'Apa dia bilang? Dia ingin aku jadi Sugar Baby?.' Gumam Sheilla Allenna Arexa
"Maaf?!." Sheilla mengernyitkan dahinya, bingung sekaligus tak mengerti. "Mengapa aku harus menjadi Sugar Baby mu?." Tanyanya dengan nada bicaranya yang sedikit keras.
Sean memijat rahang tegasnya sembari tetap menatap ke arah Sheilla dengan seringain kecil di bibir pria itu.
"Bagaimana menurutmu?." Tanya Sean pada Sheilla. "Apa kamu tidak tau apa kegunaan Sugar Baby dalam konteks ini? Sudah ku jelaskan dan bukankah kamu sudah dewasa?."
Kemarahan melonjak dalam diri Sheilla dan wajahnya memerah karena begitu marah.
"Sudah ku bilang, AKU BUKAN P--"
**
Sheilla Allenna Arexa adalah gadis biasa yang mendapati jika dirinya tiba-tiba terjerat dengan seorang bos mafia yang kejam karena hutang dari sepupunya sebesar 5 juta Dollar. Untuk menyelamatkan keluarganya dan juga membalas budi mereka karena telah merawatnya, Sheilla terpaksa menyetujui kontrak menjadi budak dengan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Sean menyipitkan tatapan matanya, menatap Paman Sheilla— bernama Sam.
Sean tidak suka melihat gadis kecil itu kesal. Sangat jelas bahwa Sheilla baru menyadari bagaimana sifat asli keluarga nya.
Melihat air mata Sheilla menetes di ke-dua pipinya, membuat Sean merasa kesal.
Sheilla mengepalkan tangannya dengan erat. Ia masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Apakah pamannya akan mengatakan bahwa mereka menggunakan uangnya dan tidak memberitahunya tanpa alasan yang jelas?
'Aku pikir mereka tulus. Tapi ternyata mereka hanya perduli dengan uang orang tuaku.' Batinnya.
"Tidak ada uang. Jadi, bagaimana kita membayar hutangnya?." Tanya Sheilla pada paman dan bibinya. Hatinya merasa sakit karena pengkhianatan mereka, tetapi ia tidak bisa melupakan fakta bahwa mereka masih berada di wilayah mafia dan mereka masih harus membayar kembali uangnya.
Melihat mereka tidak menjawab, Sheilla mendesah kecewa. Mereka yang membuat masalah ini, tetapi mereka tidak memberikan solusi atau pun berusaha untuk melunasinya.
"Aku menjadikan rumah itu sebagai agunan. Kamu bisa mendapatkan sertifikat kepemilikannya, sementara kami mencari uang untuk membayar utang." Kata Sheilla sembari berbalik menghadap Sean dengan raut wajah takut dan menundukkan kepalanya.
Namun, Sheilla tidak menyadari bagaimana wajah paman, bibinya dan Mark yang berubah pucat setelah mendengarkan perkataan Sheilla, tetapi Sean menyadari hal itu. Ia tersenyum penuh arti.
Tampaknya ada sesuatu yang salah dengan rumah itu.
Sean mengetuk jarinya di atas meja. "Baiklah, tapi apakah rumah itu bernilai tiga juta dollar? Ingat, aku harus mendapatkan sesuatu yang akan mengembalikan uangku."
Sheilla mendongak menatap ke arah Sean. Pria itu sebelum telah berjanji akan melepaskannya dengan pembayaran agunan, mengapa dia membuat alasan sekarang? Apakah dia mencoba menarik kembali kata-katanya?
"Ya, itu rumah yang layak. Bisa untuk membayar utang." Jawab Sheilla kemudian.
Sean menganggukkan kepalanya. "Baiklah, kalau begitu--"
"Kami sudah menjual rumah itu." Kata Sam tiba-tiba, membuat Sheilla terkejut. Gadis itu berbalik untuk menghadap keluarganya, kemarahan berdesir di dadanya.
'Mereka tidak hanya menghabiskan warisanku, tetapi mereka juga menjual rumah itu? Bagaimana mereka bisa melakukan ini?.' Batin Sheilla.
"Kamu harus memberikan uang untuk sepupumu. Karena kami sudah membantumu meninggalkan panti asuhan." Kata Marta
"Benar sekali. Anggap saja itu sebagai balasan atas cara kami membesarkanmu." Kata Sam
"Ya. Belajarlah untuk bersyukur, Sheilla." Timpal Mark.
Mereka menggunakan kartu moralitas padanya. Sheilla tidak dapat memahami bagaimana dia bisa hidup bersama orang-orang ini tanpa mengetahui wajah asli mereka yang ternyata seperti ini.
Sam gemetaran di bawah tatapan Sean yang menatapnya sinis. Diam-diam mendesaknya untuk melunasi utangnya sendiri.
Sheilla merasa tidak bisa berkata apa pun lagi karena ketidakberdayaan mereka.
Sementara itu, Sean mengamati interaksi mereka dengan penuh minat. Ia dapat melihat bahwa keluarga Sheilla berusaha untuk melimpahkan tanggung jawab pinjaman itu kepada Sheilla.
Tatapan matanya bertemu dengan mata Sheilla yang bersedih. Meskipun gadis itu bersedih, kecantikannya masih tak tertandingi. Rambut pirang stroberinya sangat cocok dengan kulitnya yang cerah. Menurut Sean, Sheilla sangat cantik.
"Kita sudah sepakat. Sekarang tidak ada rumah lagi, bagaimana kalian akan membayar utangnya?." Tanya Sean dengan tenang.
