NovelToon NovelToon
Legenda Hua Mulan

Legenda Hua Mulan

Status: tamat
Genre:Mengubah sejarah / Romansa / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Cerita ini tidak melibatkan sejarah manapun karena ini hanya cerita fiktif belaka.

Di sebuah kerajaan Tiongkok kuno yang megah namun diliputi tirani, hidup seorang gadis berusia enam belas tahun bernama Hua Mulan, putri dari Jenderal Besar Hua Ren, pangeran ketiga yang memilih pedang daripada mahkota. Mulan tumbuh dengan darah campuran bangsawan dan suku nomaden, membuatnya cerdas, kuat, sekaligus liar.

Saat sang kaisar pamannya sendiri menindas rakyat dan berusaha menghancurkan pengaruh ayahnya, Mulan tak lagi bisa diam. Ia memutuskan melawan kekuasaan kejam itu dengan membentuk pasukan rahasia peninggalan ayahnya. Bersama para sahabat barunya — Zhuge sang ahli strategi, Zhao sang pendekar pedang, Luan sang tabib, dan Ling sang pencuri licik — Mulan menyalakan api pemberontakan.

Namun takdir membawanya bertemu Kaisar Han Xin dari negeri tetangga, yang awalnya adalah musuhnya. Bersama, mereka melawan tirani dan menemukan cinta di tengah peperangan.
Dari seorang gadis terbuang menja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 – Bayangan dari Utara

Kabut pagi masih menggantung di atas Lembah Sungai Hitam. Bau darah, besi, dan abu masih terasa di udara, seolah bumi sendiri enggan melupakan tragedi semalam. Di antara tumpukan mayat dan bendera-bendera yang hangus, Mulan berdiri dengan bahu diperban, menatap sungai yang kini mengalir tenang seakan tidak pernah menyimpan amarah manusia.

“Semua pasukan... mundur dengan tertib. Kuburkan yang gugur, obati yang hidup,” perintah Mulan tenang, meski suaranya serak karena kelelahan.

Zhao Ren dan Zhuge Wei segera bergerak, memimpin ribuan prajurit yang tersisa. Beberapa di antara mereka berjalan tertatih, sebagian memikul tubuh sahabat yang tak lagi bernyawa. Han Xin berdiri tak jauh di belakang Mulan, bahunya juga dibalut kain merah darah yang mulai mengering.

“Zhuge,” panggil Han Xin perlahan. “Kirim kabar ke istana. Katakan pada Dewan Agung bahwa perang telah berakhir, Kaisar Timur telah tiada.”

Zhuge Wei menunduk. “Baik, Yang Mulia. Tapi... ada sesuatu yang harus Anda ketahui.”

Han Xin menoleh. “Apa itu?”

Zhuge menatap ke arah utara, di mana pepohonan pinus berdiri seperti bayangan hitam. “Seseorang melarikan diri dari medan perang tadi malam. Ia tidak memakai lambang pasukan Timur, tapi bergerak seperti pembunuh bayangan. Aku tak sempat mengejarnya.”

Mulan menatapnya tajam. “Utara...” gumamnya pelan. “Utara adalah jalur menuju ibu kota Han. Kalau dia bergerak cepat, dia bisa sampai dalam dua hari.”

Han Xin mengepalkan tangan. “Kita baru saja menang perang. Jika ada mata-mata yang lebih dulu sampai di ibu kota... bisa menimbulkan kekacauan.”

Mulan menatapnya mantap. “Aku akan pergi sendiri.”

Han Xin langsung menatapnya tajam. “Tidak. Kau baru saja bertarung dengan pamanmu. Bahumu belum sembuh.”

Mulan menatap lurus ke matanya. “Justru karena itu aku harus pergi. Orang itu bukan pembunuh biasa. Cara geraknya... mengingatkanku pada sesuatu. Mungkin seseorang dari pasukan bayangan Timur orang yang dulu kulatih sendiri sebelum aku pergi.”

Han Xin terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Baik. Tapi aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian. Aku akan ikut.”

Mulan membuka mulut untuk membantah, tapi melihat tatapan Han Xin campuran keras kepala dan kepedulian yang sama besarnya ia akhirnya mengangguk. “Baik. Tapi kita bergerak cepat, tanpa pengawal. Aku tidak mau menarik perhatian musuh di jalan.”

