NovelToon NovelToon
Tuan Foster, Angkat Aku Jadi Anakmu

Tuan Foster, Angkat Aku Jadi Anakmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Obsesi / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ferdi Yasa

Seorang anak tiba-tiba ingin membeliku untuk menjadi Ayahnya. Dia bilang, jika aku menjadi ayahnya, maka dia akan memberikan Ibunya padaku. Gratis.

Menarik.

Tapi ternyata, ibunya tidak seperti wanita pada umumnya. Dia ... sedikit gila. Setiap hari yang ada di kepalanya hanya memikirkan bagaimana caranya menanggalkan seluruh pakaianku.

Aku, Sebastian Foster, bersumpah akan menahan dia di sisiku. Selamanya. Karena dia yang sudah mer4ngs4ng g4irahku, jangan berharap aku bisa berhenti!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ferdi Yasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Apakah Benar Ibu Kandung?

Pagi-pagi, Nelson melihat keluar jendela dan berteriak, “Bu, hujan …!”

Samantha bangkit dengan piyamanya, melihat keluar.

Tanahnya basah dan berangin.

“Bu, kita tidak bisa pergi ke taman bermain dalam cuaca seperti ini.” Nelson sedikit frustasi, tapi dia menjadi bahagia lagi saat berkata, “Bu, kenapa kamu tidak pergi bekerja hari ini? Aku bisa bermain dengan Ayah nanti.”

“Ayahmu tidak ada di perusahaan.”

Samantha tidak ingin menghabiskan seluruh harinya dengan menonton ke!ntiman antara pria itu dengan Karina.

“Oh.” Nelson kembali ke tempat tidurnya dengan kecewa.

Samantha mencubit pipi anaknya sambil tersenyum. “Aku akan membawamu ke mall dan membelikan beberapa pakaian bagus. Kau akan menjadi anak yang paling tampan di taman kanak-kanak nanti.”

“Itu bagus!” Nelson menjadi bahagia lagi. Dia bangkit dan meminta Samantha membantunya bersiap.

Mereka datang ke pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kota.

Di sana, Samantha membelikan dua set pakaian musim dingin untuknya.

Saat mereka keluar, itu sudah hampir pukul dua belas. Samantha membawanya ke toku sup Liufu untuk mendapatkan menu kesukaan Nelson.

Ketika mereka berjalan di sisi jalan, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di samping mereka.

Samantha terkejut hingga ia refleks menjauhkan Nelson ke samping.

Kemudian, seorang pria dengan tergesa-gesa keluar dari mobil dengan menenteng tas di tangannya.

“Felix Andreas? Itu kamu?”

“Samantha?” Felix sedikit terkejut, tapi dia tidak berhenti. Dia mengangkat tangannya dan berkata dengan tergesa-gesa. “Aku memiliki sesuatu yang mendesak untuk ditandatangani. Nanti aku hubungi lagi.”

Kemudian dia berlari cepat ke kedai terdekat.

“Ibu, apakah paman tadi temanmu?”

“Ya.”

Samantha tertawa dan berkata, “Pria kecil, apakah kamu tahu perbedaan teman biasa dan apa teman istimewa?”

Nelson mencibir. Dia mejawab dengan serius, “Bu, jika dia teman biasamu, maka aku akan menyambutnya dengan baik. Tapi jika dia adalah teman yang ingin kau kencani, itu tidak mungkin. Aku tidak akan membantu saingan Ayah.”

…..

Tepat saat waktu makan malam, Samantha dan Nelson datang tepat waktu di tempat yang sudah ditentukan Nomi.

Begitu mereka sampai di lantai dua, Samantha melihat Nomi yang duduk di dekat jendela dan melambai padanya.

Sebelum Felix tiba, Samantha mengeluh padanya dengan suara rendah, “Nomi, jika aku tahu kamu juga mengundang Felix, kami tidak akan datang. Aku telah menjadi orang ketiga saat pertama kali, dan aku juga harus menjadi orang ketiga lagi sekarang. Selain itu, pasti sangat mahal untuk makan di tempat yang mewah.”

“Makan dengan lebih banyak orang, lebih menyenangkan,” kata Nomi sambil tersenyum. “Aku awalnya hanya memilih restoran biasa, tapi Felix mengatakan bahwa Nelson banyak membantunya hari ini, sehingga makan malam untuk berterima kasih tidak bisa terlalu sederhana. Jadi kami memilih di sini.”

