NovelToon NovelToon
Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Perselingkuhan antara Kaivan dan Diana saat tiga hari menjelang pernikahan, membuat hati Alisa remuk redam. Keluarga Kaivan yang kepalang malu, akhirnya mendatangi keluarga Alisa lebih awal untuk meminta maaf.

Pada pertemuan itu, keluarga Alisa mengaku bahwa mereka tak sanggup menerima tekanan dari masyarakat luar jika sampai pernikahan Alisa batal. Di sisi lain, Rendra selaku kakak Kaivan yang ikut serta dalam diskusi penting itu, tidak ingin reputasi keluarganya dan Alisa hancur. Dengan kesadaran penuh, ia bersedia menawarkan diri sebagai pengganti Kaivan di depan dua keluarga. Alisa pun setuju untuk melanjutkan pernikahan demi membalas rasa sakit yang diberikan oleh mantannya.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Alisa dan Rendra? Akankah Alisa mampu mencintai Rendra sebagai suaminya dan berhasil membalas kekecewaannya terhadap Kaivan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Tak Terduga

Pukul empat sore, Rendra sudah berada di depan kantor Alisa. Tak perlu menunggu waktu lama, perempuan yang dinanti pun datang menghampiri sambil melambaikan tangan dan memanggilnya. Raut sumringah yang terpancar dari wajah Alisa, membuat Rendra ikut tersenyum.

"Tumben keluar lebih awal," kata Rendra, sembari membukakan pintu mobil untuk istrinya.

"Aku menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, makanya bisa pulang lebih awal," jelas Alisa, lalu masuk ke dalam mobil.

Selanjutnya, Rendra menuju tempat pengemudi dan menutup pintu. Adapun Alisa, tertegun melihat buket bunga mawar berwarna putih di mobil. Diambilnya bunga itu dan menghidu aroma segar di hidungnya. Ia menoleh pada suaminya sambil mengembangkan senyum lebar.

"Bunga mawar untuk siapa ini?" tanya Alisa dengan mata berbinar-binar.

"Untukmu," jawab Rendra disertai senyum simpul.

Alisa memegang buket bunga itu dan kembali menciumnya. Ia menoleh pada Rendra, seraya berkata, "Terima kasih, ya, Kak. Aku suka banget mawar putih."

"Iya." Rendra mulai menyalakan mesin mobil dan menoleh pada Alisa. "Alisa, aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas keraguanku tempo hari. Aku benar-benar menyesal telah terbawa hasutan Kaivan sampai sulit mempercayai perkataanmu. Kamu mau memaafkanku, kan?" tuturnya dengan wajah memelas.

Alisa mengangguk cepat. "Tentu saja, Kak. Terima kasih sudah percaya lagi sama aku. Aku senang, masalah di antara kita sudah selesai. Tapi ... Apa maksudnya Kakak memberiku bunga mawar putih ini? Apa ini sebagai tanda permintaan maaf?"

"Lebih dari itu, Alisa." Rendra memegang kemudi dan melajukan mobilnya, meninggalkan gedung tempat Alisa bekerja.

Sepanjang perjalanan, Alisa terus memegang buket bunga pemberian Rendra sambil mencium aroma mawar yang sangat disukainya. Senyum di bibirnya belumlah luntur.

"Kalau bukan sekadar permintaan maaf, lalu apa? Apa ini artinya Kakak bersungguh-sungguh mencintaiku?" tanya Alisa menoleh pada suaminya.

Rendra tersenyum, seraya berkata, "Jangan bicarakan tentang cinta. Bukankah aku memang mencintaimu dari lama?"

"Lalu apa?" Alisa masih menatap Rendra tanpa berkedip.

"Kesucian dari dirimu," jawab Rendra, melirik Alisa sebentar dan kembali memandang ke jalanan. "Setelah berbincang-bincang dengan salah satu mahasiswa yang bermasalah, ternyata aku masih kalah tulus sama dia."

"Memangnya, apa yang terjadi dengan muridmu itu?" Alisa mengerutkan dahi.