Malam itu, dua kuda berlari di bawah cahaya bulan pucat. Mulan menunggang Fengyun, sementara Han Xin di sampingnya dengan kuda hitamnya, Yulong. Hanya suara derap kuda dan desiran angin yang menemani perjalanan mereka.

“Lucu,” kata Han Xin akhirnya, memecah keheningan. “Kita baru saja memenangkan perang terbesar dalam sejarah dua negeri, tapi aku merasa lebih tegang sekarang daripada di medan perang.”

Mulan tersenyum tipis. “Karena di medan perang, musuhmu jelas. Tapi di istana... semuanya bisa menjadi musuhmu.”

Han Xin menatapnya sejenak. “Kau berbicara seperti seseorang yang sudah lama hidup di antara pengkhianat.”

Mulan membalas pandangan itu, matanya redup. “Aku lahir di istana Timur. Sejak kecil aku belajar bahwa senyum bisa lebih tajam dari pedang.”

Angin malam membawa aroma tanah basah. Di kejauhan, tampak cahaya kecil—sebuah desa kecil di kaki gunung. Mereka berhenti di sana, menambatkan kuda dan mencari tempat beristirahat.

Di rumah kayu kecil yang mereka sewa dari warga desa, Mulan duduk di dekat jendela, menatap bulan. Luka di bahunya mulai terasa panas lagi. Han Xin datang membawa semangkuk ramuan herbal.

“Minum ini. Obat dari tabib Zhao,” katanya sambil duduk di hadapannya.

Mulan mengambilnya tanpa menatap. “Kau tak perlu merawatku seperti ini.”

Han Xin tersenyum samar. “Aku tidak merawat. Aku memastikan aset terbesar kerajaanku tidak mati sebelum waktunya.”

Mulan mendengus kecil, tapi akhirnya meneguk obat itu. Rasa pahit menyebar di lidahnya. “Kau memang tahu cara membuat orang marah dan tersenyum dalam waktu bersamaan.”

Han Xin tertawa kecil. “Itu karena aku hanya meniru caramu.”

Hening sejenak. Hanya suara jangkrik dan hembusan angin yang terdengar. Mulan akhirnya berkata pelan, “Han Xin... jika aku gagal menemukan siapa bayangan itu, dan sesuatu terjadi di istana Han, apa yang akan kau lakukan?”

Han Xin menatapnya serius. “Aku tidak akan membiarkan istanaku jatuh. Tapi lebih dari itu... aku tidak akan membiarkan kau terluka lagi.”

Tatapan mereka bertemu, tajam dan lembut sekaligus. Dunia di luar tampak berhenti.

...----------------...

Keesokan paginya mereka melanjutkan perjalanan ke utara. Jalanan mulai berbatu dan berkelok. Di sisi kiri jurang, di sisi kanan hutan pinus yang gelap.

Mulan tiba-tiba menarik tali kekang kudanya. “Berhenti.”

Han Xin menegakkan tubuh. “Apa itu?”

Mulan turun perlahan, menelusuri tanah dengan jari. “Jejak kuda. Empat pasang... baru beberapa jam lalu. Mereka menuju ke utara juga.”

Han Xin menyipitkan mata. “Mereka mungkin patroli kerajaan.”

Mulan menggeleng pelan. “Tidak. Lihat jejak tapak inidalam, tapi tidak simetris. Mereka membawa beban berat di sisi kiri. Senjata rahasia atau tawanan.”

Mereka melanjutkan perjalanan perlahan, mengikuti jejak itu. Tak lama kemudian, terdengar suara pelan dari balik pepohonan suara besi beradu.

Mulan memberi isyarat. “Diam.” Ia merunduk, mengintip.

Di antara semak, tampak empat penunggang berpakaian hitam membawa sesuatu di atas gerobak. Saat kain penutupnya tersingkap oleh angin, Mulan membeku.

Di sana, tergeletak tubuh seseorang yang mengenakan pakaian prajurit Han, tapi dadanya tertancap belati berukir naga hitam simbol rahasia keluarga Kaisar Timur.

“Dia... pengawal kepercayaanmu,” bisik Han Xin perlahan. “Jadi mereka sudah masuk jauh ke wilayah Han.”