Sheilla menelan salivanya, bergerak tidak nyaman di tempatnya berdiri. Jantungnya berdetak tidak teratur di dadanya. Ia telah kalah taruhan dari Sean dan tidak ada cara untuk membayar kembali uangnya.
'Apa yang harus aku lakukan?.' Batin Sheilla.
Gadis itu mendongak menatap Sean dengan rasa takutnya. "A-aku akan... aku akan mencari pekerjaan. Aku baru saja lulus dari universitas dan aku bisa bekerja."
"Kerja? Pekerjaan apa yang bisa menghasilkan 3 juta dollar dalam waktu singkat? Bukankah aku akan sudah menjadi tua menunggu uangku kembali?." Cibir Sean, mengejek ide Sheilla.
Sheilla tidak bisa berkata apa pun lagi untuk membantah perkataan Sean. Memang benar bahwa ia harus bekerja bertahun-tahun untuk melunasi jumlah tersebut. Ia harus menghabiskan sisa hidupnya dengan bekerja keras. Namun, apakah dirinya saat ini memiliki pilihan?
'Aku mungkin harus menunda rencanaku untuk menjadi pengacara.' Sheilla mengigit bibir bawahnya, raut wajah kecewa terpancar di wajahnya.
Melihat raut wajah sedih Sheilla, Sean merasakan sensasi yang aneh di dadanya. Perasaannya seakan melembut. Gadis itu terlalu baik. Mengapa dia mau bertanggung jawab membayar hutang yang tidak dia ketahui sama sekali?
"Aku... aku akan mendapatkan banyak pekerjaan dan membayarmu kembali. Aku janji." Kata Sheilla.
Sean menganggukkan kepalanya. "Apa menurutmu memiliki hutang pada seorang mafia adalah lelucon?."
Jantung Sheilla berdebar kencang karena perubahan sikap Sean yang tiba-tiba. Tatapan Sean yang gelap dan dalam membuat Sheilla gugup.
'Apakah mereka akan melakukan kekerasan sekarang karena kita tidak mampu membayar hutang?.' Batin Sheilla ketakutan.
"Diego, patahkan kaki Mark dan teruskan penagihan utangnya."
Sheilla gemetar ketakutan saat mendengar perintah Sean. Ia tidak bisa memahami pria itu. Awalnya, Sean menyelamatkannya dan dia terlihat sangat baik padanya, tetapi pria itu sekarang memerintah dengan kejam agar kaki Mark di patahkan.
"Jangan, aku mohon.... jangan sakiti putraku!." Teriak Marta.
Wanita itu mulai menangis histeris setelah mendengar perintah itu. Marta merangkak mendekati meja Sean, mengabaikan usaha suaminya yang menghentikannya. Tidak mungkin ia akan membiarkan mereka melakukan itu kepada putranya.
Sean menyipitkan matanya, tidak menyukai suara teriakan wanita dari wanita itu. Lalu, ia mengalihkan pandangannya ke arah Sheilla. Gadis itu terlihat ketakutan saat mendengar tentang patahnya kaki sepupunya.
Sean bertanya-tanya apakah gadis kecil itu bersedia melakukan apa pun untuk menyelamatkan keluarganya yang tampaknya tidak peduli padanya.
"Aku punya penawaran." Kata Sean pelan, tetapi semua orang dapat mendengarnya. "Alea akan menjadi Sugar Babyku. Dia bisa menunda pembayaran utang selama satu hari jika dia bertindak dengan baik sebagai milikku."
"Maaf?." Sheilla mengernyitkan dahinya bingung.
'Apa katanya? Sugar baby?.'
"Kenapa aku harus menjadi Sugar Baby mu?." Tanya Sheilla, lagi. Bukankah ia sudah mengatakan pada Sean jika dirinya akan berusaha sebaik mungkin untuk bekerja dan menghasilkan uang?
Sean memijat rahang tegasnya sembari menatap Sheilla dengan senyum kecil di bibirnya.
"Bagaimana menurutmu?." Tanya Sean dengan geli. "Apa kamu tahu cara kerja menjadi sugar baby dalam konteks ini? Kamu sudah dewasa kan?."
Kemarahan memuncak di dalam diri Sheilla, Karena pipinya menggembung dan wajahnya memerah.
"Sudah kubilang. Aku bukan pelacur." Jawab Sheilla sembari menggertakkan giginya.
Sean terkekeh. Wajahnya marah Sheilla menggelitik hatinya. Gadis itu tampak sangat menggemaskan. Membuat Sean tidak bisa menahan keinginan untuk menggoda Sheilla lagi.
"Tentu saja. Aku tidak mengatakan kalau kamu seperti itu. Aku hanya mengatakan kalau aku akan menjadikanmu sebagai sugar baby ku dan menganggap hutang itu lunas." Kata Sean dengan santainya. Lalu, pria itu menoleh ke arah Sam. "Bagaimana menurutmu?." Tanya Sean. "Aku bisa memberimu waktu sebanyak yang kau butuhkan untuk mengumpulkan uang asalkan Sheilla setuju untuk menjadi sugar baby ku."
Sam hendak menjawab, tetapi Sheilla telah lebih dulu buka suara. Melayangkan tatapan tajamnya ke arah Sean. "Kamu orang yang mengerikan! Bagaimana kamu bisa memberikan penawaran seperti itu? Aku tidak akan pernah mau menjadi sugar baby mu atau milik mu!." Teriak Sheilla, dadanya naik turun.
"Baiklah, kalau begitu aku ingin tahu dari keluarga paman mu." Kata Sean dengan tenang. "Yang kalian yang setuju memberikan Sheilla padaku sebagai pembayaran hutang, cepat angkat tangan!."