Nelson memang sempat membantu Felix saat mereka tidak sengaja bertemu tadi. Pria itu meninggalkan kunci mobilnya di dalam karena tergesa-gesa. Nelson yang mencabutnya, memberikan pada Samantha dan meminta Ibunya memberikan itu pada Felix.

“Ibu, itu semua karena aku.” Nelson menjadi bangga lagi.

“Baiklah, kamu sangat hebat! Kita semua mendapat manfaat darimu, oke?”

“Ya, itu semua karena Nelson. Kau luar biasa!” Felix datang sambil tersenyum dengan sekotak popcorn.

“Ya, popcorn!” Nelson mengulurkan tangan untuk meraihnya.

Samantha menghentikannya dengan berkata, “Jangan sentuh makanan apa pun sebelum kau mencuci tanganmu. Ayo, aku akan mengajakmu.”

“Sam, kami telah memesan untuk diri kamu sendiri. Kamu bisa memesan untukmu dan anakmu. Aku yang akan membawa Nelson ke kamar mandi.” Nomi bangkit, membawa tangan Nelson dan mengajaknya pergi.

Melihat pelayan pergi dengan daftar pesanan, Felix tiba-tiba bertanya dengan serius, “Sam, apakah Nelson benar-benar putramu?”

“Ya. Kenapa?” Samantha tidak tahu kenapa dia bertanya.

“Anak kandungmu?”

“Ya, aku mengatakan itu tadi. Kenapa?”

Samantha menjawab tanpa ragu, membuat Felix tertegun. Ada keterkejutan di mata pria itu, tapi bayangan itu segera menghilang.

Felix berkata dengan senyum tipis, “Maaf. Aku hanya ingin tahu kalau kamu memiliki anak sebesar itu di usia muda.”

Samantha tersenyum, tapi dia tidak menjawab apa-apa.

“Sam, bisakah aku bertanya siapa ayah Nelson?”

Ketika Samantha berpikir tentang cara menjelaskannya, Nelson berteriak dengan gembira, “Ayah …!”

Samantha terkejut.

Ketika dia melihat ke tangga, dia bertemu dengan mata Sebastian yang dingin.

Samantha berdiri tergesa-gesa, tapi dia tidak sengaja menumpahkan jus jeruk yang baru saja dikirim pelayan. Tumpahan itu mengenai bajunya.

“Hati-hati, Sam.” Felix mengeluarkan tisu untuk membantunya menyeka, dan tidak sadar telah bersentuhan dengan Samantha beberapa kali. Tidak ada yang menyadari itu di keduanya.

Di sana, Nelson bergegas menuju Sebastian.

“Ayah, kamu di sini juga? Aku sudah lama tidak melihatmu. Aku sangat merindukanmu!” Nelson berpikir dia juga diundang Nomi untuk makan malam, jadi dia sangat senang.

Samantha yakin Sebastian tidak datang ke sini untuk makan malam seorang diri. Dia melihat ke sekeliling, tapi tidak melihat Karina.

Nomi datang untuk menyambut Sebastian, namun Samantha hanya berdiri di sisi meja melihat anaknya.

“Kenapa kalian makan malam bersama?” Saat Sebastian bertanya mengenai itu, dia memegang tangan Nelson. Pertanyaannya memang untuk Nomi, tapi tatapannya hanya tertuju pada Samantha.

“Saya berjanji untuk mentraktir Nelson steak sebelumnya.” Nomi tersenyum dan sedikit menunduk. “Tuan Foster, jika Anda sendirian, bagaimana kalau bergabung dengan kami?”

Sebelum Sebastian menjawab, suara lembut Karian sudah terdengar di belakang. “Bastian, anak siapa itu?”

Nomi mengenali suara itu. Dia dengan cepat berbalik dan menyapa, “Hai, Nona Karina.”

“Nomi, apa kamu di sini untuk makan juga? Dunia memang sangat kecil! Apakah dia anakmu? Dia benar-benar tampan!”

Karina tersenyum lembut dan mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Nelson, namun Nelson menghindarinya.

Saat Samantha akan mendekat untuk mengambil anaknya, Nomi sudah melakukan itu lebih dulu untuknya. Dia meminta maaf sambil sedikit menunduk, “Kami datang untuk makan malam juga, jadi kami tidak akan mengganggu Tuan Foster dengan Anda.”

Namun Nelson menarik kembali tangannya dan mendekat lagi ke Sebastian. “Ayah, apakah kamu tidak makan malam dengan kami?”

“Ayah?” Ekspresi karina tiba-tiba berubah. “Bastian, siapa dia? Kenapa dia memanggilmu Ayah?”

