NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Telat Datang Bulan

 Malam ini Amira datang ke kediaman Sugito memenuhi undangan dari Dita. Tentu saja ia tidak datang sendiri melainkan di jemput oleh Aiden. Sesampainya di rumah, Amira disambut hangat oleh Dita. Mereka pun duduk bersama di sofa ruang tamu.

 Amira menyelidiki sekeliling, tetapi ia tidak melihat Elvaro dimana pun. Begitu juga Anya dan yang lainnya.

 "Ada apa, sayang? " tanya Dita.

 "Tidak papah, Nek. Hanya saja, rumah terasa sepi. Dimana semua orang? " tanya Amira.

 "Kebetulan, Anya sedang keluar sama Ranti dan Syella."

 "Ooohh... Kalau Pak El sama Bima? " tanya Amira lagi penasaran karena semua orang tidak ada disaat dia harusnya kedatangan dia disambut baik oleh semua orang. Amira merasa terhina karenanya.

 "Elvaro tadi sudah pulang. Tapi saat tahu Anya tidak di rumah ia langsung pergi lagi. Sepertinya Elvaro mau menyusul mereka. Maklum lah pengantin baru. "

  Tiba-tiba Amira merasa sangat marah. Padahal, ia di undan untuk makan malam bersama di rumah Sugito. Tetapi, mereka memilih pergi seperti ini.

  "Karena di rumah sedang tidak ada orang. Bagaimana kalau kita bertiga saja pergi makan malam, sambil membahas keperluan pernikahan mu, " usul Dita sambil beranjak bangun dari duduk nya.

 "Iyah, Nek. Aiden sudah reservasi satu restoran yang bagus, " sahut Aiden.

 "Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo, kita pergi!"

 Dita menggandeng tangan Amira dan berjalan berdampingan dengannya sampai mobil. Mereka pun segera pergi ke tempat yang di sudah di reservasi Aiden sebelum nya.

 Amira sedikit kecewa, karena ia datang sebenarnya hanya ingin bertemu Elvaro. Bisa dekat dengan Elvaro.

 [Gak bisa begini. Semenjak ada cewek kampung itu. Aku jadi jarang bertemu dengan Pak El. Bisa-bisa lama-lama Pak El gak akan membutuhkan aku lagi. ] Bathin Amira merasa gelisah sendiri.

 Jadi, ia pun berusaha merencanakan sesuatu supaya bisa pindah ke rumah Sugito secepatnya. Ia tidak mau menunggu satu minggu lagi.

   ***

 Elvaro akhirnya sampai ke tempat dimana Anya berada. Walaupun Anya tidak pernah memberitahu lokasinya. Itu karena kalung yang Anya pakai yang diberikan oleh Elvaro ada alat pelacak yang langsung terhubung ke ponselnya.

 "Kalian pergi tanpa mengajakku, " ujar Elvaro ketika sampai di restaurant tempat Anya dan sekeluarga kumpul.

 "Kok anda bisa tahu saya disini? " tanya Anya bingung padahal ia tidak memberitahu nya atau siapapun.

 "Anda? Saya gak salah dengar? " sahut Elvaro menggoda.

 Anya memutar kedua bola matanya.

 "Maaf, kami tidak mengajak kamu. Ayo, sini duduk, " sahut Ranti mempersilahkan Elvaro untuk duduk.

Elvaro tersenyum dan dengan senang hati ia duduk bergabung bersama mereka. Syella dengan peka berpindah tempat duduk supaya Elvaro bisa duduk di samping Anya.

"Duduk sini, Kak! "

"Makasih Syella. "

Syella pun duduk di samping Ranti. Elvaro melihat ke meja yang masih kosong dan belum tersaji apapun.

"Kalian udah pesan makanannya? " tanya Elvaro.

"Sudah. Kami baru memesan, " balas Ranti.

"Ohhh... Kalau begitu tinggal saya yang belum pesan. "

Elvaro pun memanggil pelayan untuk memesan makanan. Tapi tidak disangka ia memesan paket termahal. Pelayan itu pun segera pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.

Tidak lama kemudian pesanan mereka sampai. Meja yang kosong itu menjadi sangat penuh dan sempit.

"Waahhh... Apakah kita bisa menghabiskan semua ini? " ujar Syella tertegun namun terlihat sangat senang.

"Ayo, kita makan sekarang, " tukas Elvaro mengambil sepotong tangan lobster untuk diberikan kepada Ranti.

"Mah, makanlah yang banyak, " sambungnya.

"Terima kasih Elvaro, " balas Ranti.

Elvaro mengambil sebelah tangan lobster itu lagi untuk diberikan kepada Anya.

