Putri Pewaris Yang Ditukar

Edgar membawa Alesha ke sebuah rooftop yang ada di hotel itu. Ternyata dia sudah menyiapkan semuanya dan sudah direncakan dari jauh-jauh hari. "Kamu mau ajak aku ke mana sih?" tanya Alesha.

"Pokoknya ikut saja, aku punya sesuatu untuk kamu," sahut Edgar.

Sesampainya di rooftop, Alesha sangat terkejut dengan apa yang dia lihat. Di sana sudah ada satu meja dan dua kursi, tidak lupa di atas meja itu ada kue dan minuman juga. Rooftop itu sangat indah karena dihias sedemikian rupa dengan alunan musik romantis.

"Wow, kapan kamu menyiapkan ini semua?" tanya Alesha kagum.

"Rencananya sudah lama, dan persiapannya dari tadi pagi. Aku memang sengaja mendekor ini semua karena aku ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan kamu malam ini," sahut Edgar.

Edgar melangkahkan kakinya dan menggeser kursi supaya Alesha duduk. Tentu saja Alesha langsung duduk dan tersenyum penuh kebahagiaan. Edgar duduk di hadapan Alesha lalu dia menggenggam tangan Alesha.

"Sayang, kita sudah menjalin hubungan 6 tahun, bahkan kita sudah lama dijodohkan. Sekarang kita sama-sama sudah dewasa, jadi maukah kamu menjalin hubungan ke arah yang lebih serius lagi denganku?" tanya Edgar.

"Maksud kamu, menikah?" tanya Alesha.

"Iya, awalnya aku ingin menikah secepatnya denganmu tapi aku baru saja memulai semuanya. Aku punya niat kalau aku ingin menikahimu dengan uang hasil kerja kerasku sendiri bukan uang kedua orang tuaku," ucap Edgar.

Edgar pun melepaskan genggaman tangannya, lalu dia merogoh kantong jasnya dan memberikan sebuah cincin kepada Alesha. "Untuk malam ini aku ingin melamar kamu, tapi bukan untuk segera menikahimu melainkan kita tunangan dulu sebelum aku bisa mendapatkan uang sendiri," ucap Edgar.

Alesha tersenyum. "Aku memang belum siap untuk menikah sekarang-sekarang. Jujur, aku ingin belajar bisnis dulu karena kalau aku langsung menikah, ilmu yang selama ini aku dapatkan akan sia-sia dan aku berterima kasih ternyata kamu juga punya pemikiran yang sama denganku," sahut Alesha dengan senyumannya.

"Jadi, gak apa-apa 'kan kalau kita tunangan dulu?" tanya Edgar.

Alesha mengangguk sembari tersenyum. Edgar sangat bahagia, dia pun memakaikan cincin berlian itu ke jari manis Alesha. Sebenarnya Edgar bisa saja menikahi Alesha, tapi Edgar ingin biaya pernikahan mereka memakai uang hasil jerih payahnya bukan memakai uang dari kedua orang tuanya.

Malam itu menjadi malam paling membahagiakan untuk Alesha dan juga Edgar. Ternyata inilah hadiah untuk Alesha dari Allah atas kesabarannya selama ini. Alesha memang anak yang baik dan dia pantas mendapatkan kebahagiaan.

***

Keesokan harinya....

Alesha dan Edgar mulai masuk ke perusahaan kedua orang tua masing-masing. Alesha dan Edgar sama-sama anak tunggal dan menjadi pewaris kekayaan kedua orang tua mereka. Otomatis, keduanya harus masuk ke perusahaan dan mengurus perusahaan keluarga.

"Sayang, pagi ini ada rapat dan Daddy akan memperkenalkan kamu kepada semua pemilik saham di perusahaan kita," ucap Daddy Juan disela-sela sarapan mereka.

"Alesha sedikit gerogi Daddy, takutnya Alesha tidak bisa melakukan yang terbaik untuk perusahaan," sahut Alesha dengan raut wajahnya sedihnya.

Raina menggenggam tangan Alesha. "Jangan pesimis dulu, Mommy yakin kamu akan bisa menjalankan perusahaan karena darah Daddy kamu mengalir deras dalam tubuh kamu jadi Mommy yakin kamu pun akan menjadi pengusaha sukses seperti Daddy kamu," ucap Mommy Raina memberikan semangat.

"Kamu anak yang pintar dan cepat tanggap, Daddy percaya kamu bisa meneruskan bisnis Daddy dengan sangat baik," timpal Daddy Juan.