Samantha menyadari bahwa segalanya menjadi buruk. Dia segera muncul, tapi Sebastian sudah menjawab dengan datar. “Ini adalah putra dari Asisten Huang. Nelson. Dia tidak memiliki ayah sejak masih sangat muda. Aku pernah bercanda dengannya di kantor, dan kemudian dia memanggilku ayah setiap kali bertemu denganku.”

“Oh, begitu? Sangat menyedihkan melihatnya harus memanggil ayah setiap kali bertemu dengan seorang lelaki dewasa.” Karina memandang Nelson dengan prihatin.

Hati Samantha tenggelam. Dia meraih kembali tangan Nelson.

“Nona Huang.” Karina berkata sambil tersenyum. “Karena kamu masih sangat muda, lebih baik kamu mencari pacar untuk dirimu sendiri dan ayah untuk putramu sesegera mungkin.”

Samantha mengangguk, memaksakan senyumnya. “Terima kasih atas saran Anda, Nona Karina. Saya akan melakukannya.”

Nelson dengan sedih berteriak pada Karina sambil menunjuk Sebastian. “Ayah adalah pacar Ibuku!”

“Nelson!” Samantha berteriak juga.

Ada rasa jij!k di mata Karina, tapi segera pudar, dan dia tersenyum. “Nona Huang, putramu benar-benar naif dan polos.”

Kemudian, dia merangkul tangan Sebastian. “Bastian, apakah menurutmu begitu?”

Sayangnya, ekspresi Sebastian tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengangguk. “Ayo pergi.”

“Oke.”

Karina terlihat seperti burung kecil yang menawan. Ketika mereka melewati Samantha, wanita itu melirik Samantha dengan jij!k.

Perasaan Samantha menjadi tak terlukiskan. Saat dia menarik Nelson untuk kembali ke meja mereka sendiri, anak itu tiba-tiba menarik tangan dan berlari ke Karina.

“Kamu tidak boleh menyentuh Ayahku! Dia Ayahku!”

“Nelson!” Samantha memekik di sana.

Dia akan berlari untuk menarik Nelson, tapi anak itu sudah lebih dulu mengambil tindakan. Nelson mendorong Karina, dan itu membuat keseimbangan Karina goyah. Sepatu hak tinggi yang ia pakai hampir mencelakai kalau saja dia tidak dengan cepat meraih lengan Sebastian.

Karina menggosok kakinya dengan wajah yang dipenuhi amarah.

Namun, melihat Samantha yang memerahi Nelson, semua itu diubah menjadi ekspresi kesakitan dan mengadu ke Sebastian. “Bastian, ini … sangat menyakitkan.”

“Kamu baik-baik saja?” Dia bertanya sekilas padanya, lalu mengerutkan kening pada Samantha. Suaranya dingin dan mengancam. “Kenapa kamu tidak menjaga anakmu dengan baik? Jika Karina jatuh, apa kamu mau bertanggung jawab?”

“Aku ….” Samantha mengambil napas dalam-dalam dan meminta maaf, “Nona Karina, anakku nakal. Maafkan aku.”

Karina mengerutkan kening, tapi dia berpura-pura memaafkan dan memeluk lengan Sebastian. “Lupakan. Bastian, jangan salahkan anak kecil itu. Normal bagi seorang anak yang tidak memiliki pendidikan keluarga yang sehat sejak usia dini untuk memiliki masalah mental.”

Lalu Nelson mendorongnya lagi dan Karina mengaduh lagi.

Suara Nelson yang kecil terdengar tegas saat memperingatkannya. “Jangan berdiri begitu dekat dengan Ayahku! Kamu wanita jahat!”

Nelson hampir akan mendorong Karina lagi, tapi segera dihentikan oleh Samantha dengan marah, “Nelson! Jika kamu terus berperilaku buruk, aku akan memukulmu!”

“Ibu—“ Melihat Ibunya yang mengangkat tangan, Nelson berteriak dengan sedih.”

Nomi telah menarik Nelson ke samping dan membisikkan sesuatu padanya.

Sebastian tiba-tibab berkata tanpa melihat Samantha. “Samantha Huang, kamu tidak perlu pergi bekerja besok.”

Nomi segera memohon. “Tuan Foster, Nelson tidak melakukan itu dengan sengaja.”

Wajah Samantha langsung menjadi gelap. “Apa maksudmu?”

Membuangku?

***

1
Jeng Ining
sampe disini msih terlihat Samanta adl polisi yg cukup ceroboh, atw Sebastian aja yg udh terlalu lihai menilai karakter org🫣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!