan."...
...Ketakutan Kenzo bercampur dengan sebuah ide. Ini adalah *demand*. Ini adalah masalah yang harus diselesaikan....
..."Apakah ada yang berburu serigala?" Kenzo bertanya, otaknya sudah mulai memproses informasi dengan cepat. "Atau membunuh monster? Ada monster di sekitar sini?"...
...Haru dan Midori menatapnya aneh. "Monster? Seperti yang ada di cerita lama?" Haru tertawa pelan. "Tidak ada monster, Kazuki. Hanya serigala, beruang, dan kadang babi hutan."...
..."Tapi... apakah ada yang secara khusus melindungi desa dari mereka?" Kenzo mendesak....
...Haru menggeleng. "Kita semua melindungi diri kita sendiri. Kalau ada masalah, kita bantu-bantu."...
...Kenzo menghela napas. Tidak ada jasa keamanan. Tidak ada militer. Tidak ada polisi. Hanya penduduk desa yang mengandalkan diri sendiri. Ini adalah *opportunity* besar....
..."Bagaimana jika... ada yang bisa melindungi desa dengan lebih baik?" Kenzo bergumam, lebih kepada dirinya sendiri. "Seseorang yang bisa membersihkan ancaman ini. Itu pasti sangat berharga."...
...Di dunia modern, orang membayar mahal untuk keamanan. Di dunia *medieval* ini, dengan ancaman nyata dari alam liar... nilainya bisa tak terhingga. Dia mungkin bukan seorang ahli pedang, tapi dia adalah seorang ahli strategi....
...Kenzo tersenyum tipis dalam kegelapan, senyum yang sedikit licik dan penuh perhitungan. Serigala. Ini adalah pasar baru. Dan dia akan menjadi pemain utama....
......
 
                     
                    