Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Baru
Bandara Berlin terlihat cukup ramai, tapi Alex merasa seperti orang paling sendirian di dunia.
Dia baru saja mendarat, mengira Don Vittorio sedang menunggunya di Jerman. Tapi pesan singkat dari Carlo, membuat darahnya membeku.
[Alex, Don ada di Rusia]
Alex mengepal tangan. ‘Apa maksudnya ini?’ Itu berarti Don Vittorio berada di dekat Ava.
Sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, dua pria bertubuh besar mendekatinya.
"Alex, akhirnya kau datang," salah satu dari mereka berkata dengan aksen Jerman yang kental.
Alex langsung waspada, tangan kanannya sudah meraih pisau kecil di balik jaketnya.
"Diamlah,” ujar pria itu.
Sebelum Alex bisa bereaksi, tangan kedua pria itu mencengkeram lengannya dengan erat. Sebuah suntikan cepat menusuk lehernya, dan pandangan matanya mulai kabur.
*
*
*
Alex terbangun dengan kepala berdenyut. Suara mesin helikopter menggelegar di telinganya.
Tangannya terikat, dan sebuah penutup mata menghalangi pandangannya.
"Sudah sadar?" suara pria tadi terdengar di sebelahnya.
Alex menggerakkan rahangnya yang kaku. "Apa yang kau lakukan?"
"Kami hanya memastikan kau tidak ... membuat kesalahan lagi. Kau coba kabur dari Don Vittorio, hah? Kau ingin membodohinya? Tak akan pernah bisa!”
Alex menggeretakkan giginya karena geram. Selama berminggu-minggu, Alex diam-diam mengurus dokumen palsu untuk dirinya dan Ava.
Paspor baru, identitas baru, rencana untuk menghilang dari dunia Don Vittorio. Tapi rupanya, rencananya sudah ketahuan.
“Kalian akan membunuhku?” tanya Alex.
Dua pria itu tertawa. “Menurutmu?”
Alex hanya bisa diam. Yang dia pikirkan saat ini bukan keselamatan dirinya, melainkan sang adik. Dia berharap Ava bisa dengan cerdik mengatasi Don Vittorio.
*
*
*
Rusia …
Kastil itu menjulang megah di tengah hutan Rusia, menara-menaranya begitu tajam ke arah langit.
Ava berdiri di depan jendela kamarnya yang luas, memandangi salju yang mulai turun perlahan.
Satu bulan sudah sejak Don Vittorio membawanya ke tempat ini, dan satu bulan pula sejak dia terpisah dari Alex dan tak tahu di mana keberadaan kakaknya itu.
"Kau tidak perlu khawatir, Sayang," suara Don Vittorio tiba-tiba terdengar dari belakangnya.
Ava tidak menoleh. Tangannya menggenggam erat tirai jendela.
"Alex sudah memilih jalan hidupnya sendiri," lanjut pria tua itu dengan nada manis beracun. "Dia bekerja di Amerika Selatan mengurus perusahaan keluarga kita. Jadi … dia sangat sibuk."
Bohong.
Ava tahu itu. Tapi dia memainkan perannya dengan sempurna, tersenyum lemah dan mengangguk, seolah menerima setiap kata dari mulut Don Vittorio.
Apalagi Don Vittorio dengan beraninya membuat skenario bahwa Ava dan Alex adalah anak-anaknya karena dia berpikir Ava hilang ingatan dan bisa diperdaya.
*
*
*
Makan malam di aula kastil selalu menjadi pertunjukan.
"Kau ingat ini?" Don Vittorio mengangkat foto Alex yang berdiri di depan pesawat pribadi, tersenyum lebar. "Dia sangat senang bisa mengelola bisnis baru keluarga kita di Rio."
Ava menatap foto itu. Sesuatu tidak beres. Alex tidak pernah tersenyum seperti itu, terlalu lebar, terlalu dipaksakan. Dan tentu saja itu hanyalah foto editan.
"Boleh aku menyimpannya?" tanya Ava dengan suara lembut.
Don Vittorio tersenyum puas. "Tentu, Putriku."
“Oh ya … bagaimana dengan buku kedokteran yang kau baca? Kau sudah bisa mengingat pelajaran-pelajaran itu?” lanjut Don Vittorio.
Ava mengangguk pelan. “Aku ingat sedikit.”
Don Vittorio tertawa pelan. “Pelan-pelan saja mengingatnya. Aku akan memberimu banyak video operasi yang pernah kau lakukan agar kau mulai mengingat pekerjaanmu sebagai dokter. Apalagi lagi yang kau butuhkan? Alat-alat kedokteran atau mungkin kadaver?”
Ava mengangkat kepalanya. “Kita sedang makan. Aku tak ingin bicara tentang mayat.”
Don kembali tertawa. “Ya ya ya … aku mengerti. Maaf.”
“Bolehkah aku bersenang-senang sejenak? Aku butuh refreshing setelah koma panjang.”
“Tentu saja. Bagaimana kalau kita ke Paris? Atau ke Italia? Kau bisa belanja sepuasnya di sana,” kata Don Vittorio.
Ava terdiam sesaat, namun kemudian mengangguk. “Aku ingin ke Italia.”
“Oke, besok kita berangkat.” Pria berambut putih dan bertubuh tambun itu tersenyum sambil melanjutkan makannya.
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