Mulan mencabut pedangnya perlahan. “Mereka bukan mata-mata biasa. Mereka pembawa pesan kematian. Dan jika mereka sampai ke istana...”

“...maka berita yang mereka bawa bisa menghancurkan segalanya,” sambung Han Xin dengan suara rendah.

Mulan menatapnya. “Kita tidak punya waktu.”

Pertempuran kecil pecah di hutan pinus. Bayangan melompat dari batang ke batang, pedang beradu di udara. Han Xin menangkis dua serangan sekaligus, sementara Mulan bertarung melawan pemimpin mereka seorang pria bertopeng perak dengan simbol naga hitam di dadanya.

“Kau... putri dari Hua Jian,” desis pria itu saat pedangnya bersentuhan dengan milik Mulan. “Kau mengkhianati darahmu sendiri!”

Mulan menatapnya dingin. “Aku mengkhianati kegelapan, bukan darahku.”

Pertarungan berlangsung sengit. Akhirnya, Mulan berhasil menjatuhkan pria itu, menodongkan pedangnya ke lehernya. “Siapa yang mengirimmu?”

Pria itu tertawa lirih. “Utara tak pernah diam, Nona Hua. Kau pikir pamanmu bekerja sendiri?”

Han Xin mendekat, menatap tajam. “Utara? Siapa di utara?”

Pria itu tersenyum samar, darah menetes dari bibirnya. “Kaisar baru... telah dilantik.”

Mulan tercengang. “Kaisar baru? Dari kerajaan Timur?”

“Tidak.” Pria itu batuk darah. “Dari utara... Kekaisaran Xianbei. Dan mereka... menunggumu, Putri Naga.”

Pedangnya jatuh. Tubuhnya terkulai.

Han Xin dan Mulan saling berpandangan. Udara menjadi berat, senyap, dan dingin.

“Xianbei...” bisik Han Xin perlahan. “Mereka tidak pernah bersekutu dengan Timur sebelumnya. Jika benar ada kaisar baru di utara, maka perang ini... belum berakhir.”

Mulan menatap tubuh pembunuh itu, lalu ke arah kabut tebal di ujung hutan. “Bayangan baru telah muncul. Dan kali ini... bukan sekadar perebutan takhta. Ini tentang siapa yang akan menguasai seluruh daratan.”

Han Xin mendekat, suaranya rendah tapi tegas. “Kalau begitu, kita akan melawannya. Bersama.”

Mulan menatapnya lama, lalu mengangguk. “Bersama.”

Kabut semakin pekat. Di kejauhan, terdengar suara seruling samar dari utara—melengking, dingin, dan menandakan satu hal pasti: perdamaian baru saja dimulai... dan perang yang lebih besar sedang menunggu.

Bersambung

1
Ilfa Yarni
huhuhuhu aku nangis lo bacanya cinta mereka abadi sampe seribu tahun
Ilfa Yarni
wah ternyata han Xin hidup lg mereka skrudah bersama lg trus han Xian jg ada ya
Wulan Sari
ceritanya sangat menarik trimakasih Thor semangat 💪👍 salam sukses selalu ya ❤️🙂🙏
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
yah han Xin ga hidup lg kyk mulan
Ilfa Yarni
apakah mereka akan ketemu lg kok aku deg degan ya
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
trus apakah han Xin msh ada jadian dong mulan sendiri hidup didunia
inda Permatasari: tentu saja masih karena Han Xin juga bukan manusia biasa tapi tidak seperti Hua Mulan yang spesial
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
aaaa sedih mulan pergi apakah mulan bisa kembali
Ilfa Yarni
ceritanya seru walupun aku kurang memgerti
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Ilfa Yarni
aku ga ngerti tentang naga yg aku ngerti cinta mereka ditengah peperangan hehe
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
si mulan ini manusia apa naga sih thor? sy kurang paham dg istilah keturunan naga🤔🤔
Ilfa Yarni
berarti han naga jg ya
Ilfa Yarni
apakah mereka mati bersama asuh penasaran banget
Ilfa Yarni
ceritanya menegangkan
Ilfa Yarni
ternyata pamannya msh hidup kurang ajar skali tp aku salut sama mulan dia hebat dan berani
Ilfa Yarni
seru thor lamjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!