"Tapi Daddy harus selalu ada di samping Alesha ya, soalnya Alesha masih harus belajar banyak," sahut Alesha.

"Tentu saja," ucap Daddy Juan.

Setelah selesai sarapan, Alesha pun berangkat ke kantor bersama Juan. Sesampainya di kantor, Juan langsung memperkenalkan Alesha. Sebenarnya semua karyawan sudah tahu siapa Alesha karena semenjak masih sekolah Alesha sering datang ke kantor tapi kali ini Juan memperkenalkan Alesha secara resmi sebagai pemilik perusahaan yang baru.

"Ini ruangan kamu, sayang. Apa kamu suka?" tanya Daddy Juan saat membawa Alesha masuk ke ruangannya.

"Suka banget Dad, bahkan cat dindingnya pun kesukaan Alesha," sahut Alesha.

Tiba-tiba pintu diketuk dan masuklah seorang wanita yang bisa dibilang usianya di atas Alesha. "Selamat pagi Tuan, Nona!" sapa wanita yang bernama Muti itu.

"Oh iya, sayang. Kenalkan ini namanya Muti, Daddy mempekerjakan dia sebagai asisten pribadi kamu. Muti ini sudah lumayan lama kerja di sini, jadi sebagian besar dia sudah tahu kondisi perusahaan ini. Muti ini salah satu orang kepercayaan Daddy, dan sekarang Daddy serahkan Muti untuk menemani dan membantu kamu," jelas Daddy Juan.

"Hallo Bu Muti, mohon bantuannya," seru Alesha.

"Jangan panggil Bu, Nona. Sekarang saya bawahan anda panggil Muti saja," sahut Muti merasa tidak enak.

"Kalau panggil nama rasanya tidak sopan karena usia anda di atas aku. Ya, sudah aku panggil Kak saja ya, biar lebih akrab," ucap Alesha.

"Baik, terserah Nona saja," sahut Muti.

"Ok, semuanya sudah beres. Sekarang Daddy mau ke ruangan Daddy dulu, dan kamu sudah mulai bisa bekerja sekarang," ucap Daddy Juan.

"Siap, Daddy," sahut Alesha penuh semangat.

Juan pun mencium kening Alesha sebelum dia keluar dari ruangan putrinya itu. "Baiklah, sekarang aku harus mengerjakan apa dulu, Kak?" tanya Alesha.

"Bagaimana kalau Nona baca berkas-berkas itu dulu dan pelajari pekerjaan di perusahaan ini, nanti jika ada yang Nona tidak mengerti, Nona bisa tanyakan kepada saya," sahut Muti.

"Baiklah."

Alesha pun mulai mempelajari semua berkas yang menumpuk di atas meja. Berbeda dengan Alesha yang masih di tahap belajar, Edgar sudah jauh lebih mengerti akan dunia bisnis. Di Rusia sana, Edgar belajar mengenai dunia bisnis, maka dari itu sekarang dia sudah sangat mengerti mengenai bisnis.

"Ah iya, pagi ini aku belum menghubungi Alesha," batin Edgar.

Dia segera mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Alesha. Setelah menunggu beberapa menit, tidak ada balasan sama sekali bahkan pesannya pun tidak dibaca. "Ke mana dia? kok pesan aku gak dibaca?" batin Edgar.

Edgar pun beralih menghubungi Alesha tapi Alesha tidak mengangkatnya bahkan Alesha mematikan sambungan telepon Edgar. Alesha saat ini sedang fokus mendengar penjelasan Muti jadi dia gak mau diganggu dulu. Sementara itu Edgar justru kesal karena Alesha mengabaikan pesan dan panggilannya.

"Wah, sudah gak benar ini." Edgar dengan cepat memakai jasnya dan mengambil kunci mobil.

Edgar pun segera melajukan mobilnya menuju kantor Alesha. Entah kenapa Edgar sangat cemburuan dan posesif kepada Alesha. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Edgar pun sampai di kantor Alesha.

Semua karyawan melongo melihat Edgar yang sangat tampan itu. Setelah tahu di mana letak ruangan kekasihnya itu, dia pun segera melangkahkan kakinya dengan cepat. Setelah sampai, dia langsung membuka pintu ruangan Alesha tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Sayang, kenapa kamu mengabaikan pesan dan panggilan dari aku?" seru Edgar.

Alesha dan Muti langsung menoleh. Alesha tidak percaya kalau Edgar akan menyusulnya ke kantor.