"Sayang? Kamu juga harus makan yang banyak."

"Ohok... ohok..! Panggilan sayang yang Elvaro lantarkan membuat Anya tersedak oleh minumannya sendiri. Dan juga membuat Ranti dan Syella tertegun kaget mendengarnya. Suasana berubah menjadi sangat canggung.

" Sa-sayang? " ulang Anya.

Elvaro mengangkat kedua alisnya singkat dengan senyum lebar di wajahnya.

"Kenapa? Bukankah itu terdengar manis? " sahut Elvaro kembali menggodanya.

Anya hanya tertawa canggung merasa malu dengan Ranti dan Syella.

Ranti tersenyum senang melihat Elvaro yang begitu memanjakan Anya. Hatinya merasa sangat lega. Ia percaya bahwa Elvaro bia menjaga Anya dengan baik dan ia juga bisa membuat Anya bahagia.

"Sudah sudah. Mari kita makan terlebih dahulu. "

Ranti melerai kecanggungan ini.

Syella begitu menikmati hidangan mewah malam ini. Jarang-jarang ia bisa makan seperti ini. Jadi, ia makan sepuasnya sampai mulutnya begitu penuh.

Namun, ketika Anya hendak akan memakan suapan pertama nya. Entah kenapa aroma bawang putih yang ada di masakan tersebut aromanya begitu kuat sehingga membuat ia merasa sangat mual.

"Uweee... uweee.... "

Elvaro segera memberinya air putih dan memberikannya kepada Anya. Elvaro bahkan menepuk pelan punggungnya sambil mengusapnya lembut.

"Kamu tidak papa? " tanya Elvaro karena khawatir.

"Saya juga gak tahu kenapa? Tiba-tiba perutku mual. Rasanya gak enak, " balas Anya sambil memegangi perutnya.

"Sepertinya kamu masuk angin. Gak papah nanti sampai rumah Ibu buatkan obat herbal, yah? " sahut Ranti.

"Iyah, Bu. "

Anya sejenak terdiam dan berpikir. Bulan ini ia memang belum datang bulan. Anya baru sadar sekarang, masa hednya sudah terlewat.

[Gawat! Jangan-jangan... aku hamil? ] Bathin Anya.

Anya mulai merasa gelisah. Karena ia dan Elvaro baru dua hari menikah. Kalau Anya sampai hamil, semua orang akan curiga dan kemungkinan Dita akan marah besar kalau tahu aku hamil sebelum menikah dengan Elvaro. Walaupun bayi itu memang anaknya Elvaro. Tapi tetap saja, Anya jadi merasa khawatir.

"Perutnya masih gak enak? " tanya Elvaro yang melihat Anya masih bengong dan terdiam.

"Gak papah kok, " balas Anya.

***

Amira baru saja pulang ke apartemen diantarkan oleh Aiden. Dan kini Aiden dalam perjalanan pulang ke rumah. Dalam perjalanan Amira menelpon. Aiden segera mengangkatnya.

"Ada apa, Amira? "

"Aiden! Tolong aku! Aaaa...! "

Aiden panik ketika mendengar suara Amira yang terdengar sangat ketakutan dan teriakannya yang terdengar sedang dalam bahaya. Ditambah teleponnya terputus begitu saja.

"Amira? Amira ada apa?! "

Aiden mencoba menghubungi Amira lagi. Tapi ponsel nya mati. Tanpa ragu Aiden memutar balik arah mobilnya dan kembali ke apartemen Amira. Aiden sampai tidak mempedulikan keselamatan diri sendiri. Ia menyebut sangat cepat melewati celah mobil lain yang berlalu lalang.

Ia bahkan hampir tabrakan dengan mobil lain. Tapi untungnya ia cekatan dan cepat menghindar.

Akhirnya Aiden sampai di apartemen Amira dan menerobos masuk. Karena liftnya tidak kunjung turun dan terlalu lama. Jadi, ia memutuskan untuk menaiki satu persatu anak tangga sampai ke lantai 17.

Ketika Aiden tiba di kamar apartemen Amira. Ia segera mendobrak pintu dan melihat Amira yang tergeletak di lantai tidak sadarkan diri. Rumahnya berantakan dan ada vas bunga yang pecah disamping Amira. Kepala Amira mengucurkan darah segar.

"Amira! "

Aiden pun segera mengangkat tubuh Amira dan menopangnya diatas di pahanya.

"Amira! Sadarlah! Amira! "

Aiden mencoba menyelidiki sekitarnya untuk memastikan apakah masih ada orang disana atau tidak. Tetapi melihat ruangan itu begitu sepi. Aiden segera menggendong tubuh Amira untuk segera dibawa ke rumah sakit.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!