"Dia habis berpesta dengan mahasiswa lain sampai mabuk. Keesokan harinya, dia terbangun di sebelah mahasiswi satu kampusnya. Dia bertekad untuk bertanggung jawab pada mahasiswi itu, tapi terus ditolak oleh gadis yang sempat tidur dengannya karena miskin. Lalu, aku tanya sama dia, bagaimana jika seandainya gadis itu mengandung bukan karena hasil dari perbuatan si mahasiswa. Kamu tau jawaban dia apa?" tutur Rendra menoleh pada Alisa sesaat.

"Apa?" Kedua mata Alisa membulat.

"Katanya, dia akan tetap bertanggung jawab. Dia sadar betul, kalau bukan dirinya, lelaki mana yang sudi menerima perempuan ternoda seperti mahasiswi itu? Dari situ, aku berpikir bahwa ... hm ... ternyata cinta, ketulusan, dan tanggung jawabku padamu masih belum seberapa. Sekali lagi, aku minta maaf, ya, Alisa. Benar katamu, cintaku hanya sebatas selaput dara," tuturnya, lalu mendesah pelan.

Alisa memegang tangan Rendra sembari menatapnya lekat. "Sudahlah, Kak. Nggak usah pikirkan lagi kesalahan yang sudah berlalu. Aku sudah memaafkannya, kok. Justru aku yang harusnya minta maaf sama Kakak karena belum bisa memberikan hatiku sepenuhnya. Kak Rendra sudah terlalu banyak bersabar selama ini. Jadi, mungkin ini saatnya aku membuka hati."

Senyum sumringah mengembang di bibir Rendra tatkala mendengar pernyataan Alisa. "Benarkah? Apa itu artinya kamu sudah mulai menerimaku sebagai suamimu?"

Alisa mengangguk cepat. "Iya, Kak. Aku rasa, sekarang tidak ada gunanya lagi berlarut-larut memikirkan rasa sakit yang digoreskan oleh Kaivan. Perilakunya yang sangat buruk benar-benar membuat aku muak. Tapi ... setelah tadi pagi aku melihat mukanya babak belur, aku benar-benar merasa puas. Rasanya dendamku hilang dalam sekejap melihat dia bekerja dalam kondisi yang memprihatinkan."

Rendra terkekeh-kekeh. "Sudah sepantasnya dia mendapatkan balasan atas tindakan kasar pada Diana. Aku berharap, dia tidak mengulanginya setelah menikah. Tapi setidaknya, aku ikut bersyukur, kamu tidak lagi memendam dendam pada Kaivan."

Setibanya di toko kue, Alisa bergegas turun dari mobil bersama Rendra. Alisa menyapa para karyawannya, lalu bergegas masuk ke dapur. Tampak Ratri dan Elang baru saja selesai membuat kue kering. Elang membawa toples, kemudian memasukkan kue-kue itu ke dalamnya.

Alisa terkesima dengan kinerja Elang yang rapi dan cepat. Ia tersenyum lebar menatap karyawan barunya yang begitu telaten dalam menyusun kue ke dalam toples.

"Wah! Kerjamu lumayan bagus juga, Elang," puji Alisa memperhatikan kinerja karyawan barunya itu.

"Terima kasih, Bu. Eh, Kak," kata Elang sungkan.

"Bukan lumayan lagi, Bu. Tapi mantap!" kata Ratri menyela. "Sejak tadi siang, pekerjaan yang tadinya banyak dan mustahil diselesaikan malah berkurang dengan cepat."

"Itulah bedanya pekerjaan lelaki dan perempuan. Maka jangan heran kalau pria dituntut mencari nafkah karena kekuatannya," seloroh Alisa.

Dari pintu masuk dapur, Bella datang menghampiri mereka. Ia membawa secarik kertas dan pulpen, lalu menatap Alisa.

"Kak, ada yang pesan kue putri salju. Katanya ingin langsung dikirim ke rumah sore ini," kata Bella.

"Ya sudah, suruh Dea mengantarkannya. Oh, ya, di mana dia?" usul Alisa.

"Dia hari ini nggak masuk, Kak. Katanya meriang," terang Bella.

"Bagaimana kalau aku saja yang mengantarnya?" usul Elang, sembari menaruh toples berisi kue.

"Ah, benar! Elang saja yang mengantarkannya," cetus Bella.

Bella segera memberi alamat pemesan pada Elang, kemudian bergegas ke depan mengambilkan kue pesanan dari etalase. Setelah dimasukkan ke kantong plastik, Bella langsung menyerahkannya pada Elang.

Selanjutnya, Alisa bersama Elang berjalan ke depan. Rendra yang tak sengaja menoleh ke arah keduanya datang, seketika tercengang mendapati Elang bekerja di toko istrinya. Ia segera berdiri dari tempat duduknya.

"Elang?" Rendra menyapa Elang dengan mata membulat.

"Loh? Pak Rendra? Ngapain Bapak di sini? Bapak mau pesan kue?" Elang tak kalah terkejut.

Alisa yang tertegun memperhatikan keduanya saling berjabat tangan, segera menyela, "Kalian saling kenal?!"

"Iya. Ini mahasiswa yang tadi aku ceritakan," jelas Rendra, mengangkat kedua alisnya.

"Tunggu dulu! Kok Pak Rendra sama Kak Alisa saling kenal? Pak Rendra biasa beli kue di sini, ya?" tanya Elang, menatap Rendra dan Alisa secara bergantian.

Alisa terkekeh-kekeh sambil menjawab, "Kami suami istri."

Elang makin ternganga, matanya membelalak lebar. "Ya ampun!"

"Sudah, nggak usah kaget begitu. Sebaiknya sekarang antarkan pesanannya. Nanti uangnya kasih sama Kak Diana, ya," ujar Alisa menepuk bahu Elang.

"Iya, Kak. Kalau begitu, aku permisi dulu, Kak, Pak," pamit Elang, lalu bergegas keluar toko.

Selepas Elang pergi, Rendra tersenyum menatap Alisa. Sesekali ia menggelengkan kepala, seakan tak percaya bahwa salah satu mahasiswa di kampusnya bekerja di toko kue milik sang istri.

"Alisa, kenapa kamu nggak bilang kalau Elang kerja di sini?" tanya Rendra sambil tertawa kecil.

"Mana aku tau kalau Elang itu mahasiswa di kampus Kakak," dalih Alisa.

Diana yang memperhatikan keakraban Alisa dan Rendra dari meja kasir, hanya ikut tersenyum getir. Ia memegangi perutnya, sembari membayangkan momen manis bersama Kaivan.

"Seandainya saja kamu mau menerima aku dan anak ini, Kaivan ...," gumam Diana, memandang kosong.

1
irma hidayat
bahagia banget akhirnya istri Rendra udah luluh buka hati ikhlas terima takdir, lanjut up nya thor semangat
irma hidayat
lanjut up nya thor
irma hidayat
bagus ceritanya thor meskil ilfil pada karakter kaivan masa perempuan hamil sama dia tega ditendang, tak layak dapat maaf
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
laki2 psiko kayanya kaivan, bahaya harus dibawa ke rmhskt jiwa
irma hidayat
mimpi tinggi Chika sampai ingin dapat ceo dari keperawananmu jadi ilfil
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
katanya perempuan cerdas Alisa bukti vidio/potonya perlihatkan
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ah Serin
alisa bodoh jangan jadi bayangan kaivan. lupa masalalu dan bina hidup baru dengan rendra
lanjut thorrrr.
Nur Adam
lnjut
Mundri Astuti
cihhhh Diana pake ngomong cinta, mana ada cinta yg diawali perselingkuhan, kamu tu cuma dianggap selingan, bersyukurlah Alisa ngga jadi sama kaivan
Myra Myra
tunjukkan bukti PD semua org sekali...pdn muka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!